Kerajinan Batik - Teknik Pembuatan
Kerajinan batik menjadi salah satu kerajinan seni tradisional dari masyarakat Indonesia. Batik ialah salah satu dari keberagaman budaya nan dimiliki Indonesia. Hal itulah nan kemudian melatari banyaknya bisnis kerajinan batik di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Berdasarkan kamus Besar Bahasa Indonesia, Batik ialah kain bergambar nan pembuatannya secara spesifik dengan menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Kerajinan batik berarti sebuah kerajinan nan fokus dalam mengembangkan seni batik.
Sebagai sebuah warisan budaya, kerajinan batik dapat jadi merupakan salah satu kebudayaan nan cukup mewabah. Terlebih ketika "konflik batik" nan terjadi beberapa tahun belakangan ini. Masyarakat Indonesia secara tiba-tiba dan gotong royong kembali memopulerkan batik.
Pakaian merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Kerajinan batik pun kemudian memegang peranan tersebut. Kain-kain batik hasil prakarya para pengrajin kemudian banyak dimanfaatkan sebagai baju jadi. Corak batik nan khas dipadukan dengan desain baju nan ke-kinian membuat pakaian batik menjadi cukup digemari belakangan ini.
Kerajinan Batik - Tradisi Batik di Indonesia
Kata 'batik' merupakan keratabasa dari kata-kata dalam bahasa Jawa amba (menulis) dan titik . Kata batik pertama kali tercatat dalam bahasa Inggris di Encyclopædia Britannica pada 1880. Dalam ensiklopedi tersebut kata 'batik' dieja battik. Kerajinan batik dikembangkan dari tradisi membatik masyarakat Jawa.
Yogyakarta dan Surakarta menghasilkan batik dengan makna eksklusif nan berakar dari konseptualisasi Jawa mengenai alam semesta. Warna-warna batik tradisional meliputi indigo, cokelat tua, dan putih.
Kerajinan batik di Yogyakarta dan Surakarta mengandung makna tertentu. Pola-pola batik eksklusif nan dihasilkan oleh kerajinan batik tersebut hanya boleh dipakai oleh kalangan ningrat. Secara tradisi, garis nan lebih lebar atau garis bergelombang nan lebih tebal menunjukkan kedudukan nan lebih tinggi. Oleh sebab itu, dalam upacara-upacara, kedudukan seseorang bisa diketahui dengan memperhatikan kain nan dia pakai.
Kerajinan batik juga mengembangkan beberapa pola nan berbeda di setiap wilayah Indonesia. Beberapa pola unik seperti bunga, alam, binatang, atau cerita-cerita rakyat. Batik pesisir dari kota-kota pantai utara Jawa, seperti Pekalongan, Cirebon, Lasem, dan Tuban, memiliki rona cerah dan dipengaruhi budaya Jawa, Arab, Cina, dan Belanda. Pada masa penjajahan, batik pesisir menjadi favorit kalangan peranakan Cina, Belanda, dan Eurasia.
Selain di Yogyakarta dan Jawa Tengah kerajinan batik juga cukup kuat di daerah Jawa Barat. Ciamis, Garut, Tasikmalaya, dan Kuningan merupakan daerah penghasil batik nan masing-masing memiliki motif unik. Di luar Jawa, batik juga diproduksi Bali. Sementara dari Sumatra, dikenal batik Jambi, Aceh, Palembang, dan Riau.
Pada 2 Oktober 2009 UNESCO menetapkan batik Indonesia sebagai Masterpiece of Berkaitan dengan mulut and Intangible Heritage of Humanity . UNESCO juga meminta Indonesia menjaga warisan tersebut. Semenjak itu juga kerajinan batik merata ke berbagai wilayah Indonesia.
Kerajinan Batik - Teknik Pembuatan
Kerajinan batik mempunyai beberapa tahapan nan terbilang cukup rumit. Pembuatan batik secara generik melewati tiga tahapan, yakni pemberian malam pada kain, pewarnaan, dan divestasi lilin dari kain. Kain nan akan dibuat menjadi batik harus dicuci dan direbus beberapa kali buat menghilangkan sisa-sisa kanji, kapur, atau bahan lain nan masih menempel pada kain.
Kerajinan batik menerapkan baku industrinya sendiri. Baku industri nan ketat membedakan kualitas kain nan digunakan, yaitu Primissima (terbaik) dan Prima. Kualitas kain biasanya ditulis pada tepi desain.
1. Kerajinan Batik - Pemberian Malam
Meskipun seni kerajinan batik sangat rumit, namun alat-alat nan digunakan sangat sederhana. Alat utamanya ialah canting, pencedok malam cair nan bercerat.
Alat nan cukup akrab dengan kerajinan batik nan pertama ialah canting. Canting terbuat dari tembaga dengan pegangan dari bambu sepanjang 11 cm. Canting diisi malam cair. Perajin batik kemudian menggunakannya buat menggambar desain pada kain. Cerat pada canting memiliki majemuk ukuran, mulai dari 1 mm buat desain nan sangat mendetail hingga ukuran-ukuran nan lebih besar buat mengisi area desain nan lebih lebar.
Berdasarkan ukuran lubang, canting dibedakan menjadi tiga, yakni canting cecek (ukuran kecil), canting klowong (ukuran sedang), dan canting tembok (ukuran besar). Kadang-kadang segumpal kapas dibebatkan pada mulut canting sebagai semacam kuas buat mengisi area-area nan sangat lebar.
Selain canting, peralatan nan dibutuhkan dalam industri kerajinan batik ialah wajan. Wajan digunakan buat menampung malam cair. Biasanya wajan terbuat dari besi atau tanah liat. Untuk menjaga agar malam tetap dalam keadaan cair, wajan diletakkan di atas anglo nan menyala.
Batik nan polanya dibuat dengan canting disebut batik tulis. Kerajinan batik memang membutuhkan waktu nan cukup lama. Pembuatan batik tulis memerlukan waktu hingga 2 - 3 bulan. Pembuatan batik tulis dengan canting sangat menyita waktu. Untuk memenuhi permintaan pasar nan makin banyak dan menjadikan kain batik lebih terjangkau masyarakat kebanyakan, pada pertengahan abad ke-19 dikembangkan batik cap.
Cap merupakan semacam stempel desain batik dari tembaga nan digunakan buat menerakan malam pada kain. Dengan menggunakan cap, waktu nan dibutuhkan buat membuat batik dapat dipangkas hingga 2 - 3 hari saja. Batik nan dibuat dengan teknik ini disebut batik cap. Cap biasanya digunakan pada industri kerajinan batik berskala besar. Mereka dituntut buat memenuhi permintaan pasar dalam waktu nan ekstra cepat.
2. Kerajinan Batik - Pemberian Warna
Proses selanjutnya dalam industri kerajinan batik setelah pemberian malam selesai, ialah pewarnaan. Kain siap buat dicelup dengan pewarna. Lamanya pencelupan menentukan kedalaman warna. Rona nan lebih gelap memerlukan waktu pencelupan lebih lama. Selanjutnya, kain direndam air dingin buat mengeraskan malam.
Jika rona nan diinginkan sudah didapatkan dan kain telah kering, bagian nan telah diberi rona atau bagian lain nan akan diberi rona lain pada termin pewarnaan selanjutnya, diberi malam kembali. Untuk proses pewarnaan selanjutnya, bagian nan telah diberi malam kemudian dikerok dengan pisau kecil agar pewarna dapat meresap ke kain. Bagian tersebut kemudian diseka dengan air panas sebelum dicelup pada proses pewarnaan berikutnya. Proses rumit seperti ini sudah menjadi hal nan biasa dalam industri kerajinan batik.
Dalam industri kerajinan batik, jumlah rona pada batik menunjukkan berapa kali kain dicelup pewarna, dan berapa kali malam harus diterakan dan dibersihkan dari kain. Biasanya, semakin banyak rona nan digunakan, harga kain batik akan semakin mahal.
3. Kerajinan Batik - Divestasi Malam
Setelah proses pewarnaan selesai, malam diluruhkan dari kain dengan cara merebusnya dalam air mendidih. Proses pembuangan lilin ini disebut melorot.
Proses perebusan buat menghilangkan malam dilakukan dua kali. Pada perebusan terakhir ditambahkan soda abu (kalium hidroksida) buat mematikan rona pada kain dan mencegah agar rona tak luntur. Selanjutnya, kain batik direndam air dingin dan dijemur.
Proses tersebut sekaligus sebagai proses terakhir dalam industri kerajinan batik. Semua tahapan tersebut akan membentuk kain batik dengan kualitas baik. Proses-proses tersebut juga membuat industri kerajinan batik berbeda dengan industri kerajinan nan lain.