Menentukan Karakter Mading
Menulis itu dapat dipelajari. Ada banyak teknik dan cara. Wahana menulis pun banyak. Di sekolah selain ada mading alias majalah dinding, ada juga buletin dan bahkan majalah sekolah. Ketiga wahana menulis itu menjadi ajang menulis bukan saja unjuk gigi tapi juga unjuk tampang, kebolehan, dan kreativitas nan tidak terbatas asal tetap dalam koridor tapal batas kesopanan dan kebiasaan agama.
Lomba mading taraf sekolah, taraf kecamatan hingga taraf nasional niscaya akan menjadi wahana meningkatkan rasa percaya diri anak-anak remaja menyalurkan semua ide dan gelora remajanya. Lewat mading semua kisah nan terpendam di dada bisa dituangkan.
Memang guru pembimbing harus mampu mengarahkan mau seperti apa bentuk mading itu nantinya. Ide cemerlang para siswa terkadang belum terfokus. Mereka masih mencari warna. Sedang guru pembimbing selain sudah berpengalaman juga tentunya sudah terbiasa membuat konsep dan penataan mading nan baik.
Mengasah Kemampun Menulis Siswa Melalui Mading Sekolah
Mading seperti gema denting dendang ciptaan remaja walaupun sebenarnya mading tak hanya buat remaja. Di kantor-kantor pun mading dibutuhkan. Tapi memang mading lebih identik dengan kegiatan tulis-menulis, jurnalistik anak-anak sekolah mulai dari taraf Taman Kanak-kanak hingga SMA.
Adanya wacana bahwa setiap mahasiswa S1, S2, dan S3 nan akan lulus wajib membuat skripsi atau desertasinya masuk ke jurnal ilmiah semakin menaikkan pamor global tulis-menulis tersebut. Mading nan merupakan wahana publikasi tulisan nan sangat sederhana dapat menjadi batu loncatan dan kaldera candradimuka bagi anak-anak sekolah agar mampu mengasah kemampuan berpikir kritis melalui tulisan.
Agar pembentukan karakter berpikir kritis ini terfokus dan terorganisir dengan baik, sebuah mading harus mempunyai sebuah karakteristik tertentu.
Ada beberapa konsep mading nan mungkin dapat diterapkan di sekolah-sekolah.
Misalnya, setiap kelas mempunyai sebuah mading nan dikelola oleh beberapa siswa nan diganti setiap bulannya. Nantinya akan terlihat kelompok siswa mana nan paling antusias membuat mading dengan segala kehebohan, kelebihan dan kekurangannya.
Bisa jadi bahwa satu kelompok nan begitu semangat sehingga kehadiran mading memberikan virus semangat nan menghangatkan semua topik pembicaraan. Pada lain waktu, suasana pembuat mading seperti kurang darah. Dari sini, guru dapat menilai siapa-siapa saja nan dapat diandalkan dalam pengelolaan mading.
Jangan dianggap sepele para pengelola mading kelas. Gaya kepemimpinan anak nan ditunjuk menjadi ketua pastinya akan terlihat walaupun belum dapat diharapkan banyak. Ketika mading kelas berjalan dengan baik, anak-anak dianjurkan buat membuat proposal kepada kepala sekolah mengenai pembuatan mading taraf sekolah.
Pengelolaan mading taraf sekolah ini memerlukan tenaga dan pikiran lebih. Sebaiknya anak kelas III tak dilibatkan dalam kepengurusan mading baik di kelas maupun di sekolah, mengingat konsentrasi mereka harus tertuju penuh pada ujian akhir sekolah.
Ada Mading di Mana-mana
Di masjid-masjid sering juga dijumpai mading nan dikelola oleh remaja masjid tersebut. Di kampus-kampus, di loka kursus bahasa Inggris, mading juga digunakan sebagai wahana memublikasikan karya anak-anak atau mahasiswa nan belajar di sana. Terkadang mading juga dipakai sebagai wahana penyampaian informasi dari pihak manajemen ke pelajar atau bahkan karyawannya.
Di sebuah perusahaan nan begitu memerhatikan kebutuhan karyawannya, mading bahkan menjadi wahana mencari jodoh selain sebagai wahana penyambung lisan antara pihak manajemen dan perkumpulan pekerja.
Di manapun dan apa pun kegunaan mading, pengelola mading sebaiknya membuat konsep nan jelas tentang mading sehingga pemublikasian mading dapat tepat waktu dan ditunggu oleh para penggemar setianya.
Bagi seorang remaja usia belasan tahun, keberadaan mading dapat menjadi wahana aktualitas diri nan nantinya diharapkan membuat si remaja mampu menemukan jati dirinya sendiri. Aktivitas mading ini mampu mengurangi kenakalan remaja dan menurunkan taraf frekuensi acara hedonisme dan foya-foya nan mungkin dapat dilakukan oleh remaja-remaja nan energinya tidak tersalurkan.
Menentukan Karakter Mading
Mading nan berkarakter tentunya akan menarik minat orang buat membacanya. Agar karakter mading itu terlihat dengan jelas, pembentukkan tim redaksi mading wajib dilakukan. Apakah mading akan dibuat dengan bahasa nan santai, ilmiah, sedikit condong ke budaya pop atau sangat islami ialah sesuatu nan harus terkonsep dengan baik.
Sama seperti majalah, koran, tabloid nan banyak beredar di masyarakat. Tanpa adanya konsep jelas, segmentasi pembaca tidak akan dapat tersentuh dengan baik. Mading pun tak akan lama eksis.
Setelah menentukan karakter mading, lalu tentukan berapa kali mading akan terbit. Selain memberikan kepastian kepada para pembaca, tim redaksi juga merasa ada tanggung jawab memenuhi tenggat waktu penerbitan. Besar kecil mading juga harus dikonsepkan dengan baik. Rona dan penataan warta serta pengumuman juga diperhatikan. Sumber dana nan berkesinambungan dan niscaya juga akan mempengaruhi hayati tidaknya sebuah mading.
Bila sebuah mading sudah mempunyai konsep dan mampu terbit secara berkala, tak menutup kemungkinan bahwa mading tersebut akan menjadi sumber inspirasi buat membuat suatu wahana publikasi nan lebih banyak menjangkau pembaca, seperti buletin.
Adanya buletin ini akan membuat para pengelola mading bekerja lebih keras. Bahkan dapat jadi bahwa setelah menjadi pengurus mading sekolah, anak-anak tersebut akan meneruskan sekolahnya ke jurusan jurnalistik. Mereka dapat menjadi wartawan. Setelah menjadi wartawan, mempunyai koran sendiri. Semakin besar perusahaan penerbitan koran tersebut, lalu merambah bisnis lainnya dan menjadi kaya-raya.
Jangan dikira global tulis-menulis nan dimulai dari mading tak dapat memberikan apa-apa. Orang nan biasa menulis ialah orang nan biasa membuat konsep dan mengembangkan konsep itu menjadi sesuatu nan mudah dipahami oleh orang lain.
Konsep nan tadinya kelihatan sulit akan menjadi sederhana kalau disampaikan dengan kalimat nan sederhana pula. Mading ialah wahana nan akan membuat para generasi muda belajar menemukan dan menyusun sebuah konsep dan menyampaikan konsep tersebut dengan singkat, tepat, dan mengena sasaran.
Pendanaan buat Mading
Para pengurus mading ialah orang-orang nan berdedikasi sangat bagus. Tanpa dedikasi nan baik, tak akan mau mereka bertahan melakukan aktivitas sosial tanpa dibayar. Kalau di sekolah mungkin saja para pengurus mading semangat sebab memang merupakan salah satu program ekstrakulikuler.
Tapi kalau mading nan ada di loka umum, seperti masjid, balai desa, pos siskamling, hanya orang-orang nan paham kalau mading itu bermanfaat nan akan tetap semangat mengelola mading dengan baik. Kadang kalau tak sempat, mading hanya publikasi sekali lalu berhenti. Selanjutnya hanya tempelan koran harian nan didapatkan secara perdeo melalui donasi dari donatur.
Gambaran di atas cukup sering terjadi. Agar mading menjadi gairah wadah tulis-menulis, mading dibuat bagus dan dapat terbit berkala. Setelah itu dibuat sebuah loka spesifik di mading tersebut sebaga loka berpromosi bagi para warga atau orang-orang nan mempunyai bisnis. Penempatan selama seminggu hanya membayar Rp 5000. Kalau promosi itu dianggap efektif, tentunya akan semakin banyak nan akan memasang iklan di mading. Kalau terlihat antusiasme nan tinggi, loka iklan di mading dapat diperbesar.