Co-eksisten
Dalam ranah psikologi, psikologi sosial merupakan bidang nan banyak membidani dan mendukung teori-teori mengenai status manusia sebagai makhluk sosial. Salah satu nan turut mengembangkan teori psikososial ialah psikolog ternama, yakni Alder.
Alfretd Adler lahir di Wina pada 1870. Dia menyelesaikan studinya di lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada 1895. Pada mulanya ia mengambil spesialisasi dalam ophthalmologi, dan kemudian dalam lapangan psikiatri. Ia bekerja sama dengan Freud dan menjadi anggota serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina”.
Dalam teori Psikososial, kelompok ini memang sangat dipengaruhi oleh mazhab positivisme nan pada saat itu sangat berkembang. Manusia dipandang sebagai makhluk biologis dan memiliki dorongan-dorongan nan kuat nan ditimbulkan dari dorongan biologi itu sendiri. Sebagaimana halnya teori psikoanalisis Freud, mereka pun berpegangan bahwa masa lalu, masa kanak-kanak sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Manusia dimotivasi oleh adanya dorongan utama, yaitu mengatasi perasaan inferior dan menjadi superior. Dengan demikian konduite kita dijelaskan berdasarkan tujuan dan ekspentasi akan masa depan. Inferioritas berarti merasa lemah dan tak memiliki keterampilan buat menghadapi tugas atau keadaan nan harus diselesaikan. Hal itu tak berarti rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian nan umum, meskipun ada unsur membandingkan kemampuan diri dengan kemampuan orang lain nan lebih matang dan berpengalaman.
Sedangkan dalam teori psikososial ini, superiority bukan berarti lebih baik dibandingkan dengan orang lain, melainkan secara berkelanjutan mencoba buat menjadi lebih baik, buat menjadi semakin dekat dengan tujuan ideal seseorang.
Beberapa keadaan spesifik seperti dimanja dan ditolak, mungkin bisa membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat. Superiority complex selalu menyembunyikan atau bentuk kompensasi dari inferior. Sedangkan inferiority complex menyembunyikan perasaan superior. Adler meyakini bahwa motif primer setiap orang ialah buat menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif.
Adler kemudian keluar dari Masyarakat Psikoanalisis Wina pada 1911 dan mendirikan genre baru, yaitu Individual Psycologie . Ia mulai mengembangkan analisa psikologi dengan memberi tekanan pada pentingnya sifat khas kepribadian, yaitu individualitas.
Menurut Adler, tiap orang ialah suatu konfigurasi motif-motif, sifat-sifat, serta nilai-nilai nan khas; tiap tindak nan dilakukan oleh seseorang membawa corak khas kehidupannya nan bersifat individual.
Menurut Adler dalam teori psikososialnya, masalah dalam kehidupan selalu bersifat sosial. Fungsi nan sehat bukan hanya mencintai dan bekerja, melainkan merasakan keberrsamaan dengan orang lain dan mempedulikan kesehjateraan mereka. Beberapa prinsip krusial dalam teori Adler ialah sebagai berikut:
- Setiap orang berjuang buat mencapai superioritas atau kompetensi personal
- Setiap orang mengembangkan gaya hayati dan planning hayati dan sebagian di sadari atau direncanakan dan sebagian tak di sadari.
a. Gaya hayati seseorang mengindikasikan pendekatan nan konsisten pada banyak situasi
b. Planning hayati dikembangkan berdasarkan pilihan seseorang dan mengarah pada tujuan nan diperjuangkan seseorang buat dicapai. - Kualitas kepribadian nan sehat ialah kapasitas buat mencapai “fellow feling” atau gemeinschaftgefuhli, nan fokus pada kesejahteraan orang lain nan disebutnya dengan minat sosial.
- Ego merupakan bagian dari jiwa nan kreatif. Menciptakan empiris baru melalui proses menyusun tujuan dan membawanya pada suatu hasil, disebut dengan fictional goals.
Psikologi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial mulai diperhatikan Adler ketika ia sedang mengembangkan psikologi sosial. Dorongan manusia tak lagi muncul hanya sebatas pada keakuannya, namun terdapat pula dorongan kemasyarakatan nan mendorong manusia bertindak nan mengabdi kepada masyarakat.
Dalam teori psikososial ini bentuk konkretnya dorongan ini misalnya berwujud kooperasi, interaksi sosial, interaksi antarpribadi, mengikatkan diri dengan kelompok, bermusyawarah, gotong royong, maupun keterlibatan lainnya dalam masyarakat.
Dorongan kemasyarakatan itu ialah dasar nan dibawa sejak lahir, yakni pada dasarnya manusia ialah makhluk sosial. Namun, sebagaimana kemungkinan bawaan nan lainnya, kemungkinan mengabdi kepada masyarakat itu tak nampak secara spontan, melainkan harus dibimbing dan dilatih.
Jika kita mengikuti garis pemikiran Adler, maka manusia bisa digambarkan sebagai berikut.
- Mula-mula manusia dianggap didorong oleh dorongan buat mengejar kekuatan dan kekuasaan sebagai lantaran buat mencapai kompensasi (bagi rasa rendah dirinya).
- Selanjutnya manusia dianggap didorong oleh dorongan kemasyarakatan nan dibawa sejak lahir nan menyebabkan dan menempatkan kepentingan generik di atas kepentingan pribadi.
Melalui konsep gaya hidup, Adler dalam teori psikososialnya menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan bisa mewarnai atau tak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara nan berbeda. Gaya hayati merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan spesifik nan telah ditentukan dalam lingkungan hayati tertentu, di loka orang tersebut berada.
Gaya hayati berdasarkan atas makna nan seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang buat mencapai hal tersebut. Gaya hayati terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh berpretensi dan minatnya dirinya.
Dalam hubungannya dengan masyarakat, Elizabeth Hurlock melihat bahwa manusia memiliki kepribadian dan pola tingkah laku sinkron peranan dan status masing-masing nan ada dalam kelompok sosial. Sebagaimana nan ia nyatakan;
“within a group, the interaction of the members becoming stabilized in a pattern consisting of a hierarcy of statuses and roles. Each status has its own expectation, responsibilities, and loyalities. The person is Judged by other members of the group in terms of how successfully he or she plays the role associated with his or her status.”
Adler mengembangkan teori psikososialnya mengenai tipe kepribadian berdasakan derajat minat sosial dan aktivitas nan dimiliki seseorang, hal nan terpenting bagi Adler bukanlah bagaimana seseorang mengatasi perasaan inferioritasnya, melainkan sejauhmana seseorang mengembangkan gaya hayati nan konstruktif dibandingkan nan destruktif. Sejauhmana ikut merasakan dan minat sosial dari masing-masing tipe. Kapasitas buat berempati merupakan hal nan krusial dalam kehidupan.
Berikut ialah 4 tipe berdasarkan tipologi dalam teori psikososial ini:
- The rulling – dominant Type : asertif, militan dan aktif. Ia memanipulasi dan menghadapi situasi kehidupan dan orang-orang didalamnya, taraf aktivitasnya tinggi tetapi dikombinasikan denan minat sosial nan minimal. Aktivitas nan dilakukan bisa mengarah pada konduite antisosial.
- The Getting-Leaning Type: mengharapkan orang lain memenuhi kebutuhannya dan mendukung minatnya, bergantung pada orang lain. Merupakan kombinasi antara minat sosial dalam teori psikososial nan rendah dan taraf aktivitas nan rendah.
- The Avoidant Type: menarik diri dari permasalahan. Menghadapi suatu tugas dengan cara menghindar. Memiliki minat sosail nan rendah dan taraf aktivitas nan sangat rendah.
- The Society Useful Type: Merupakan tipe nan paling sehat. Memiliki evaluasi nan realistik atas masalah nan dihadapi. Memiliki orientasi sosial dan bekerjasama dengan orang lain buat mengahadapi tugas kehidupan. Merupakan kombinasi antara tingat aktivitas dan minat sosial nan tinggi.
Co-eksisten
Kita sering melihat sebagaimana nan dikemukakan Hurlock bahwa konduite individu menjadi begitu terpolakan secara alamiah. Seolah-olah mereka menjadi satu individu ketika berada dalam kelompoknya masing-masing. Tidak ada lagi nan disebut kumpulan individu nan ada tinggallah kekhasan kelompok nan tampil sebagai eksistensi mandiri.
Co-exsistensi ini muncul sebab setiap kelompok memiliki nilai dan ideologi nan mengarahkan anggotanya menuju suatu tujuan tertentu. Ideologi ini pula nan membentuk individu menjadi begitu terpolakan dan terdefinisikan ketika kita melihat prilaku mereka. Ada kelompok nan cenderung anarkis, ada pula nan lebih moralis.
Pendekatan psikologi sosial atau teori psikososial ini bukan hanya berguna bagi penelaahan konduite manusia sebagai makhluk sosial, tetapi juga berguna buat mengkaji seberapa besar peranan sosial budaya maupun warisan sosial dalam mempengaruhi kepribadian manusia.