Strategi Baru
Belakangan, muncul propaganda-propaganda nan dilakukan oleh CIA buat menunjukkan adanya bahaya Syiah -salah satu genre agama Islam nan dianggap cukup ekstrem- bagi seluruh dunia.
Benarkah Syiah berbahaya? Jika Syiah berbahaya, sebenarnya mereka berbahaya buat siapa? Jawabannya simpel, Syiah berbahaya bagi Amerika Serikat, bukan dunia. Mengapa demikian? Kita perlu membaca sejarah singkat Syiah dalam Revolusi Iran.
Revolusi Iran
Masa-masa menjelang Revolusi Iran (1978 - 1979) menjadi masa-masa paling berat bagi Amerika Serikat. Negeri Paman Sam saat itu jelas berpihak pada Syah Reza Pahlevi, tiran Iran, nan menjadi anak manis sebab selalu mengikuti kemauan AS. Bayangkan, Syah Reza Pahlevi lebih memilih buat menggaji puluhan ribu orang asing (Barat) dan mem-PHK rakyat Iran nan bekerja pada pemerintah.
Akan tetapi, dukungan AS terhadap Syah Reza Pahlevi harus diubah total. Alasannya, tindakan Syah Reza mengatasi lawan-lawan politiknya di taraf lokal sudah keterlaluan.
Bahkan, di luar dugaan, dengan penuh keberanian, rakyat Iran manunggal dan menggulingkan rezim dursila sang Syah. Lebih jauh, revolusi Iran tercatat sebagai revolusi terbesar sepanjang abad modern.
Bagaimana tidak? Revolusi Iran tercatat dilakukan oleh minimal 10 juta demonstran. Mau tak mau, sebab senjata rezim Syah Reza Pahlevi sudah tak mempan, sang Syah pergi meninggalkan Iran. Rakyat Iran mendirikan Republik Islam dan Amerika Perkumpulan kehilangan muka sebab jagonya kalah.
AS Gagal Total
Kemenangan rakyat tersebut menggagalkan politik AS di Timur Tengah. Pada mulanya, Revolusi Iran dianggap negeri Paman Sam hanya sebagai reaksi wajar atas kekejaman Syiah.
Rencananya, setelah Syiah tersingkir, AS akan menempatkan orang-orang mereka lagi di dalam pemerintahan Iran nan baru. Oleh sebab alasan ini, AS berusaha merayu Ayatullah Khomeini nan saat itu dianggap sebagai simbol perlawanan Iran.
Akan tetapi, situasi berubah tak terkendali lagi. Rakyat Iran tak mau tunduk pada AS, demikian juga Ayatulah Khomeini. Sejak saat itu, Iran memutuskan buat berdiri sendiri. Bahkan, 25 tahun setelah revolusi Iran, datanglah Mahmud Ahmadinejad nan berani menentang politik AS.
Strategi Baru
Dalam beberapa puluh tahun terakhir, buat mengatasi Syiah, CIA (dan AS) mengadakan riset mendetail. Mereka menggunakan dana lebih dari US$ 900.000.000 demi berbagai aktivitas anti-Syiah.
Mulai dari penyebaran gosip tentang Syiah hingga nan menyangkut negara, menggembosi Iran dengan menyebut bahwa Iran ialah negara setan nan hendak menyiapkan nuklir sebagai senjata pemusnah massal.
Dalam hal ini bisa dikatakan, gembar-gembor CIA (dan AS) bahwa Syiah ialah genre berbahaya sebenarnya hanya buat menutupi bahaya nan sebenarnya: persekongkolan AS menguasai dunia.
Bahaya Ajaran Syiah
Ajaran Syiah pada hakikatnya ialah satu ajaran nan dirancang dan disusun sekian lama oleh musuh-musuh Islam. Ia merupakan hasil dan buah daripada pokok-pokok beracun nan ditanam oleh musuh-musuh Islam di bumi Islam.
Untuk mengetahui bagaimana bahaya Syiah kepada aqidah, syariah dan umat Islam, perlu kita merenung kembali sejarah silam khalifah Islam ketiga, ketika gerakan menentang khalifah dan usaha-usaha menggugat perpaduan umat di setiap wilayah nan dikuasai Islam pada masa itu dilancarkan begitu hebat sehingga akhirnya terkorban syahid Khalifah Umat Islam Utsman bin Affan.
Sahabat nan telah dinikahkan oleh Rasulullah Saw dengan dua orang cahaya matanya, seorang nan berkali-kali dinyatakan oleh Rasulullah Saw sebagai pakar surga sebab besar jasa dan sumbangan nan diberikan oleh Utsman dengan mencurahkan harta bendanya nan banyak buat melengkapkan `Jaisyu al ‘Usrah.
Rasulullah Saw bersabda:
“Setelah hari ini tiada amalan lagi nan boleh merusakkan Utsman” (HR. Tirmidzi).
Umat Islam setelah itu tak lagi bisa menumpukan perhatian mereka kepada musuh Islam dan pedang mereka tak lagi terhunus ke muka musuh-musuh nan terdiri dari Yahudi, Nasrani, Majusi dan sebagainya, tetapi sebaliknya mereka mulai berselisih dengan saudara sendiri.
Pedang dan tombak mereka mula bergemerincing di medan perang saudara selama beberapa waktu. Jika di zaman masyarakat Islam nan besarnya terdiri dari orang-orang nan dididik oleh Rasulullah Saw sendiri dan masih banyak orang nan imannya teguh dan keyakinan tentang Islam begitu mendalam.
Racun-racun nan disemburkan oleh mereka itu telah bisa juga melemahkan sebagian anggota masyarakat Islam sehingga menimbulkan huru-hara nan berkepanjangan.
Bayangkanlah bagaimana jika racun nan begitu berbisa itu disemburkan ke tubuh masyarakat Islam hari ini nan mana anggotanya terdiri dari orang-orang nan lemah aqidahnya, minim pengetahuannya tentang seluk beluk ajaran Islam dan tak pula mendapat pendidikan Islam nan sempurna.
Tentu saja dalam waktu singkat paras masyarakat Islam akan berubah menjadi sangat menakutkan. Apakah intisari ajaran Syiah nan dikepalai oleh Ibnu Saba’ itu? Apakah faham-faham Syiah nan telah berjaya menggerogoti Islam dari dalam dan telah melemahkan ikatan persaudaraan Islam pada waktu itu? Jawabannya akan kita temui dalam ajaran dan faham Syiah saat ini.
Belajar dari Masa Lalu
Umat Islam saat ini perlu menjadikan sejarah masa lalu sebagai pembelajaran dan iktibar, jika tak sejarah akan berulang lagi. Tidak mungkin umat Islam nan berpegang dengan Al-Quran dan As-Sunnah boleh terperangkap dengan jerat-jerat nan dipasang oleh musuh-musuh nan telah tercatat dalam sejarah muram mereka.
Mukmin sejati mustahil akan terjebak ke dalam faham-faham salah nan dikemukakan oleh musuh-musuh nan pernah menikam nenek moyang mereka dahulu sebab Rasulullah Saw telah bersabda:
“Orang mukmin tak disengat dua kali di lubang nan sama”
Walaupun golongan Syiah saat ini menafikan hubungannya dengan ajaran nan dibawa oleh Ibnu Saba’ dan rekan-rekannya, namun penafian itu tidaklah membawa arti apapun jika persamaan di antara keduanya diketahui dan diakui oleh umum, termasuk pengikut Syiah sendiri.
Lihatlah kepada at-Thusi, seorang tokoh ulama Mutaqaddimin Syiah, beliau dianggap sebagai tokoh nan mendalami ilmunya tentang riwayat dan rijal menuliskan di dalam kitabnya nan dianggap sebagai kitab nan terpenting tentang Rijal Syiah nan dikenal dengan `Rijal Kasyi’.
Sebagian pakar ilmu menyebut bahwa Abdullah Ibnu Saba’ ialah seorang Yahudi nan kemudian memeluk Islam dan membela Sayyidina Ali As. Ketika sebagai Yahudi dia berpendapat Yusya’ bin Nun merupakan Washi bagi Nabi Musa secara ekstrim.
Setelah dia masuk Islam (secara pura-pura), faham nan sama dibawakan tentang Ali sebagai Washi bagi Rasulullah Saw sepeninggalan Rasulullah Saw. Dialah orang nan mula-mula mengisytiharkan kewajiban melantik Ali sebagai Imam, menyatakan secara terbuka penentangannya terhadap musuh-musuh Ali dan berlepas diri dari mereka bahkan mengkafirkan mereka.
Dari sinilah orang nan menentang Syiah mengatakan puncak ajaran Syiah dan Rafidhah adalah Agama Yahudi. Di antara tokoh-tokoh Syiah nan juga telah menyebutkan perkara nan sama ialah:
- An-Naubakhti dalam “Firaq asy-Syiah”
- Al-Hulli dalam “Kitabul al-Rijal”
- Mamaqami seorang tokoh ulam terkini Syiah tentang Rijal dalam kitabnya “Tanqihu al-Maqal”
- Al-Ustarabadi dalam kitab “Manhaju al-Maqal”
- Ibnu Abi al-Hadid dalam “Syarah Mahju al-Balaghah”
- Syeikh Abbas al-Qummi dalam kitabnya “Tuhfatu al-Ahbab” dan lain-lain.
Di kalangan tokoh-tokoh pakar Sunnah pula nan menyebutkan ajaran Ibnu Saba’ dan peranannya dalam memecahbelah umat Islam ialah:
- Abu Hasan al-Asyaari dalam “Maqalat al-Islamiyin”
- Abdul Qahir al-Baghdadi dalam “al-Farqu Baina al-Firaq”
- Al-Isfiraini dalam “at-Tabsir fi ad-Din”
- Syahrastani dalam “al-Milal wa an-Nihal”
- At-Tabari dalam “Tarikh al-Umam wa al-Muluk”
- Ibnu Kathir dalam “al-Bidayah wa an-Nihayah”
- Hafiz Ibnu Hajar dalam “Lisan al-Mizan” dan lain-lain.
Sebenarnya jika kita perhatikan dengan teliti dan kita mengkaji ajaran Syiah dari semua aspek aqidah, syariah, akhlak dan lain-lain maka kita akan dapati ajaran-ajaran itu telah dirancang sebegitu rupa buat mengambil alih agama Islam nan ada supaya umat Islam secara tak sadar menganut dan mengamalkan ajaran-ajaran nan bukan berasal dari Islam sama sekali.
Pada waktu itu Islam nan dianut pada hakikatnya hanya semata-mata atau Islam nan palsu dan Islam nan palsu itu tentu sekali tak mengindahkan atau menggugat kedudukan agama-agama dan faham-faham lain nan terdapat di dunia.
Segala-galanya disusun dan direncanakan sehingga umat Islam sendiri nan pengetahuannya tak begitu mendalam tentang Islam bisa menerima ajaran nan dikemukakan mereka sebagai ajaran Islam.
Di sini kita akan menbedah kepalsuan ajaran Syiah, perbedaannya dengan agama Islam nan kudus dan bahaya Syiah kepada umat Islam di setiap loka supaya agama nan mereka ingin hapuskan dan lenyapkan dari muka bumi ini tetap akan mengibarkan bendera kemenangannya sinkron dengan firman Allah Swt nan artinya:
“Dialah nan telah mengutuskan Rasulnya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama nan sahih buat dimenangnya atas segala agama walaupun orang-orang musyrikin tak menyukainya” (At-Taubah: 33).