Minum Susu dan Makan Manisan

Minum Susu dan Makan Manisan

India ialah salah satu negara di Asia nan memiliki jumlah penduduk terbanyak. Jumlah masyarakatnya lebih dari satu miliar jiwa. Masyarakatnya mayoritas beragama Hindu dan Islam, dengan rata-rata memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Masyarakat India ialah masyarakat nan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Mereka tak pernah melupakan budaya negaranya. Walaupun kebudayaan di India bersifat mencampurkan berbagai macam elemen nan bertentangan, namun hal itu tampaknya justru membuat masyarakatnya semakin bangga terhadap kebudayaan nan mereka miliki.

Seperti halnya di Bali, masyarakat India juga mengenal istilah kasta dalam kehidupannya. Kasta tersebut dibagi berdasarkan strata tingkatan sosial seseorang. Istilah kasta hanya dikenal oleh masyarakat nan mayoritas memeluk agama Hindu.



Kasta dalam Masyarakat India

Susunan kasta tersebut mulai dari kasta Brahma nan menjadi kasta paling tinggi hingga kasta Sudra nan merupakan kasta terendah. Kasta Brahma biasanya diperuntukkan bagi para pendeta, kasta Ksathriya, yaitu kasta nan terdiri dari masyarakat golongan pemerintahan, kasta Waisya nan terdiri dari masyarakat golongan pedagang, dan nan terakhir ialah kasta sudra nan merupakan kastanya masyarakat jelata.

Tokoh India nan terkenal sebab ketidaksetujuannya mengenai pembagian kasta ialah Mahatma Gandhi. Pada mulanya, sistem kasta ini banyak menimbulkan konfrontasi di antara masyarakat India sendiri, sehingga Mahatma Gandhi merasa perlu menangahi persoalan tersebut. Perjuangan Mahatma Gandhi rupanya harus dibayar dengan sangat mahal. Dia kehilangan nyawa dampak dibunuh oleh salah satu masyarakat India nan sangat fanatik terhadap pembagian kasta di India.

Masyarakat India tampaknya sekarang sudah dapat saling menghargai. Apabila di antara mereka terdapat disparitas kasta maka hal itu tak akan mempengaruhi kehidupan bersosial mereka. Nilai-nilai budaya pun dijunjung dengan sangat tinggi, tidak heran bila di mana pun masyarakat India berada, kita akan melihat mereka selalu menggunakan berbagai macam "identitas" dari negaranya. Seperti, kain sari juga sindoor atau tanda di kening bagi wanita nan sudah menikah.

Pernikahan bagi masyarakat India merupakan suatu peristiwa nan sangat sakral. Tidak sedikit wanita-wanita di India nan menikah dengan cara dijodohkan. Mereka beranggapan, perjodohan ialah jalan menuju pernikahan nan bahagia. Mayoritas masyarakat India, khususnya wanita, menikah pada usia 18 tahun.

Upacara-upacara tradisional nan ada di India juga tampaknya sering dijadikan acara buat mempererat tali silaturahmi antara mereka. Salah satu upacara adat nan sampai kini masih dilakukan oleh masyarakat India ialah Deepavali. Dalam agama Hindu, Deepavali artinya ialah festival cahaya. Festival cahaya ini ialah perlambang dari kemenangan nan sahih atas nan salah. Pada saat festival ini berlangsung, masyarakat India diwajibkan buat menyalakan lampu selama lima hari sebagai bentuk asa umat manusia.

Masyarakat India nan tak pernah melupakan budayanya di mana pun mereka berada, menjadikannya menarik di antara ribuan masyarakat global lainnya.



Menyanyi dalam Masyarakat India

Sebagian besar adari budaya masyarakat India ialah suka menyanyi. Hal ini tampak dari film india nan selalu ditonton. Pengekspresian terhadap apa nan dialami kerap ditanggapi dengan menyanyi. Sejujurnya, membaca karakter dari masyarakat India tampak dari filmnya. Ekpresi menyanyi nan kerap dilakukan tanpa pernah menilai dari sisi di mana pun mereka berada. Artinya, menyanyi memang menjadi bagian dari Norma masyarakat India.

Kebudayaan inilah barangkali nan menyebabkan India begitu terkenal. Hampir dipastikan, semua orang menyukai lagu India. Bahkan tidak sedikit di Indonesia meniru lirik lagu India ataupun film India. Contohnya saja Rhoma Irama. Ada beberapa lagunya nan meniru ‘genre’ lagu India. Begitu juga dengan film nan diperankannya, tidak terlepas dari lagu-lagu nan nyaris sama seperti lagu India. Demikian halnya dengan film-film nan ditayangkan di Indonesia di pagi hari. Kebanyakan meniru film India. Karena tidak terlepas dari karakter bernyanyi dan beribadah.

Sejatinya, dari nyanyian India menjadi begitu terkenal. Karena nyanyian India bukan hanya dikagumi oleh masyarakatnya, tapi orang seluruh penduduk dunia. Banyak sekali orang nan suka mendengarkannya. Bahkan, tidak sedikit nan meniru dan menghapal lirik-lirik lagu India.



Minum Susu dan Makan Manisan

Adalah tradisi masyarakat India nan lainnya adalah, getol meminum susu dan makanan nan memiliki rasa manis. Tradisi ini sudah begitu membumi. Tak hanya Anda temukan saat berkunjung di lingkungan masyarakat nan berada di India, namun saat berjumpa dengan orang India, umumnya mereka menawarkan Anda meminum susu dan memakan makanan nan manis. Maka dari itu, bila Anda memiliki teman keturunan India, harus siap menerima tradisi.

Jika Anda tanya tentang susunya, tentu saja susu nan diberikan ialah susu murni. Susu nan langsung dari sapi perah. Anda tidak akan menemukan rasa manis di dalamnya. Makanya, ketika memakannya dengan makanan nan manis tetap cocok. Kemanisan makanan tersebut tidak rusak disebabkan susu. Karena susu nan diberikan ialah susu murni.



Mari Belajar dari India

Bila melihat masyarakat india begitu cinta pada budayanya, mestinya kita juga layak menirunya. Kita mesti memajukan budaya nan kita miliki. Lihatlah masyarakat India, mereka tidak pernah lupa menunjukkan budaya-budaya mereka. Budaya hidustani. Hampir di setiap filmnya tidak pernah lepas dari menyanyi, minum susu dan memakan manisan. Meski sebagian budaya mereka sudah masuk dalam ranah agama, namun tetap saja menjadi budaya.

Kita juga mestinya dapat melakukan hal nan sama. Setiap film kita tidak pernah lepas menampilkan budaya-budaya indonesia. Dari segi baju hingga musik tradisional. Dengan cara seperti ini, akan mengingatkan kita selalu tentang budaya-budaya nan ada. Jika kita hanya menampilkan budaya Barat tanp pernah mengkombinasikannya dengan budaya Indonesia, jelas hal ini akan membuat budaya kita akan hilang.

Tak ada maksud penulis buat mencela film Indonesia, namun penulis hanya mengajak para sutrada buat mau meniru India. Kita juga dapat melakukannya. Jangan full di negeri ini didominasi oleh budaya-budaya luar sehingga membuat kita lupa akan budaya sendiri. Inilah nan mesti ditampilkan. Penampilan seperti ini membuat karya negeri ini tidak pernah lepas dari keinginan memajukan budaya miliknya.

Banyak hal nan mesti kita pelajari dari India. Pelajaran nan diambil bukanlah dari sisi musiknya, tapi dari sisi bagaimana mereka dapat memasukkan budaya dalam film-film mereka. Ini menjadi nilai jual. Nilai memasarkan bahwa negara kita memiliki budaya nan tak dimiliki oleh bangsa lain. Nah, jika pun ada nan meniru tentu ia tidak lagi menjadi nan pertama.

Dengan memasukkan budaya dalam film juga menyelamatkan budaya-budaya nan dimiliki. Kita tidak lagi merasa kesal terhadap negara lain nan mengklaim budaya kita menjadi miliknya. Semua itu dapat dilakukan melalui film. Masukkan budaya nan kita miliki otomatis negara lain tidak akan ada nan berani mengklaim budaya tersebut sebagai miliknya.

Pelajaran dari sebelum-sebelumnya, ketika ada negara lain mengklaim budaya kita sebagai budayanya, kita pun lantas emosional. Padahal, sebelumnya kita tak pernah bangga dengan budaya nan dimiliki. Mestinya, jika kita memang pemilik budaya tersebut kita dapat menampilkan budaya tersebut dalam film-film kita. Maka dari itu, tugas para pengarah adegan buat tetap memasukkan budaya Indonesia di dalam naskah film nan digagasnya.

Kita harus belajar dari India. Mereka telah sukses memasarkan budaya milik mereka dari perfilman. Mungkin pun di luar dugaan mereka mampu memasarkan budayanya nan begitu mahal harganya dair perfilman. Semua itu hanya tinggal kemauan kita. Dapatkah kita memperkenalkan budaya nan kita mililiki seperti apa nan dilakukan oleh masyarakat India ? Jika kita mampu, cobalah buat menampilkannya dalam bentuk visual mobilitas melalui film-film nan kita gagas. Semoga artikel ini dapat menggugah para pembaca nan barangkali berprofesi sebagai sutradara.