Perubahan Konotasi dan Makna
Bahasa ialah salah satu alat komunikasi sesama manusia. Bahasa manusia atau masyarakat berkembang dan berubah sinkron dengan perkembangan situasi dan kondisi masyarakat nan menggunakan bahasanya dalam berkomunikasi. Perubahan bahasa di Indonesia sendiri nan masyarakatnya merupakan multilingual dan multikultural banyak terjadi, khususnya di daerah perbatasan.
Menurut Fasold, pergeseran dan penyamaan bahasa itu ibarat dua sisi mata uang nan tak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Seperti di Indonesia nan memiliki banyak bahasa daerah sebagai bahasa ibu atau keseharian masyarakat daerah menjadi tantangan sendiri bagi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Nah, sekarang sinkron dengan kebutuhan dan terbukanya jaringan komunikasi menjadi lebih mudah, bahasa Indonesia sudah mulai menggeser kedudukannya dalam kode komunikasi masyarakat. Pergeseran atau perubahan bahasa di masyarakat itu berlangsung dalam waktu nan lama, tak sekaligus dalam satu waktu. Oleh sebab itu, pergeseran bahasa ini tak bisa diamati, kecuali bahasa nan digunakan berubah dari wujud tulisan ke wujud tulisan. Akan tetapi, hal ini sangat sporadis ditemui sehingga pergeseran bahasa tak bisa diteliti dengan jangka waktu pendek.
Perubahan budaya dan telekomunikasi nan mudah sangat mendukung terjadinya pergeseran bahasa. Perkembangan pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan membuat bahasa nasional atau internasional sangat dibutuhkan buat berkomunikasi sehingga menggeser penggunaan bahasa daerah. Contohnya dapat dilihat sekarang anak muda lebih mudah diajak berbicara atau hubungan menggunakan bahasa nasional atau bahasa asing daripada bahasa daerah mereka.
Perubahan atau pergeseran bahasa dapat dipengaruhi dua hal besar, yaitu internal dan eksternal. Perubahan nan dipengaruhi internal itu berasal dari bahasa itu sendiri. Sedangkan, faktor eksternal terjadi sebab adanya peminjaman dari bahasa atau dialek bahasa lain.
Misalnya, kata “simple” sekarang lebih banyak digunakan dalam komunikasi. Padahal, dalam bahasa Indonesia bermakna “sederhana”. Beberapa bahasa di global banyak nan mengalami perubahan nan dipengaruhi faktor eksternal, seperti bahasa Urdu nan banyak “meminjam” dari bahasa Arab . Sedangkan, bahasa Hindi nan banyak meminjam kata-kata dari bahasa Sansekerta.
Faktor lain yaitu generasi atau usia pengguna bahasa. Perubahan generasi atau usia ternyata juga mempengaruhi terjadinya pergeseran penggunaan bahasa. Di usia tertentu, sekelompok anak muda menggunakan bahasa nan berbeda dengan orang-orang nan usianya di atas mereka. Akan tetapi, buat faktor ini harus dilihat kembali apakah terjadi perubahan nan drastis atau masih sedikit saja. Contoh dalam faktor pergeseran sebab faktor usia ialah akhir-akhir ini banyak sekali anak muda Indonesia nan menggunakan bahasa mereka, nan biasa disebut bahasa gaul. Akan tetapi, ketika usia anak muda ini beranjak dewasa atau tua, mereka (anak muda ini) akan kembali menggunakan bahasa nan berbeda sinkron dengan perubahan usia meraka.
Perubahan bahasa ini dapat disebut sebagai sosiolinguistik nan merupakan ilmu nan mempelajari mengenai bahasa dalam masyarakat. Sosiolinguistik lebih mendalam mempelajari mengenai pengaruh budaya terhadap bahasa nan digunakan oleh masyarakat sekitar kebudayaan tersebut sebagai suatu subjek atau pelaku pemakai bahasa sebagai alat komunikasi mereka sehari-hari dan juga komunikasi dengan kelompok lain.
Perubahan Konotasi dan Makna
Perubahan tersebut juga menjadikan perubahan konotasi atau maknanya. Ada lima jenis pergeseran makna, yaitu menyempit, meluas, amelioratif, peyoratif, dan asosiasi. Pertama , pergeseran makna menyempit, yaitu terjadi jika dulu penggunaan satu kata digunakan buat menyebutkan hal-hal nan umum, sekarang justru terbatas buat satu keadaan. Contoh kata nan mengalami penyempitan makna ialah “sarjana”. Jika dahulu kata “sarjana” bermakna orang nan mempunyai ilmu nan tinggi, sekarang makna “sarjana” menyempit menjadi orang lulusan perguruan tinggi.
Kedua , pergeseran makna menjadi meluas. Di mana, generalisasi makna ini kebalikan dari menyempit. Contoh kata nan mengalami generalisasi makna ialah kata “petani” nan dulu bermakna orang nan bekerja di sawah sedangkan sekarang dengan penambahan kata mengikuti kata petani, seperti petani ikan berarti orang nan beternak ikan .
Ketiga ialah amelioratif, yaitu pergeseran makna dari nan kurang baik menjadi makna nan baik atau positif. Sedangkan, keempat, kebalikan dari amelioratif ialah peyoratif pergeseran makna dari nan maknanya positif menjadi negatif. Kelima ialah sinestesia, yaitu terjadi perubahan makna terhadap penggunaan kata pada pengindraan. Contoh terjadinya perubahan makna, seperti “Duh, manis sahih gadis itu.” Kata “manis benar” bukan bermakna kita merasakan paras gadis itu dengan indra pengecap, akan tetapi gadis itu terlihat manis, jadi menggunakan indra penglihatan.
Ada beberapa faktor nan mempengaruhi pergeseran bahasa. Salah satunya prosedur bagaimana bahasa dapat berubah.
1. Bahasa sukses dipinjam atau diadopsi oleh masyarakat lain sehingga terjadi perubahan bunyi bahasa sinkron dengan kondisi masyakarat sekitar nan mengadopsi sehingga terjadi perubahan.
2. Bahasa nan digunakan meluas dan bertambah jumlah orang nan menggunakannya, seperti bahasa Inggris nan semakin banyak digunakan sehingga banyak diserap oleh masyarakat di dunia.
3. Perubahan pengucapan atau bunyi dengan segala perubahan sosial nan terjadi di masyarakat bisa mengubah suatu bahasa seperti nan dicontohkan tadi.
4. Bahasa mempunyai batas penyebarannya, yaitu hanya sebatas komunitas pengguna bahasa itu sendiri.
5. Bahasa mengalami perubahan bunyi, biasanya merupakan bentuk penanda status wilayah komunitas pengguna bahasa. Akan tetapi, pada termin perubahan ini, variabel bahasa atau linguistik nan berubah belum ditentukan.
6. Terjadi perubahan ketika ada generalisasi dari kelompok pengguna bahasa sebab pencerahan sosial. Variabel linguistik pada perubahan ini ialah sebagai indikator adanya fungsi keanggotaan sosial pada komunitas pengguna bahasa tersebut.
7. Terjadinya perubahan struktur nan disebabkan oleh adanya pelafalan atau pengucapan nan berbeda, tetapi masih berhubungan dengan bahasa aslinya. Perubahan ini dilakukan oleh penutur bahasa nan baru atau biasanya disebut serapan, misalnya orang Jawa nan masih banyak menggunakan bahasa Belanda, tetapi pengucapan orang Jawa berbeda dari pelafalan kata orisinil bahasa Belanda.
8. Komunitas penutur bahasa menerima bahasa baru dari kelas sosial nan lebih tinggi dan kata-kata tersebut memengaruhi linguistik komunitas penutur bahasa tersebut.
9. Dalam satu komunitas, jika terjadi perubahan nan sangat kuat dan didukung oleh waktu nan lama, bahasa suatu komunitas atau kelompok dapat saja menghilang. Hal ini disebut dengan stereotipe atau model bahasa.
10. Jika terjadi perubahan bahasa pada komunitas nan mempunyai kedudukan sosial nan lebih tinggi, maka bahasa tersebut akan menjadi suatu bahasa prestis. Misalnya, strata dalam bahasa jawa .
Sepuluh perubahan bahasa tersebut ialah perubahan bahasa secara standar. Masyarakat atau komunitas penutur bahasa mempertahankan penggunaan bahasa ibu sebagai salah satu karakteristik khas masyarakat atau suatu komunitas atau suku dan lain-lain. Ada beberapa faktor nan menyebabkan mereka atau komunitas bertahan dengan bahasa ibu mereka masing-masing, seperti adanya toleransi dalam masyarakat buat menghargai adanya disparitas bahasa dan budaya; adanya loyalitas dari masyarakat pengguna bahasa ibu sebagai bahasa mereka sehari-hari; atau faktor nan terakhir ialah daerah atau wilayah komunitas atau penutur bahasa ibu terpisah dari global luar sehingga pengaruh kebudayaan atau komunikasi nan terbatas dengan global luar membuat mereka mempertahankan bahasa ibu mereka. Biasanya, ini terjadi pada masyarakat atau suku pedalaman nan akses dan hubungan sosial mereka dengan global luar komunitas atau suku sangat terbatas.