Keutamaan dalam Sa’i

Keutamaan dalam Sa’i

Sa’i ialah salah satu rukun ibadah haji dan umrah. Praktiknya, sai dalam Umrah dilakukan dengan berlari-lari kecil atau berjalan antara dua buah bukit, yaitu Bukit Shafa dan Bukit Marwah, dengan niat ibadah.

Perintah sai berdasarkan pada keterangan-keterangan berikut ini.

  1. Firman Allah Swt. dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 158, “ Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian Syi’ar-syi’ar (agama) Allah ...”

  2. Sabda Rasulullah saw., “ Kerjakanlah Sa’i sebab Allah Swt mewajibkan sa’i kepada kalian .” (HR Ibnu Majah, Ahmad, dan Imam Syafi’i)

Sejarah sa’i bisa ditilik dari perjalanan istri Nabi Ibrahim, yaitu Siti Hajar, mencari air minum buat putranya nan kehausan. Hajar berlari bolak-balik antara Bukit Shafa dan Marwah di tengah terik panas matahari.

Dia berlari sebanyak tujuh kali sebelum akhirnya mendapatkan air. Putaran tersebut dimulai dari Bukit Shafa dan pada hitungan ketujuh akan berakhir di Bukit Marwah. Saat ini, loka lari tersebut telah menyatu dengan Masjidil Haram.

Syarat aplikasi ibadah sa’i ialah sebagai berikut :

  1. Pelaksanaannya setelah ibadah thawaf. Jika dilakukan sebelumnya, maka sa’i menjadi tak absah dan harus diulang.
  2. Seluruh putaran (bolak-balik) antara Shafa dan Marwah harus dilakukan sekaligus. Tidak ada jeda, terlebih istirahat. Kecuali saat berada di dua bukit tersebut buat berdoa.
  3. Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali. Jika kurang satu kali saja, sa’i menjadi tak sah.

Saat melakukan Sa’i, perlu diperhatikan beberapa etika berikut ini :

  1. Saat berada di pintu Shafa, membaca doa,

    إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَن تَطَوَّعَ خَيْراً فَإِنَّ اللّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ

    Sesungguhnya Shafaa dan Marwa ialah sebahagian dari syi'ar Allah . Maka barangsiapa nan beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa nan mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. " (QS Al-Baqarah [2]: 158)

  2. Disunahkan melaksanakan sa’i dalam keadaan suci. Namun, kalau tak memungkinkan, dalam keadaan tak kudus pun tak menjadi masalah dan sa’i-nya tetap sah, hanya saja akan mengurangi pahala. Misalnya dalam keadaan tak berwudhu atau dalam keadaan haid.

  3. Sa’i dilakukan dengan cara al-khabab, yaitu berjalan cepat (berlari-lari kecil) jika mampu dan berjalan jika tak mampu

  4. Memperbanyak doa dan zikir, terlebih saat tiba di dua bukit tersebut

  5. Menahan pandangan dari melihat hal-hal nan diharamkan dan menahan lisan dari perkataan dosa.

  6. Saat melakukan sa’i, tak boleh menyakiti siapa pun, sesama jamaah sa’i, atau pejalan kaki nan berpapasan dengan kita, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan.

  7. Disunahkan melaksanakan sa’i dalam keadaan suci. Namun, kalau tak memungkinkan, dalam keadaan tak kudus pun tak menjadi masalah dan sa’i-nya tetap sah, hanya saja akan mengurangi pahala. Misalnya dalam keadaan tak berwudhu atau dalam keadaan haid.



Pemahaman Sejarah Sai Dalam Umrah

Sebelum melaksanakan ibadah sa’i harusnya para jemaah mengerti dengan sejarah sai agar ibadah mereka dapat lebih khusyuk. Memahami sejarah bertujuan buat mengerti apa tujuan ibadah nan dilakukan, bukan hanya semata mengikuti jemaah lain nan melakukannya.

Pasti banyak nan tahu bahwa ibadah ini berasal dari kisah Siti Hajar dengan putranya Nabi Ismail. Di situlah asal mula dari adanya ibadah ini. Perjalanan Siti Hajar dalam mencari sumber mata air bagi anaknya (Nabi Ismail) digambarkan dalam Alquran di Surat Ibrahim ayat 37 nan isinya ialah :

Kala itu, Ismail masih menyusu. Suatu hari perbekalan mereka habis, Ismail kelaparan dan kehausan, Siti Hajar lalu mencoba mencari sumber air dengan berlari-lari dari Safa ke Marwah. Demi seorang anak amanah Allah, Hajar pun terus mencari sumber air hingga tujuh kali. Sampai suatu ketika, Allah menolong mereka dengan memberikan sumber air nan jernih, nan sekarang kita namakan air zam-zam .”

Digambarakan Siti Hajar ialah seorang wanita nan sangat ikhlas menerima segala ujian dari Allah. Hal tersebut juga sepertinya nan mendasari adanya ibadah ini bagi umat Muslim pada masa sekarang. Manusia terutama umat Muslim diharapkan mencontoh perjuangan Siti Hajar nan rela berkorban demi anaknya dan Allah, walaupun dia niscaya merasa lelah namun tak pernah berhenti berusaha.

Hingga akhirnya, kegigihan seorang ibu itu diabadikan oleh seluruh umat Islam dalam rangkaian ibadah haji. Menurut Ketua PP Forum Dakwah Nahdlatul Ulama hikmah nan didapatkan dari ibadah Sai ialah tentang pengorbanan dan dedikasi total. Selain itu, para jamaah juga harus memiliki keikhlasan dalam menjalani segala perintah Allah. Jika Anda sudah ikhlas maka segala sesuatu nan kelihatan sangat sulit akan menjadi lebih mudah dikerjakan.



Kesalahan Dalam Sai

Beberapa jemaah mungkin akan menemui kesalahan dalam menaunaikan kewajiban mereka, begitu juga dengan para jemaah nan melakukan Sai. Ada beberapa kesalahan nan biasanya dibuat oleh para jamaah. Apa sajakah itu?

  1. Ada sebagian dari jemaah haji nan naik ke atas Shafa dan Marwah menghadap ke Ka’bah kemudian mengangkat tangan mereka ke arahnya saat membaca takbir. Mereka menganggkat tangan seolah sedang bertakbir dalam shalat. Konduite jamaah itu sebenarnya salah sebab Muhammad SAW hanya mengangkat kedua tangannya saat membaca doa.

    Di kedua bukit ini jemaah cukup membaca tahnud, takbir dan doa kepada Allah sinkron dengan keinginan mereka sambil menghadap kiblat. Akan lebih primer jika jemaah membaca dzikir nan juga telah dilakukan oleh Nabi kita Muhammad saat ada di bukit Shafa dan Marwah.

  2. Kesalahan kedua ialah saat Sai antara Shafa dan Marwah mereka berjalan cepat (seluruh putaran). Hal tersebut juga salah sebab menurut sunnah Rasul, berjalan cepat hanya dilakukan antara tanda hijau saja sementara nan lainnya hanya berjalan biasa.



Keutamaan dalam Sa’i

Tahukah Anda apa saja keutamaan bagi jemaah nan melakukan sa’i antara Bukit Shafa dan Marwah? Jika belum silahkan baca riwayat dari Aisyah radhiyallahu ‘anha nan berasal dari sabda nan dilontarkan oleh Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, seperti berikut :

Sesungguhnya dijadikannya pelemparan jumrah dan sa’i di antara Shafa dan Marwah ialah buat mendirikan dzikrullah ” (HR Tirmidzi).

Apakah nan dimaksud dengan dzikrullah? Dzikrullah maksudnya ialah mengingat Allah dengan sepenuh hati sambil selalu menyebut nama Allah dalam keadaan apapun. Banyak sekali ayat Al-Quran nan memerintahkan kita buat melakukan dzikrullah, antara lain:

“Dan perbanyaklah mengingat Allah supaya kamu mendapat kemenangan”, Alquran surat Al-Jumu’ah ayat 10. Ada juga di Alquran surat Al-Ahzab ayat 41-42 nan berisi “Hai orang-orang nan beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah), dzikir nan sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadaNya diwaktu pagi dan petang”.

Dengan ber-dzikrullah maka Anda akan terntram sebab selalu merasa dekat dengan Allah, seperti nan dituliskan dalam Alquran Surat Ar-Raad ayat 28. Konklusi dari inti dzikrullah ialah kesempurnaan iman dari seorang umat jika dia sudah mencapai derajat nan paling tinggi sebagai manusia sempurna. Derajat itu bisa Anda dapatkan jika selalu mengingat Allah, baik dalam shalat, umrah, haji, dan perbuatan lainnya.

Tentang keutamaan Sai dalam umrah juga ada dalam hadist nan diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, nan berkata bahwa Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berkata kepada orang-orang Anshar nan bertanya tentang pahala sa’i antara Shafa dan Marwah, “ Adapun sa’imu antara Shafa dan Marwah ialah seperti membebaskan 70 budak ”. (HR Bazzar dan Thabrani).

Berarti dengan melakukan ibadah sai, hati Anda akan terasa tentram sebab selalu menyebut nama Allah. Itulah mengapa sa’i menjadi salah satu ketentuan atau rangkaian dalam melakukan ibadah umrah.

Itulah bahasan mengenai sai dalam Umrah, semoga menambah pengetahuan Anda.