Seni Rupa Prasejarah di Zaman Batu Besar
Peninggalan seni rupa prasejarah terdapat pada dinding-dinding gua nan melukiskan atau menceritakan kehidupan manusia pada zaman tersebut. Pada zaman prasejarah, kepercayaan terhadap ruh sangat kuat sehingga karya seni rupa simbolik dan penuh perlambangan. Zaman prasejarah dibagi menjadi tiga, yaitu zaman batu, zaman logam, dan zaman batu besar.
Seni Rupa Prasejarah di Zaman Batu
Kehidupan pada zaman batu ialah berpindah-pindah dari satu loka ke loka lain. Dari cara kehidupan, mereka meninggalkan karya sederhana. Kebiasaan berpindah-pindah meninggalkan bekas torehan dengan warna-warna dari bahan-bahan alam. Kemampuan mereka ialah membuat alat buat menunjang kepentingan hidup, seperti kapak batu. Zaman batu dibagi menjadi tiga, yaitu zaman batu tua (paleolithikum), zaman batu tengah (mesolithikum), dan zaman batu muda (neolithikum).
Pada tradisi pembuatan alat-alat dengan batu, di Indonesia dikenal dengan dua bentuk pokok. Yaitu, teknik perkakas batu nan disebut tradisi kapak perimbas dan tradisi serpih nan dikembangkan di Indonesia sejak zaman batu tua. Pada zaman batu muda, baru ditemukan tanda-tanda pembuatan alat-alat dari tulang dan tanduk binatang. Di antara semua perkakas nan dibuat pada zaman batu, kapak nan menonjol ialah kapak perimbas, kapak nan digenggam dan berbentuk masif. Teknik pembuatannya masih kasar dan tak mengalami perkembangan dalam waktu panjang.
Seni Rupa Prasejarah di Zaman Logam
Pada zaman ini, manusia prasejarah mulai membuka diri buat menerima peradaban dari luar. Peninggalan zaman ini berupa nekara, kapak, dan bejana, dengan teknik cor atau cetak nekara. Zaman ini tak meninggalkan banyak peninggalan sebab kurun waktu nan pendek.
Peninggalan berupa cetak nekara ialah seperti periuk, kuali nan dianggap sebagai barang pusaka dan digunakan buat upacara adat, dipukul seperti genderang. Selain dipakai buat upacara adat, cetak nekara dipakai sebagai mas kawin. Salah satunya ialah moko, yaitu nekara nan berasal dari Pulau Alor. Zaman logam dibagi menjadi tiga, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi.
Seni Rupa Prasejarah di Zaman Batu Besar
Zaman megalithikum ialah zaman ketika manusia sudah mulai meninggalkan Norma berpindah loka dan mulai bercocok tanam. Timbullah asumsi bagaimana tanah menjadi sesuatu nan sakral, membangkitkan gairah buat memanfaatkannya, dan mulai menjinakkan binatang-binatang. Perubahan tersebut akhirnya meninggalkan perkakas baru. Konsep kepercayaan pada zaman ini ialah konsepsi tentang kematian, roh orang wafat tak lenyap. Orang nan wafat biasanya dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan pernak-pernik lain nan ikut serta dikuburkan.
Peninggalan zaman batu besar bisa dilihat dari bangunan seperti berikut ini.
-
Menhir ialah tugu batu besar sebagai pelambangan terhadap nenek moyang dan dijadikan loka pemujaan.
-
Sarkofagus ialah kubur (peti mati) berbentuk seperti lesung lengkap dengan tutupnya.
-
Punden berundak ialah bangunan nan terdiri dari susunan batu berundak-undak sebagai pemujaan roh nenek moyang.
-
Dolmen ialah batu besar menyerupai meja dengan penyangga batu kecil nan dipakai buat menyimpan sesaji.
-
Arca ialah lambang ketua suku atau orang nan memiliki pengaruh. Arca memiliki kesan magis, religius, dan spiritual.
Seni Rupa Prasejarah di Asia dan Australia
Seni rupa prasejarah identik dengan lukisan-lukisan menakjudkan di dinding gua, nan dalam bahasa Inggris disebut rock painting atau cave painting . Tradisi melukis di dalam gua ini tak hanya dimiliki oleh ras-ras tertentu, melainkan merupakan tradisi universal nan dimiliki banyak ras di belahan bumi berbeda. Inilah beberapa lokasi ditemukannya lukisan gua di Asia dan Australia.
1. Asia Tenggara
Ditemukan beberapa lukisan gua di Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Burma. Di Thailand, gua dan lereng curam di sepanjang perbatasan Thailand – Burma, di Thailand Tengah, dan di arah Sungai Mekong di Provinsi Nakorn Sawan dipenuhi galeri lukisan batu. Di Malaysia, lukisan gua tertua ditemukan di Gua Tambun, Perak. Lukisan tersebut diperkirakan berusia 2.000 tahun. Ditemukan juga lukisan gua di Taman Nasional Gua Niah Malaysia nan usianya sekitar 1.200 tahun. Seorang antropolog bernama Ivor Hugh Norman Evans nan mengunjungi Malaysia di awal tahun 1920-an menemukan beberapa suku tradisional nan masih melukis di dinding-dinding gua. Para anggota suku menambahkan penggambaran benda-benda modern pada lukisan mereka, seperti mobil.
Sementara itu di Indonesia, lukisan cap tangan ditemukan di Maros, Sulawesi. Selain itu ditemukan juga 38 gua nan memiliki lukisan dinding di dalamnya, di area Sangkulirang, Kalimantan. Adapun di Burma, tepatnya di gua-gua Padah-Lin ditemukan lukisan-lukisan berumur 11.000 tahun dan ditemukan juga majemuk peralatan batu.
2. India
Sisa-sisa kehidupan di gua batu Bhimbetka di India menunjukkan awal keberadaan manusia di India. Dari berbagai peninggalan, diyakini manusia sudah mendiami loka tersebut sejak 100.000 tahun silam. Lukisan di dinding gua pertama di sana dipercaya muncul dari periode Mesolitikum, yakni sejak 12.000 tahun silam. Tema lukisan dinding nan paling banyak ditemukan ialah tema kelahiran, tarian-tarian tradisional, upacara-upacara ritual keagamaan, hingga gambar hewan.
3. Australia
Di Australia pun ditemukan lukisan gua. Salah satu lukisan prasejarah tersebut ditemukan di wilayah Kakadu. Alat nan digunakan buat mewarnai lukisan tersebut bukan bahan organik, sehingga proses almanak karbon buat mengetahui usia lukisan tak dapat dilakukan. Oleh sebab itu para pakar menentukan usia lukisan sinkron tema lukisan dan bahan pembuat lukisan.
Ditemukan juga lukisan dinding berwarna merah di dataran tinggi Arnhem. Gambar tersebut menunjukkan homogen burung mirip burung emu nan lehernya panjang. Para pakar menyimpulkan bahwa burung tersebut ialah jenis burung purba raksasa spesies Genyornis. Burung raksasa nan sempat hayati di dataran Australia ini diperkirakan punah sekitar 40.000 tahun silam. Kepulauan Whitsunday di Australia juga memiliki amat banyak koleksi lukisan dinding gua. Lukisan-lukisan tersebut diperkirakan dibuat oleh suku Ngaro. Uniknya, selain menggambarkan kehidupan manusia dan hewan, lukisan-lukisan tersebut juga terkadang tak berbentuk dan terlihat abstrak.
Seni Rupa Prasejarah di Afrika dan Eropa
Di Taman Drakensberg, Afrika Selatan, ditemukan lukisan-lukisan dinding gua nan diperkirakan berusia 3.000 tahun. Lukisan-lukisan tersebut diperkirakan dibuat oleh bangsa San nan menetap di area itu sekitar 8.000 tahun silam. Seni rupa prasejarah ini menggambarkan manusia dan hewan, serta mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakatnya. Di Afrika, lebih banyak lukisan manusia dibandingkan di Eropa. selain di Afrika Selatan, ditemukan juga lukisan gua di Namibia; nan diperkirakan dibuat sekitar tahun 23.000 – 25.000 SM.
Banyak juga lukisan ditemukan di sebelah tenggara Algeria, tepatnya di area pegunungan Tassili n’Ajjer. Di sana, terdapat 15.000 lukisan di bebatuan dan dinding gua nan menggambarkan migrasi hewan, pergantian iklim, dan kehidupan masyarakat gurun Sahara di masa lalu. Situs prasejarah ini kini dijadikan salah satu situs warisan global UNESCO. Ada juga lukisan nan ditemukan di Libya, Nigeria, Tibesti, dan negara-negara lain nan berada di kawasan gurun Sahara.
Sementara itu di Eropa, lukisan-lukisan prasejarah paling banyak ditemukan di Prancis dan Spanyol. Kebanyakan lukisan tersebut menggambarkan hewan-hewan purba. Selain di Prancis dan Spanyol, ditemukan juga lukisan seni rupa prasejarah di Inggris, Finlandia, dan Bulgaria. Lukisan-lukisan tesebut menggambarkan kehidupan dan budaya masyarakat di masa lalu.