Bakat Taufik Ismail
Karya puisi kreasi Taufik Ismail memiliki energi perjuangan nan tetap kental. Ia begitu pandai merangkai kata dengan rasa hingga harapan terasah nan membuat pipi pun basah tidak terasa. Taufik Ismail berpuisi dengan kisah konkret nan ada di sekitarnya. Pengalaman hayati dan perjalanan hidupnya membuatnya diberi kesempatan oleh Sang Maha Kuasa buat melihat begitu banyak kejadian nan luar biasa. Ia tuangkan kejadian itu dalam berabgai bentuk puisi latif yang memesona. Apakah ia memang lulusan sastra hingga begitu mampu menuangkan semua kata dalam rangkai latif sebuah puisi? Ternyata tidak.
Taufik Ismail dan Karyanya
Tak ada persyaratan spesifik seseorang buat menjadi penyair, siapa pun dapat jadi penyair asal punya keinginan dan bakat nan memadai. Lihatlah bagaimana seorang sastrawan prominen Taufik Ismail, ia ialah seorang lulusan Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Ia juga tercatat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI pada tahun 1960-1961 serta menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Mahasiswa periode 1960 hingga 1962.
Ia mampu membuat karya indah. Ia sangat tertarik dengan global sastra satu ini sehingga melembutkan hatiny auntuk terus belajar tentang bagaimana membuat puisi nan indah. Bukan tak melalui sebuah proses sehingga ia mampu mengolah kata begitu latif itu. Ia terus berproses sepanjang masa kehidupannya. Karyanya menjadi satu cermin kehidupan nan dilaluinya. Pada saat ia melihat perjuangan nan kandas atau ketika ia menyaksikan jiwa-jiwa orang nan katanya ingin berjuang namun ternyata hanya buat mencari popularitas. Kebencian, kekecewaan, kebahagiaan, kesedihan, semua ia tuangkan dalam puisi-puisinya.
Bahkan puisi kreasi Taufik Ismail ini banyak menginspirasi para pencipta lagu nan akhirnya memusikalisasikan puisi-puisi itu. Puisi-puisi nan sarat makna itu memang sangat menggugah dan sinkron dengan apa nan ada di lapangan kehidupan. Hal ini tentu sangat sinkron dengan latar belakang seorang Taufik nan juga aktif sebagai seorang aktivis mahasiswa. Salah satu puisinya tentang perjuangan nan melibatkan mahasiswa ini ialah puisi nan berjudul Memang Selalu Demikian, Hadi. Puisi ini tercipt atahun 1966 pada saat gejolak kaum muda tanah air begitu menggelora. Mereka ingin bangsa ini menjadi bangsa nan makmur. Mereka ingin bangsa ini menjadi sejahtera.
Setiap perjuangan selalu melahirkan
Sejumlah pengkhianat dan para penjilat
Jangan kau gusar, Hadi
Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita
Pada kaum nan bimbang menghadapi gelombang
Jangan kau kecewa, Hadi
Setiap perjuangan nan akan menang
Selalu mendatangkan pahlawan jadi-jadian
Dan para jagoan kesiangan
Memang demikianlah halnya, Hadi
Namun, ternyata tak semua mahasiswa itu berjuang dengan hati. Tidak semua mempunyai niat nan tulus buat negeri. Para kaum nan ingin mereguk kemenangan sendiri demi kepentingan sendiri, mereka tentu saja mendapatkan apa nan mereka inginkan, yaitu kesenangan dunia. Memang mereka mendapatkan kesenangan global itu. Mereka tampak bahagia. Tetapi percayalah bahwa siapapun nan meminta global dan mengejar dunia, tak akan merasakan senang sebahagia-bahagianya. Karena global hanya sementara dan tak ada harta global nan dibawa ke alam kubur.
Hanay orang-orang nan mengejar kebahagiaan sejatilah, yaitu kesejahteraan akhirat, nan akan menjadi pemenang. Taufik Ismail sangat pandai menggambarkan semua itu ke dalam puisi-puisinya. Ia untuk puisi nan menggambarkan bahwa kehidupan ini memang bukan buat dinikmati dengan cara nan salah sebab semua akan kembali. Kematian akan datang walau tidak lagi memberitahukan kapan. Ia niscaya datang. Kematian nan latif itu ialah kematian syahid dalam jalanNYa. Ia tuangkan puisi dengan judul Nasihat-Nasihat Kecil Orangtua Pada Anaknya nan Berangkat Dewasa.
Bakat Taufik Ismail
Taufik Ismail mengaku sudah cukup tertarik dengan global sastra semenjak SMA. Jadi meskipun ia menempuh jurusan studi nan tak sinkron dengan keinginannya, talenta Taufik Ismail tetap muncul dan akhirnya talenta tersebut pulalah nan membesarkan namanya. Ia tidak berhenti berkarya sebab karyanya itu ialah dorongan jiwanya. Puisinya nan panjang nan rasanya sulit buat dihapalkan ialah hasil dari hentakan dalam jiwanya. Ia tidak tahan memendam apa nan ada dalam benaknya.
Pada saat di SMA, Taufik Ismail telah mulai rajin menulis sajak nan sukses dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan majalah Kisah. Taufik Ismail terlahir dari keluarga nan rajin dan getol membaca, sehingga seorang Taufik Ismail kecil adalah sosok nan akrab dengan tradisi membaca. Tradisi ini pulalah nan kelak akan membuat puisi kreasi Taufik Ismail sebagai puisi nan memuat pesan aktual sinkron dengan permintaan zaman. Ia tidak akan melepakan rangkai kata itu jauh dari peradaban pada saat puisi itu tercipta.
Taufik Ismail memuaskan hobi membacanya pada saat ia bertugas sebagai penjaga pustaka di perpustakaan Pelajar Islam Indonesia, ia tidak hanya getol membaca buku-buku sastra, namun juga buku-buku politik, sosial, agama, sejarah dan sebagainya. Melalui tradisi membaca nan seperti ini, Taufik Ismail telah mampu membuat puisi sebagai alat universal buat menyampaikan sebuah pesan pada masa ini nan dibutuhkan oleh publik. Ia pandai sekali memilah kata nan memang pantas buat menggambarkan kejadian pada saat puisi itu ditulis.
Lihat bagaimana karya kreasi Taufik Ismail memiliki rona nan berbeda dari karya puisi penyair-penyair lain. Puisi Taufik Ismail berjudul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia merupakan salah satu contoh puisi Taufik nan cukup populer di tengah masyarakat. Di berbagai momentum sejarah bangsa Indonesia seperti, jatuhnya rezim Soeharto, tragedi Trisakti, peristiwa bom Bali dan sebagainya. Beda sekali dengan puisi nan berjudul Aku karya Chairil Anwar.
Chairil Anwar terkadang menggambarkan kehidupan nan lebih bebas, bebas nilai nan dianut siapapun. Chairil Anwar bagai binatang jalang. Sedangkan Taufik Ismail lebih menggambarkan kediriannya sebagai seorang hamba nan tidak dapat menjadi biantang jalang sebab ada pagar nan tidak boleh dilewati. Pagar itu ialah tuntunan agama nan sangat dipegang teguh olehnya. Suara Taufik Ismail nan tak begitu menggelegar seperti suara si burung merak, WS Rendra, ternyata tidak mengurungkan estetika nan terpancar dari rangkaian kata-kata itu.
Bahkan sering kali juga apa nan diungkapkan oleh Taufik Ismail itu mengundang senyum. Tentu ada senyum bahagia, tetapi juga banyak senyum pahit nan membuat batin terkoyak. Ia sangat pandai menyentuh batin-batin nan haus siraman kata-kata bijak. Ia pandai membuat orang terpaku dan merenungi apa nan telah diperbuat selama ini. Ia mengingatkan manusia bahwa bumi ini telah rusak dan akan semakin rusak bila tak ada nan berusaha buat mencegah kerusakannya.
Karakteristik Puisi-puisi Taufik Ismail
Menyimak dan mengulas puisi-puisi karya Taufik Ismail akan membuat kita mampu menyimpulkan beberapa macam karakter khas puisi-puisi nan ditulis oleh penyair kelahiran kota Bukittinggi ini. Di antara beberapa karakter nan menonjol ialah bahwa puisi-puisi itu memiliki pesan nafas perjuangan nan cukup kental.
Puisi-puisi nan ditulis oleh Taufik Ismail ialah jenis puisi kritik sosial nan merupakan bentuk halus demonstrasi seorang anak negeri terhadap bangsa Indonesia nan ditulis dengan bahasa santun karya sastra. Puisi-puisi Taufik Ismail lebih dekat dengan persoalan kemelut politik dalam negeri, kondisi sosial ekonomi dan hal-hal pada masa ini menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara.
Yang menjadi latar belakang nan cukup kuat akan hal ini barangkali ialah siapa sosok Taufik Ismail disaat waktu muda. Ia ialah salah seorang aktivis mahasiswa nan menyuarakan aspirasi rakyat melalui perjuangan melakukan kontrol kebijakan pemerintah. Di samping itu budaya baca universal nan dilakukan Taufik dengan membaca semua jenis buku sejarah, politik dan agama, menyebabkan Taufik muncul dengan membawa rona dari bacaan-bacaannya.
Taufik tak absolut menulis puisi buat dirinya, ia juga menuliskan puisi buat dapat dikonsumsi oleh orang banyak. Karya Taufik Ismail mengajak para penikmatnya buat merenung sejenak akan berbagai polemik permasalahan nan melanda bangsa Indonesia. Ia mengajak buat memahami bagaimana menjadi anak bangsa nan baik dan mampu berguna bagi negara.
Ditulis dengan pilihan kata nan lugas dan cukup transparan
Jika kita menyimak gaya bahasa puisi kreasi Taufik Ismail, maka pembaca tidak akan dibuat rumit dengan sajian diksi nan sublim. Puisi Taufik ialah puisi-puisi transparan nan cukup mudah dimengerti dan dinikmati. Puisi itu bagaikan cerpen nan ringkas. Bagaimanapun Taufik memilih pesan sebagai kekuatan primer puisi-puisi nan ditulisnya.