Kartika Airlines Menggeliat dalam Keoptimisan
Kartika Airlines merupakan salah satu maskapai penerbangan nan sempat meramaikan persaingan global penerbangan di tanah air. Meski demikian, tak banyak orang nan mengenal nama maskapai ini.
Hal ini disebabkan sebab usia Kartika Airlines dalam global penerbangan tanah air tak terlalu lama sejak maskapai ini berdiri. Berbagai masalah nan melanda perusahaan pengelola Kartika Airlines, berdampak pada dihentikannya operasi perusahaan serta penerbangannya.
Sebagai perusahaan penerbangan domestik, Kartika Airlines memiliki kantor pusat di Jakarta. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 serta melakukan kegiatan penerbangan pertama pada tanggal 15 Mei 2001. Saat pertama kali berdiri, PT. Truba merupakan perusahaan nan tercatat sebagai pemilik maskapai tersebut.
Status kepemilikan Kartika Airlines ini berubah pada tahun 2005. Hal ini sebab pada tahun tersebut, PT. Truba melepas kepemilikiannya pada maskapai ini dan menjualnya pada PT. Intra Asia Corpora. Selanjutnya perusahaan inilah nan menjalankan Kartika Airlines hingga maskapai ini berhenti beroperasi pada awal Juni 2010.
Sebelum berhenti beroperasi pada tahun 2010 tersebut, maskapai Kartika Airlines ini juga pernah berhenti beroperasi pada tahun 2008. Pada waktu itu, penghentian operasional Kartika Airlines ini dilakukan oleh Departemen Perhubungan Republik Indonesia melalui Direktorat Jendral Interaksi Udara. Alasan nan menjadi dasar penghentian operasional maskapai tersebut ialah sebab pada saat itu armada nan dimiliki Kartika Airlines berada di bawah ketentuan nan ditetapkan Departemen Perhubungan.
Dalam anggaran nan dibuat oleh Departemen Perhubungan menyebutkan bahwa sebuah maskapai penerbangan harus memiliki armada minimal dua buah pesawat buat dapat tetap beroperasi. Pada saat itu, jumlah armada nan dimiliki oleh Kartika Airlines berada di bawah ketentuan tersebut. Akibatnya, maskapai ini dilarang beroperasi oleh pemerintah.
Namun pelarangan tersebut tak berlangsung lama. Karena perusahaan pemilik maskapai ini kemudian memilih buat mematuhi peraturan nan menjadi ketentuan pemerintah tersebut. Dan setelah dibukanya kembali ijin terbang dari maskapai Kartika Airlines, rute di kawasan Indonesia Bagian Timur menjadi tujuan primer penerbangan Kartika Airlines.
Sementara itu, buat beberapa rute lain nan dianggap kurang potensial, buat sementara dihentikan. Dari empat belas penerbangan domestik, Kartika Airlines hanya mempertahankan dua rute nan masih dilayani. Kedua rute tersebut ialah penerbangan dari Jakarta menuju Batam, Balikpapan dan Surabaya. Rute kedua ialah dari Surabaya menuju Jakarta, Balikpapan, Denpasar dam Yogyakarta.
Sementara buat penerbangan internasional nan sebelumnya dilakukan, pasca penghentian operasi oleh Departemen Perhubungan, tak lagi dilakukan. Beberapa rute nan ditempuh oleh Kartika Airlines dalam penerbangan internasionalnya ialah penerbangan dari Surabaya menuju Johor Baru, penerbangan dari Medan ke Ipoh nan masuk dalam wilayah Malaysia. Selain itu satu rute internasional nan dihentikan ialah penerbangan dari Medan ke Penang. Untuk penerbangan dari Medan ke Penang ini, sebelumnya dilakukan setiap hari kecuali hari Sabtu dan merupakan salah satu penerbangan nan paling banyak peminatnya.
Armada Kartika Airlines
Meskipun masalah armada pesawat sempat menjadi salah satu penyebab dihentikannya operasional maskapai ini, namun bukan berarti Kartika Airlines tak memiliki armada nan cukup bagus. Hal ini terbukti dengan sempat dimilikinya dua buah pesawat Boeing 737-200 sebagai armada operasional mereka.
Keistimewaan armada mereka tersebut ialah bahwa dalam satu pesawat tersedia tiga pilihan kelas loka duduk sekaligus. Kartika Airlines memiliki layanan kelas bisnis sebanyak delapan kursi, kelas ekonomi deluxe sebanyak 30 kursi dan sisanya digunakan buat kelas ekonomi sejumlah 76 kursi.
Dan pada tahun 2008, Kartika Airline mengubah kebijakannya tersebut sebagai bagian dari taktik perusahaan. Perubahan tersebut ialah dengan menjadikan satu kelas penumpang saja pada pesawat mereka, yaitu dengan mempertahankan kelas ekonomi. Dengan taktik ini, akhirnya seluruh kapasitas kursi pesawat sebanyak 126 kursi dibuat buat kelas ekonomi semata.
Pilihan ini terpaksa dilakukan, sebab ada nan menunjukkan bahwa buat kelas bisnis dan ekonomi deluxe dari maskapai ini kurang mendapat banyak peminat. Sehingga pada akhirnya, pada kedua kelas tersebut seringkali kurang mampu mencapai jumlah minimal penumpang buat dapat mendapatkan titik impas modal.
Dan sebelum memiliki masalah perijinan terbang nan berdampak pada terhentinya operasional maskapai ini, Kartika Airlines sempat melakukan terobosan nan cukup berani di global penerbangan tanah air. Hal ini ditunjukkan dengan keberaniannya melakukan pemesanan 15 armada pesawat superjet 100 protesis Sukhoi Russia. Langkah ini terbilang berani, karena selama ini armada penerbangan tanah air masih akrab dengan berbagai pesawat protesis negara Amerika Serikat.
Mulai dari pesawat Boeing, Airbus hingga pesawat McDonnell Douglass. Termasuk pula buat penerbangan nan menggunakan pesawat kecil seperti Fokker. Sehingga, jatuhnya pilihan buat menggunakan pesawat Sukhoi dari Russia tersebut dianggap sebagai langkah nan cukup berani. Apalagi jika mengingat sebelumnya pabrik Sukhoi lebih dikenal sebagai produsen pesawat tempur, dimana angkatan udara Indonesia juga termasuk sebagai salah satu konsumennya.
Sebagai bukti keseriusan dari Kartika Airlines pada proses pemesanan pesawat Sukhoi tersebut, proses kerjasama dan penandatanganan kontrak sudah dilakukan pada tanggal 5 Desember 2008. Dalam klausul kerjasama tersebut disepakati bahwa pesawat pesanan dari Kartika Airlines akan dikirim pada tahun 2011 sebanyak 15 pesawat. Hanya saja, sebab maskapai ini pada akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2010, maka pada akhirnya kelimabelas pesawat tersebut urung didatangkan ke Indonesia.
Penutupan Maskapai Indonesia
Dengan penghentian operasi dari maskapai Kartika Airlines tersebut, menambah panjang daftar maskapai Indonesia nan sudah tak lagi melayani konsumen. Sebelum Kartika Airlines, beberapa nama maskapai nan sempat melayani jalur transportasi udara juga memiliki nasib sama meskipun sebab kasus nan berbeda.
Seperti nan dialami oleh maskapai Adam Air. Maskapai ini sempat menjadi salah satu maskapai primadona di kalangan pengguna jasa angkutan udara. Hal ini dikarenakan harga tiket Adam Air nan sangat murah dan juga melayani beberapa rute nan dianggap sebagai rute basah sebab jumlah penumpang nan selalu memenuhi kapasitas loka duduk.
Sayangnya, berbagai kecelakaan nan dialami maskapai ini memaksa pemerintah buat menghentikan operasi Adam Air sebagai penyedia angkutan udara nasional. Salah satu kasus besar nan menimpa Adam Air ialah ketika salah satu pesawat milik maskapai ini dinyatakan hilang di perairan Sulawesi dan diperkirakan menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat.
Bahkan, hingga kini nasib pesawat beserta semua orang nan ada di dalam pesawat tersebut tak pernah diketahui secara pasti. Sebab, bangkai pesawat tersebut tak pernah dapat ditemukan. Hanya dari beberapa hasil pencarian diperkirakan pesawat tersebut jatuh di sekitar bahari Majene dan masuk ke dalam palung nan sangat dalam sehingga menyulitkan proses pencarian serta pengangkatan badan pesawat.
Selain Adam Air, beberapa maskapai penerbangan nan sudah tak lagi beroperasi sebab berbagai masalah juga masih banyak. Seperti Sempati Air, Bouraq Indonesia, Mandala Airline nan merupakan tiga maskapai besar. selain itu masih ada pula nama Jatayu Airlines, Seulawah Nad Air, Star Air, Indonesia Airlines, Bali Air, Air Paradise International dan Sebang Merauke Rata Air Chart.
Kartika Airlines Menggeliat dalam Keoptimisan
Banyak sudah orang tahu bahwa beberapa maskapai penerbangan Indonesia telah bertumbangan. Namun, turbulensi bisnis penerbangan cukup kencang sehingga kejatuhan maskapai-maskapai penerbangan itu tidak dapat dihindari. Dibalik semua turbulensi itu masih ada optimisme dan celah-celah bisnis penerbangan nan masih dapat diisi. Celah inilah nan coba ditelisik dan dimasuki oleh Kartika Airlines.
Kartika Airlines - Bertempur dalam Rute Maut
Ada beberapa rute nan dianggap sebagai rute maut. Rute maut ini merupakan rute gemuk, banyak maskapai penerbangan nan bermain di sana. Dikatakan rute maut sebab kalau tak mampu mengambil roti bisnis, maka maskapai tersebut akan tersendat dan terseok dalam keterpurukan ketiadaan penumpang nan memenuhi kuota demi keberlangsungan bisnis mereka. Kartika Airlines telah mengalami betapa sulitnya bersaing dalam rute maut.
Di antara rute maut itu ialah Jakarta - Palembang dan Jakarta - Medan. Kartika Airlines mencoba ikut bersaing di rute ini. Tetapi, Kartika Airlines, gagal dan sekarang pihak manajemen Kartika Airlines menonaktifkan jalur ini. Persaingan luar biasa ketatnya. Lion Air dengan armada barunya, Garuda dengan gambaran nan luar biasanya, merupakan di antara maskapai lokal nan harus mampu dilawan oleh Kartika Airlines.
Ternyata kekuatan Kartika Airlines belum terlalu tangguh. Dengan terpaksa Kartika Airlines mundur teratur dari jalur penerbangan tersebut. Sekarang jalur penerbangan nan masih dilayani oleh Kartika Airlines ialah Jakarta - Batam (tapi tak PP), Jakarta - Balikpapan, Jakarta - Surabaya (PP), Surabaya - Balikpapan, Surabaya - Denpasar, Surabaya - Yogyakarta, Surabaya - Johor Baru (Malaysia).
Kartika Airlines berusaha keras buat membuat penumpangnya puas dengan pelayanan nan prima. Bagaimanapun teknologi semakin canggih, calon penumpang dapat dengan leluasa dan sangat mudah buat mengakses semua informasi nan berkaitan dengan global penerbangan. Mereka dapat mengecek harga tiket pesawat ke manapun dengan harga nan bersaing setiap saat. Kartika Airlines sangat paham hal itu. Oleh karenanya, berbagai pembenahan dilakukan.
Kartika Airlines dengan Manajemen Baru
Dunia penerbangan ialah salah satu global nan memang sine qua non di Indonesia. Dengan ribuan pulau nan menyebar di banyak tempat, salah satu fasilitas nan mampu membuat orang-orang antar pulau terhubung dan bisa bersilaturrahmi dengan cepat, ialah lewat jalur udara.
Tingkat ekonomi sebagian masyarakat Indonesia nan cukup mapan membuat jalur udara melejit menjadi primadona angkutan nan banyak diserbu oleh banyak penumpang. Keadaan ini coba dibidik oleh pihak Kartika Airlines.
Kalau 15 tahun nan lalu, bandara-bandara di Indonesia dipenuhi oleh para penumpang nan parlente dan berkelas. Pakaian, tas, sepatu mereka berkelas. Tapi sekarang, bandara dipenuhi oleh majemuk macam manusia. Tidak hanya penumpang nan terlihat wah tapi juga penumpang nan terlihat biasa-biasa saja. Semua dapat terbang dengan biaya nan cukup terjangkau.
Tidak heran ketika pagi hari pada penerbangan pertama pukul 06.00, misalnya. Bandara Adi Sucipto Yogyakarta penuh sesak seperti pasar tradisional. Penumpang dengan majemuk bisnis dan kepentingan berdesak-desakan memasuki bandara.
Banyaknya maskapai nan beroperasi, menambah panjang antrean inspeksi barang. Deretan loka check-in menandakan betapa banyaknya penumpang nan harus dilayani oleh satu maskapai. Kartika Airlines nan sekarang mengoperasikan 4 buah pesawat, 2 buah Boeing 737-200, sebuah Boeing 737-400, dan sebuah McDonnell Douglas MD-82, ikut juga menyambut para penumpang tersebut walaupun tak di banyak bandara.
Dengan manajemen baru, Kartika Airlines berusaha tampil dengan visi nan cukup meyakinkan. Kartika Airlines ingin menjadi maskapai nan handal, nyaman, dan keamanan selama terbang bersamanya dapat diandalkan. Segi keamanan ini sangat diperhatikan oleh pihak manajemen. Bagaimana tidak, kalau terjadi sesuatu nan mengakibatkan melayangnya nyawa banyak orang, bisnis mereka dapat hancur dan akan sangat sulit memulihkan kepercayaan masyarakat.
Kehancuran bisnis artinya menciptakan pengangguran. Tidak ingin bernasib seperti itu, Kartika Airlines memperbarui armadanya dengan memesan beberapa pesawat Sukhoi Superjet 100. Tidak tanggung-tanggung, Kartika Airlines memesan 15 buah pesawat dari Rusia itu.
Pemesanan telah dilakukan. Diharapkan ketika pesanan tersebut datang, Kartika Airlines nan sekarang banyak bergerak ke arah Indonesia bagian timur, akan menggeliat lebih panjang dan lebar dalam memperebutkan kue bisnis penerbangan.
Misi perusahaan nan diembang oleh semua pihak nan ada di Kartika Airlines ialah menjadikan perusahaan berorientasi kepada kepuasan dan keselamatan penumpang serta memiliki semangat bisnis nan handal, terbuka, dinamis, dan saling menguntungkan. Misi tersebut membuat pihak manajemen Kartika Airlines terus berusaha membuat maskapai penerbangan ini hidup.
Kartika Airlines Ketika Badai Menerpa
Kehidupan nan penuh dengan riak seolah sedang dihadapi oleh Kartika Airlines. Beberapa kali Kartika Airlines harus terseok dan berhenti bernafas. Tapi dengan semangat juang tinggi, Kartika Airlines berusaha bangkit dan terbang lagi.
Tahun 2001, PT Truba nan merupakan pemilik maskapai penerbangan Kartika Airlines, mulai mengoperasikan beberapa pesawatnya. Para penumpang pun mulai berdatangan sebab Kartika Airlines menawarkan rute nan tak biasa dengan harga nan cukup terjangkau. Namun, masa bulan madu tak berlangsung lama. Berbagai tekanan bisnis dan deru ombak tak hanya suara namun juga memercikan air nan beraroma tidak sedap sehingga maskapai penerbangan Kartika Airlines harus terhenti operasinya.
Penyelamat datang. Pada 2005, sebuah perusahaan mengambil alih Kartika Airlines nan dianggap masih dapat memberikan laba nan cukup kepada pemilik baru. Pemilik baru tersebut, PT. Intra Asia Corpora, langsung membuat pembenahan di sana-sini. Hampir semua lini diperbaiki. Ternyata deru ombak nan tidak hanya suara itu juga tidak mampu dilawan oleh pihak manajemen baru. Dengan jumlah armada nan tidak bertambah, artinya jumlah penumpang tak selalu memenuhi kuota.
Keadaan nan berlangsung lama tersebut, membuat pihak pengawas dari pemerintah menghentikan pengoperasian maskapai penerbangan Kartika Airlines. Hal ini terjadi pada tahun 2008. Pemerintah lewat Kementerian Perhubungan tak membiarkan Kartika Airlines hanya beroperasi dengan 2 armada pesawat. Tapi pemerintah juga tak tinggal diam dengan keadaan ini. Bagaimana pun Kartika Airlines ialah aset bangsa nan dikelola oleh anak bangsa nan berusaha buat bangkit dari keterpurukan.
Pemerintah memberikan izin kepada pihak Kartika Airlines buat membeli pesawat Shukoi Superjet 100. Setelah memperlihatkan berbagai kemajuan, pemerintah mengizikan pihak Kartika Airlines beroperasi kembali pada tahun 2011. Kini demi menyadari keadaan dirinya, pihak manajemen lebih menitikberatkan rute-rute nan belum dikuasai oleh para maskapai besar dengan pemodalan nan luar biasa.
Adalah cukup sulit bagi Kartika Airlines buat bersaing dengan Lion Air nan penandatanganan perjanjian pembelian pesawat-pesawatnya saja disaksikan oleh Presiden Amerika, Barack Obama.
Oleh sebab itulah, Kartika Airlines berusaha berjalan dengan damai di jalur Indonesia bagian timur. Dengan bermain di jalur ini, Kartika Airlines berharap mampu membiayai biaya operasional perusahaan dan membayar harga dari pesawat-pesawat nan dipesannya.
Pada saatnya nanti, Kartika Airlines akan menggeliat lagi dengan kekuatan nan lebih baik. Kekuatan tersebut diharapkan bisa terlihat oleh masyarakat Indonesia sehingga mereka dapat mendapatkan banyak penumpang dan dapat bersaing lagi di jalur-jalur maut, seperti, Jakarta - Surabaya. Asa itu mungkin saja dapat tercapai pada saat pesawat-pesawat pesanan tiba di tanah air pada 2013.