Ragam Tayangan Menarik di TVRI
Keberadaan stasiun televisi partikelir di Indonesia kini sudah cukup banyak. Jika dilihat dari cikal-bakal global pertelevisian di Indonesia, hal ini tak dapat lepas dari pengaruh keberadaan TVRI alias Televisi Republik Indonesia. Banyaknya stasiun televisi partikelir nan hadir seolah menjadi tongkat estafet nan diberikan stasiun televisi negeri satu-satunya ini pada para penerusnya.
TVRI: Televisi Pertama Indonesia
Stasiun televisi negeri ini ialah tonggak pertama nan ditancapkan pada tanah pertelevisian Indonesia. Televisi ini berstatus negeri dari awal kemunculannya hingga kini. Stasiun televisi negeri ini pertama kali mengudara pada 23 Agustus 1962. Sebagai televisi pertama Indonesia nan mengudara, tayangan nan dimiliki stasiun televisi negeri ini masih dipenuhi dengan nuansa-nuansa nasionalis nan kental. Seremoni peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia nan ke-17 ialah tayangan perdana bagi stasiun televisi negeri ini. Kemajuan teknologi belum menyentuh stasiun televisi negeri ini saat itu, sehingga tayangan nan disuguhkan olehnya pun hanya memiliki dua warna, hitam dan putih.
Televisi Republik Indonesia memiliki tayangan-tayangan nan khas Indonesia. Hal-hal nan berkenaan dengan warta di sekitar wilayah Indonesia menjadi tayangan unggulannya. Penayangan nan dinilai tak ada hubungannya dengan warta sekitar Indonesia sangat dikurangi. Penayangan iklan-iklan komersil menjadi satu hal nan dipermasalahkan.
Sebagai sebuah televisi nasional milik negara, Televisi Republik Indonesia memiliki motto nan berbunyi "Menjalin Persatuan dan Kesatuan". Motto nan dimiliki Televisi Republik Indonesia mengalami perubahan dalam perkembangannya. Motto Televisi Republik Indonesia nan terbaru ialah "Saluran Pemersatu Bangsa dan Semangat Baru". Tayangan-tayangan nan dimiliki Televisi Republik Indonesia menjadi satu-satunya wahana hiburan bagi masyarakat Indonesia. Kekuasaan Televisi Republik Indonesia mulai meredup. Stasiun milik pemerintah ini mulai mendapatkan saingan. Hadirnya beberapa televisi partikelir seperti RCTI dan SCTV pada 1989 dan 1990 mulai sedikit menggoyahkan kekuatan monopoli dari Televisi Republik Indonesia.
Sejarah TVRI
Pemikiran buat membangun sebuah saluran televisi sendiri sudah ada dibenak para pemerintah pada 1961. Saat itu, pembangunan stasiun televisi ini bertujuan buat ikut meramaikan seremoni Asian Games ke IV nan diadakan di Jakarta. Soekarno nan saat itu menjabat sebagai presiden Republik Indonesia memerintahkan buat membangun sebuah studio di Senayan. Setelah selesai dibangun, tes pertama nan dilakukan oleh stasiun televisi nasional ini ialah penayangan peringatan upacara kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1962.
Pembuatan Televisi Republik Indonesia sebagai rangkaian penyambutan digelarnya Asian Games tak main-main. Upacara pembukaan pagelaran Asian Games pada 24 Agustus 1962 sekaligus sebagai peresmian televisi ini. Televisi Republik Indonesia pun mulai resmi mengudara. Bermula dari ibukota, Televisi Republik Indonesia mulai membuka siaran regionalnya di beberapa kota seperti Yogyakarta, Semarang, Medan, Makassar, Manado, Batam, Palembang, Bali dan Balikpapan.
Setahun mengudara, tayangan-tayangan nan dimiliki Televisi Republik Indonesia masih belum terlalu maju. Meskipun demikian, Televisi Republik Indonesia sudah dapat menayangkan perlombaan Formula Satu pada 1963, dan pertandingan bola di ajang Piala Global pada 1966. Penayangan Piala Global dimulai dari upacara pembukaan hingga final nan terjadi antara Inggris dan Jerman Barat.
Perubahan terjadi di tubuh Televisi Republik Indonesia. Pada 1974, Televisi Republik Indonesia berada di bawah kepemimpinan Departemen Penerangan. Peran nan dimiliki Televisi Republik Indonesia pun bertambah. Televisi Republik Indonesia menjadi wahana informasi bagi kepentingan negara. Kebijakan-kebijakan nan dimiliki pemerintah disampaikan kepada seluruh rakyat dengan memanfaatkan fasilitas nan dimiliki oleh Televisi Republik Indonesia. Dengan kata lain, TVRI menjadi penyampai informasi dari pemerintah kepada rakyat.
Di masa Orde Baru, peran tersebut semakin kental. Semua stasiun Televisi Republik Indonesia di ibu kota dan di kota-kota lain di Indonesia memiliki satu visi, yakni integrasi. Stasiun televisi ini berfungsi sebagai wahana pemersatu bangsa milik pemerintah, nan informasinya tentu saja sejalan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, alias tak menyampaikan berita-berita dan informasi nan mendiskreditkan kinerja pemerintah.
Era reformasi ialah era nan baru, begitu juga bagi stasiun televisi nasional Indonesia ini. Di bulan Juni 2000, stasiun televisi ini ditetapkan menjadi Perusahaan Jawatan nan dibina dan bertanggung jawab kepada Departemen Keuangan. Selanjutnya pada April 2002 Televisi Republik Indonesia diubah statusnya menjadi perseroan terbatas (PT) di bawah naungan Departemen Keuangan dan Kementerian Negara BUMN. Sepanjang hayatnya, Televisi Republik Indonesia telah menjadi satu-satunya stasiun televisi nan luas jangkauannya dengan banyak stasiun daerah nan tersebar di berbagai wilayah di nusantara.
Kiprahnya di global pertelevisian Indonesia nan sudah sangat lama tak membuat Televisi Republik Indonesia kehilangan eksistensinya. Dari tahun ke tahun, Televisi Republik Indonesia terus berkembang. Televisi ini meluaskan jaringan hingga hampir seluruh wilayah di Indonesia. Hingga kini, Televisi Republik Indonesia telah memiliki 27 stasiun daerah. Tersebar menggunakan 376 transmisi nan ada di seluruh Indonesia. Masyarakat Indonesia nan berada di ujung barat hingga paling timur Indonesia semua dapat menyaksikan tayangan-tayangan nan dimiliki oleh stasiun televisi ini. Dengan jumlah karyawan dan penonton nan cukup banyak, Televisi Republik Indonesia diharapkan bisa turut serta membangun negara Indonesia.
Ragam Tayangan Menarik di TVRI
Televisi Republik Indonesia sempat menjadi satu-satunya stasiun televisi bagi pemirsa televisi Indonesia, ini terjadi setidaknya hingga tahun 1990-an. Selama itulah Televisi Republik Indonesia menyuguhkan berbagai acara nan menarik buat ditonton dan memiliki nilai informasi nan baik. Ada beberapa tayangan nan inheren di hati pemirsanya dan hingga kini masih dikenang. Inilah beberapa di antaranya.
1. "Berpacu dalam Melodi"
Siapa tidak ingat kuis fenomenal nan digemari banyak orang di era 1980-an hingga 1990-an ini? Paras Koes Hendratmo selalu menghiasi layar kaca TVRI setiap hari Selasa dan Kamis terhitung tanggal 20 Desember 1988 hingga 31 Januari 1998. "Berpacu dalam Melodi" ialah hiburan berupa kuis tentang lagu-lagu, terutama lagu-lagu nan sempat populer di era 1950-an hingga 1980-an.
Karena popularitasnya membekas di hati banyak orang Indonesia, di tahun 2000-an acara ini kembali ditayangkan di salah satu stasiun televisi partikelir yakni MetroTV. Selama lima tahun (dari tahun 2000 sampai tahun 2005) Koes Hendratmo kembali menyapa pemirsa melalui kuis "Berpacu dalam Melodi" di MetroTV.
2. "Si Unyil"
Ini dia salah satu tayangan anak nan disuguhkan oleh TVRI sejak tahun 1981 sampai 1993. "Si Unyil" selalu menemani anak Indonesia setiap minggu pagi dengan cerita-cerita ringan keseharian tiga orang sahabat, Unyil, Ucrit, dan Usro. Film boneka ini sangat populer di masanya dan menciptakan budaya populer di tengah masyarakat Indonesia saat itu.
Di tahun 1993, "Si Unyil" berpindah ke tangan RCTI, stasiun televisi partikelir pertama tanah air. Kemudian tayangan ini sempat pindah lagi ke TPI nan kini berubah menjadi MnC TV. "Si Unyil" memang tak ada duanya dan telah menjadi legenda. Unyil menjadi simbol anak Indonesia. Kini karakter Unyil hadir di Trans7 dengan format acara baru nan berbeda dan lebih informatif, tak sekadar menyuguhkan cerita ringan sehari-hari Unyil dan teman-temannya.
3. "Oshin"
Serial televisi Jepang nan menceritakan kehidupan perempuan Jepang sejak era Meiji hingga tahun 1980-an ini ditayangkan di TVRI di tahun 1980-an, tepatnya pada tahun 1983 - 1984. Kisah hayati Shin Tanokura dalam "Oshin" menjadi favorit pemirsa televisi Indonesia di masanya. Serial TV nan memiliki 297 episode ini rupanya tak hanya ditayangkan di Indonesia dan Jepang, tetapi juga di 57 negara lainnya. Serial televisi ini sempat diputar ulang pada tahun 2000-an di salah satu stasiun televisi partikelir Indonesia. Akan tetapi popularitasnya saat itu tak sehebat dahulu ketika ditayangkan di TVRI.