Mengelola Pencahayaan Area Kerja
Setiap proses aktivitas kerja nan dilakukan di perusahaan selalu mengandung resiko kegagalan nan dialami oleh manusia atau alat. Setiap komponen nan ada di dalam perusahaan akan merasakan kegunaan K3 apabila diterapkan secara disiplin dan tak hanya sekadar bahasan-bahasan marginal di loka kerja.
Saat kecelakaan kerja terjadi, maka perusahaan akan mengalami kerugian dalam jumlah besar. Potensi kecelakaan kerja sedapat mungkin bisa diminimalkan melalui pencegahan secara serius oleh seluruh komponen-komponen nan ada di lingkungan perusahaan.
Mengingat kecelakaan kerja bisa muncul secara tunggal, simultan, maupun serangkaian karena dampak tanpa terduga secara tiba-tiba, maka setiap orang harus mengetahui dengan sahih faktor-faktor nan menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau nan dikenal dengan sebutan K3 adalah sebuah sistem nan dirancang agar seluruh personil di perusahaan memperoleh agunan keselamatan selama bekerja.
Jaminan terhadap kemungkinan luka dan menderita penyakit bisa dicapai melalui ketaatan terhadap peraturan keselamatan dan kesehatan kerja nan tercermin dalam perubahan sikap. Melalui undang-undang keselamatan kerja telah ditetapkan target krusial nan diharapkan dari khasiatnya K3.
Sasaran nan diharapkan tercapai antara lain, menjaga kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan setiap personil ketika melaksanakan tugas kerja. Resiko-resiko nan ditimbulkan oleh ciri pekerjaan juga tak luput dari sasaran.
Upaya pengurangan sumber-sumber kecelakaan nan akan memengaruhi keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan tiap personil ialah tujuan dalam kaitannya memberi konservasi secara maksimal.
Prosedur Penerapan K3
Hal nan menjadi perhatian krusial adalah mekanisme penerapan K3 nan harus dimengerti dan dilaksanakan secara benar. Semua pihak harus mengetahui bagaimana mekanisme kerja nan kondusif bagi manusia, mesin, dan lingkungan.
Bagi manusia, aspek kegunaan K3 bisa dilihat dari kepatuhan terhadap baju pengaman nan sinkron regulasi internasional dan memahami arti dari tanda bahaya dan peringatan nan disediakan oleh perusahaan.
Dari sisi mesin, mekanisme keselamatan kerja dimulai dengan pengaturan langkah kerja mesin buat meminimalkan potensi kecelakaan kerja. Pemeliharaan mesin secara berkala melalui metode nan tepat dan sinkron jadwal pemeliharaan memegang peranan krusial selain bertujuan mengoptimalkan utilitas mesin.
Pengontrolan kinerja mesin tak hanya sebab tuntutan performa, tetapi lebih memperhatikan taraf kebisingan nan bisa mengganggu kesehatan pendengaran .
Area kerja menjadi persoalan lain nan harus ditangani dengan mekanisme nan terencana dalam hal kebersihan dan pengelolaan sinkron tata letak perusahaan. Perusahaan harus menyediakan fasilitas bagi personil perusahaan nan memadai, seperti kantin, loka pembersihan diri, dan loka penyimpanan barang pribadi.
Pengelolaan tata lingkungan nan tak sistematis berdampak pada kesulitan proses evakuasi, sehingga dibutuhkan loka nan memberi rasa kondusif terhadap bahaya menurut intruksi, latihan, dan pengamatan langsung para personil perusahaan.
Manajemen Bahaya Kebisingan
Kebisingan termasuk bahaya nan sering dirasakan oleh personil perusahaan di mana pada volume eksklusif bisa menimbulkan imbas gangguan pendengaran sampai hilangnya fungsi pendengaran secara permanen.
Padahal resiko kehilangan pendengaran secara medis tak bisa disembuhkan atau diobati. Akibat kebisingan di lingkungan kerja setidaknya bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pengaruh auditorial ( auditory effects ) dan pengaruh non-auditorial ( non-auditory effects ).
Pengaruh secara auditorial berkaitan erat dengan fungsi pendengaran (perangkat keras) nan ditandai dengan penurunan fungsi pendengaran hingga kehilangan pendengaran dan suara dering nan berfrekuensi tinggi di dalam telinga.
Sedangkan aspek non-auditorial lebih mengarah pada sisi psikologis dengan indikator gangguan, seperti stres, kebingungan, cara komunikasi nan terhambat, dan kepekaan terhadap masalah keamanan kerja nan sangat rendah.
Adapun catatan krusial nan harus diketahui bahwa lingkungan kerja dengan taraf kebisingan lebih dari 104 desibel tak bersahabat bagi setiap personil perusahaan.
Bagi siapapun di perusahaan nan mengalami taraf kebisingan lebih dari 85 desibel selama 8 jam lebih, maka pekerjaannya tergolong dalam pekerjaan dengan resiko bahaya kebisingan taraf tinggi ( high level of noise related risk ).
Beberapa acuan nan dijadikan dasar evaluasi taraf keamanan kerja dalam hubungannya dengan taraf kebisingan adalah suara bor listrik (88-98 desibel), gergaji mesin (110-115 desibel), sirene ambulans (120 desibel), dan suara pesawat terbang jet (140 desibel).
Dilihat dari sudut pandang bidang industri, bisa dikelompokkan industri-industri nan potensial melahirkan bahaya bagi personil perusahaan, yaitu industri perkayuan ( wood working & wood processing ), pekerjaan pemipaan ( plumbing work ), pertambangan batu bara ( coal mining ), dan berbagai jenis pertambangan logam.
Upaya-upaya mengatasi dan mengendalikan bahaya resiko nan disebabkan oleh kebisingan bisa ditempuh melalui penggantian ( subtitution ), pemisahan ( separation ), perlengkapan konservasi diri ( personnel protective equipment ), dan pengendalian administratif ( administrative control ).
Penggantian diupayakan melalui pengadaan mesin-mesin baru dengan level kebisingan nan lebih rendah tersebut perlu didatangkan buat mengganti mesin-mesin lama.
Proses kerja nan dianggap menimbulkan kebisingan lebih rendah dari proses kerja nan sama bisa mulai diimplementasikan sebagai pengganti, misalnya proses pengelingan ( riveting ) diganti dengan pengelasan ( welding ).
Perubahan kontruksi mesin, seperti pemberian dudukan mesin dari bahan nan mempunyai kemampuan meredam getaran lebih tinggi atau memasang peredam akustik ( acoustic barrier ) juga efektif diterapkan.
Pemisahan beberapa mesin nan memiliki level kebisingan dipindahkan menjauh dari titik aktivitas kerja personil perusahaan atau nan disebut physical separation . Pengaturan waktu kerja dengan sistem rotasi jam kerja akan mengurangi taraf ‘ gesekan ’ antara personil perusahaan dengan kebisingan. Cara ini biasa dikenal sebagai time separation .
Penyediaan perlengkapan konservasi bagi tiap-tiap personil perusahaan berupa ear plug sangat penting. Patut diketahui bahwa penggunaan ear plug harus digunakan secara konsisten atau tak boleh sering dilepas. Hal ini akan mempengaruhi daya adaptasi fungsi pendengaran nan mengalami beban kejut secara berulang-ulang.
Perlengkapan konservasi sendiri sangat berkaitan erat dengan penerapan dan pengendalian administratif nan diwujudkan dalam tindakan larangan-larangan. Di antaranya embargo memasuki kawasan dengan level kebisingan tinggi tanpa alat pengaman dan peringatan, agar selalu menggunakan perlengkapan pelindung diri.
Perlu dicatat, tak ada agunan bahwa upaya tindakan pencegahan bisa menghindarkan setiap personil perusahaan dari resiko nan mungkin terjadi, tetapi resiko nan sukses teridentifikasi harus segera ditanggulangi.
Mengelola Pencahayaan Area Kerja
Pencahayaan lingkungan kerja nan baik akan memunculkan kesan lingkungan nan menyegarkan terhadap sekelilingnya. Bagi personil nan bekerja dibagian produksi , pencahayaan sangat membantu personil perusahaan melihat setiap objek nan sedang dikerjakan.
Sebaliknya nan terjadi apabila pencahayaan loka kerja tak begitu optimal akan mengakibatkan kelelahan mata hingga kerusakan mata nan akan menggerus efisiensi kerja dan meningkatnya kecelakaan kerja .
Mengatasi pencahayaan lokasi kerja nan kurang bisa dilakukan dengan menambah jumlah lampu dan meninggikan posisinya. Cara lain ditempuh melalui optimalisasi cahaya alami nan merata ke seluruh bagian perusahaan. Dari segi biaya, pencahayaan alami sangat ekonomis, sehingga menghemat biaya dan merupakan bagian dari gerakan ramah lingkungan.
Penggunaan rona cerah pada dinding dan langit-langit area kerja mampu memberi disparitas pantulan nan signifikan. Rona putih memberi kontribusi sebesar 90% dibandingkan rona hitam dalam hal pantulan.
Hanya menggunakan sedikit cahaya, dinding atau langit-langit berwarna cerah sudah mampu meningkatkan penerangan ruangan, sehingga menghemat energi dan cocok bagi area kerja inspeksi teliti.
Namun, khususnya pekerjaan nan menekankan inspeksi secara cermat membutuhkan jumlah penerangan nan lebih banyak dibandingkan kantor. Pencahayaan lokal nan dikombinasikan dengan pencahayaan primer bisa mengurangi gangguan dampak adanya bayangan. Gangguan terjadi sebab kombinasi pencahayaan tak memberi rona paradoksal antara benda kerja dan bidang latar.
Demikian uraian mengenai kegunaan K3 bagi perusahaan dalam upaya keselamat kerja para pegawai. Semoga uraian tersebut bermanfaat bagi Anda buat tetap memakai peralatan kerja sinkron dengan prosedurnya.