Dampak Penggunaan Air Condotioner
Air conditioner atau AC, sekarang ini sudah menjadi kebutuhan penting. Khususnya di kantor-kantor, hotel, ruang rapat, bahkan di rumah. Alasannya cukup sederhana, yaitu buat kenyamanan. Ini sebab dengan Air conditioner, kita dapat mengatur suhu ruangan sinkron keinginan tanpa harus terganggu oleh cuaca di luar. Juga buat menyulap ruangan menjadi terasa nyaman, sejuk, dan segar.
Sehingga tidak heran, banyak orang nan tertarik menggunakan AC. Kkhususnya di daerah-daerah bersuhu panas. Dengan penggunaan AC, diharapkan jika kenyamanan sudah tercapai maka kinerja pun jadi meningkat. Berikut ini ulasan singkat mengenai sejarah inovasi AC, bagian-bagian dari AC, serta akibat penggunaannya.
Sejarah Inovasi Air Conditioner
Ide dasar teknologi Air conditioner ditemukan oleh seorang dokter bernama John Gorrie pada tahun 1842. Kemudian, dikembangkan oleh Willis Haviland Carrier. Sebenarnya, ide dasar teknologi Air conditioner ini muncul ketika pria kelahiran Charleston, California Selatan, 3 Oktober 1802 itu sedang menghadapi pasien nan mengalami demam tinggi,. Pasien tersebut merasa tak nyaman dengan suhu udara nan panas.
Saat itu, John ingin membuat demam pasien turun sehingga tercetuslah ide meletakkan bongkahan es di depan kipas angin. Dengan demikian ketika kipas dinyalakan, angin nan dihasilkan oleh kipas menyebarkan suhu dingin nan berasal dari bongkahan es tersebut. Hasilnya, udara di sekitarnya menjadi dingin.
Pada 1844, John mulai mengembangkan pembuatan mesin pendingin nan kini dikenal dengan sebutan Air conditioner itu secara serius. Ia merancang dan mengembangkan mesin eksperimen pembuat es nan prinsip kerjanya berdasarkan hukum fisika. Yaitu panas/kalor mengalir dari suhu nan lebih panas (tinggi) ke suhu nan lebih dingin (rendah).
Untuk cara kerjanya, mula-mula mesin melakukan proses pemadatan ( compress ) gas sehingga suhunya meningkat atau menjadi panas. Lalu, gas nan telah dipadatkan tersebut dialirkan pada koil-koil buat proses penurunan tekanan ( decompress ). Sehingga suhunya menurun atau menjadi dingin. Tujuh tahun kemudian tepatnya pada 1851, John sukses mendapatkan hak paten buat mesin pendingin hasil penemuannya nan kini lebih dikenal dengan sebutan Air conditioner (AC).
Sepeninggalnya John Carrier, gagasan tentang AC ikut lenyap dan memudar selama kurang lebih 50 tahun. Baru pada tahun 1902, Willis Haviland Carrier merancang AC nan menggunakan energi listrik. Awalnya, penggunaan AC komersial hanya di pabrik percetakaan nan bertujuan buat meningkatkan kendali pada proses manufaktur.
Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, perlahan permintaan terhadap AC semakin meningkat sebab disinyalir bisa meningkatkan produktivitas di loka kerja. Puncaknya terjadi pada tahun 1950, permintaan terhadap AC kian melonjak. Penggunaannya pun tak hanya dalam pabrik, tetapi sudah merambah ke rumah-rumah dan mobil.
Jika kita tengok ke belakang, sebenarnya alat pendingin homogen Air conditioner (AC) sudah ada sejak zaman Romawi. Yaitu berupa bangunan penampung air di dalam dinding rumah nan bertujuan buat menurunkan suhu dalam rumah. Tetapi, cara ini tak efektif dan efisien sebab memerlukan biaya nan tak murah.
Kemudian pada tahun 1820, seorang ilmuwan inggris nan bernama Michael Faraday menemukan cara lain buat mendinginkan udara, yaitu dengan gas Amonia. Dia menemukan bahwa Pemberian tekanan ( compress ) dan pencairan gas amonia bisa menurunkan suhu udara. Yaitu ketika amonia cair tersebut dibiarkan menguap. Akan tetapi, gas amonia memiliki beberapa kelemahan, yaitu bersifat korosif (merusak) terhadap tembaga dan sedikit beracun sehingga penggunaannya dibatasi.
Bagian-Bagian Air Conditioner
Di dalam Air conditioner terdapat bagian-bagian eksklusif nan memiliki fungsinya masing-masing. Agar bisa menjalankan fungsinya dengan baik, setiap bagian tersebut harus saling terintegrasi satu sama lain. Bagian-bagian nan dimaksud antara lain :
1. Kompresor ( Compressor )
Sesuai dengan namanya “ compressor ” nan artinya pemberi tekanan. Fungsi bagian ini ialah buat memberi tekanan pada zat pendingin sehingga bisa tersebar ke seluruh sistem.
2. Kondensor ( Condenser )
Kondensor berfungsi buat menurunkan panas/kalor zat pendingin nan telah diberi tekanan oleh kompresor. Dalam proses ini terjadi perubahan wujud dari gas menjadi cair
3. Evaporator
Berfungsi buat mengambil panas pada zat pendingin nan diperoleh dari ruangan sekitarnya. Dengan tujuan agar zat pendingin menjadi semakin dingin. Panas nan diambil dialirkan ke kompresor, kemudian dikeluarkan kembali lewat kondensor. Dalam proses ini, terjadi perubahan wujud zat pendingin dari cair menjadi gas.
4. Saringan
Berfungsi buat menyaring semua kotoran nan berada di dalam sistem agar tak masuk ke dalam pipa kapiler atau keran ekspansi. Namun, perlu diperhatikan bahwa proses penyaringan tak boleh menyebabkan penurunan tekanan ataupun menyebabkan sistem buntu
5. Pipa Kapiler
Berfungsi buat menurunkan tekanan zat pendingin nan berwujud cair dalam pipa. Serta buat mengontrol dan mengatur jumlah zat pendingin nan mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
6. Keran Ekspansi
Berfungsi buat menurunkan tekanan pada evaporator sinkron dengan batas nan telah ditentukan. Dengan jalan mengalirkan zat pendingin dalam jumlah eksklusif ke evaporator.
7. Zat Pendingin ( Refigrant )
Pada dasarnya, zat pendingin ( refrigrant ) merupakan zat nan sangat mudah berubah wujud, dari cair menjadi gas, dan sebaliknya. Saat ini ada tiga jenis zat pendingin ( refrigrant ), antara lain:
a. CFC ( Chlorofluorocarbon ), seperti R-11, R-12, dan R-114
CFC memiliki nama dagang freon mulai dikembangkan pada tahun 1930-an. Karena sifatnya nan sangat cocok sebagai zat pendingin ( refrigrant ), yaitu mudah berubah wujud dari gas menjadi cair serta tak beracun.
Akan tetapi secara tak sadar, CFC bisa menimbulkan penipisan lapisan ozon nan merupakan pelindung bumi dari radiasi sinar ultrviolet. Baru pada tahun 1970, studi nan dilakukan oleh para ilmuwan menyatakan bahwa ternyata CFC bisa menimbulkan kerusakaan lingkungan nan serius.
Karena mengingat bahayanya zat pendingin CFC, pada tahun 1992 sebagian besar negara-negara nan sama sepakat buat mengakhiri produksi dan penggunaan CFC .
b. HCFC ( Hydrochlorofluorocarbons ), seperti R-22 atau R-123
Hydrochlorofluorocarbons (HCFC) merupakan senyawa nan strukturnya sangat dekat dengan Chlorofluorocarbon (CFC). Sejak dihapusnya penggunaan CFC, HFCF menggantikannya sebagai zat pendingin ( refrigrant ). Namun, penggunaan HCFC sejak tahun 2001 di inggris telah dilarang sebab bisa menyebabkan imbas rumah kaca. Yang nantinya bisa memicu terjadinya global warming .
c. HFC ( Hidrofluorokarbon ), seperti R-134a
Dibandingkan dengan CFC dan HCFC, HFC merupakan zat pendingin nan paling aman. Karena hanya menyebabkan terjadinya imbas rumah kaca kurang dari 3%.
Dampak Penggunaan Air Condotioner
1. Obesitas
Suhu udara nan sangat nyaman menyebabkan malas bergerak. Hal ini bisa memicu terjadinya obesitas atau kegemukan.
2. Sick Building Syndrom
Perbedaan suhu udara di dalam dan di luar ruangan bisa mempengaruhi vitalitas tubuh. Jika tak terbiasa, bisa menyebabkan sakit kepala, lemas, hingga sulit berkonsentrasi.
3. Penyebaran Penyakit
Mayoritas ruang pendingin memiliki sistem sirkulasi udara nan sangat minim. Udara nan ada di dalam ruangan pendingin hanyalah udara hasil daur ulang. Yang tentunya, tak baik buat kesehatan sebab berpeluang mengandung virus. Ketika salah satu dari penghuni ruang sedang sakit dan membawa virus maka dengan mudah virus tersebut akan menyebar. Ini sebab udara nan didaur ulang monoton ialah udara nan mengandung virus tersebut
4. Mempercepat Penuaan Kulit
Berada di dalam lingkungan nan menggunakan Air conditioner monoton bisa menyebabkan kulit kering. Ini sebab secara tak langsung, kelembaban udara turun. Akan tetapi, hal ini bisa diatasi dengan menggunakan pelembab pada kulit sebelum memasuki ruangan nan menggunakan AC.
Demikianlah ulasan singkat tentang Air conditioner atau AC. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan Anda dalam mempergunakan teknologi secara bijak dan menghindari hal-hal nan merugikan dari pemanfaatan teknologi tersebut.