Akhir Usia
Riwayat hayati Chairil Anwar mungkin tak seharum namanya sebagai sastrawan nan dikenang oleh masyarakat luas saat ini. Dapat jadi, sebab pada masa ia lahir tahun 1922, penjajahan dan penindasan masih mengungkung negeri ini.
Namun, sebagai pujangga angkatan '45, suasana negeri nan sulit itu juga nan membuat karyanya begitu membekas dan memiliki kekuatan dalam pemilihan diksi. Puisi -puisinya mampu menyentak alam pikir masyarakat penikmat seni puisi hingga saat ini.
Masa Kecil
Chairil Anwar ialah anak satu-satunya dari keluarga nan pecah. Ibu dan ayahnya bercerai saat Anwar masih kanak-kanak. Walau pun ayahnya ialah pejabat bupati di daerah Riau, dan ibunya masih keturunan keluarga terpandang di Sumatra Barat, namun Anwar dan ibunya hayati sederhana.
Riwayat hayati Chairil Anwar nan berasal dari keluarga berada itu membuatnya boleh melanjutkan sekolah hingga ke jenjang MULO, atau setingkat SMP. Jiwa bebasnya lalu mendorong Chairil Anwar buat keluar dari sekolah dan mulai menulis puisi saat usianya masih remaja.
Anwar lalu pindah ke Jakarta bersama ibunya saat ia memasuki usia 20 tahun. Di sana, ia mulai membaca berbagai karya sastra berbahasa Jerman, Belanda dan Inggris. Karyanya sedikit banyak dipengaruhi oleh puisi-puisi awal nan ia baca. Sehingga secara tak langsung berpengaruh terhadap perkembangan kesusastraan Indonesia baru.
Dewasa
Dengan pengalaman dan riwayat hayati Chairil Anwar nan bebas dan cenderung seenaknya sendiri, berpengaruh pula pada kehidupan asmara lelaki berperawakan kurus tersebut. Beberapa nama gadis sempat hadir dalam puisi karyanya.
Ia sempat menikah dengan seorang wanita asal Jakarta dan dikaruniai anak perempuan. Namun sebagai penyair , Chairil Anwar tak begitu diberi kemampuan dalam hal ekonomi buat menghidupi anak dan istrinya itu, sehingga istrinya meminta cerai.
Akhir Usia
Setelah berpisah dengan istrinya, Anwar nan sedang menderita sakit batuk, nan ternyata ialah TBC, semakin parah sebab tak memperhatikan pengobatan atas sakitnya. Di usia baru menginjak 27 tahun, akhirnya Anwar pun tutup usia sebab kalah oleh virus nan menggerogoti paru-parunya.
Namun tak demikian halnya dengan berbagai karya nan dihasilkan oleh Chairil anwar. Buku-buku puisinya masih beredar sampai saat ini dan membuat namanya semakin harum di kancah persastraan Indonesia .