Morfologi Laut
Artikel bahari ini membahas seputar sejarah laut, proses-proses nan mengikutinya, morfologi, peranan laut, klasifikasinya dan berbagai masalah seputar kelautan. Berikut ini ialah ulasannya.
Sekitar 4,4 milyar tahun nan lalu, lautan diperkirakan terbentuk. Dalam waktu 1,1 milyar setelah bumi terbentuk, bahari masih memiliki suhu nan tinggi sekitar 1000C dan memiliki pH rendah sehingga sangat asam. Sifat asam ini disebabkan atmosfer bumi didominasi oleh jumlah karbondioksida.
Jumlah karbondioksida ini kemudian mulai berkurang seiring dengan semakin meningkatnya air laut. Pembentukan air bahari sendiri, menurut sebuah teori ialah sebagai hasil dari air hujan nan turun secara melimpah dan mengisi cekungan-cekungan bumi.
Air hujan nan turun secara lebat diakibatkan proses kondensasi (pembentukan awan dari uap air) nan memiliki taraf kejenuhan nan tinggi.
Proses kondensasi nan berlangsung ini disebabkan sebab aktivitas vulkanik nan terjadi secara besar-besaran pada masa awal bumi. Aktivitas vulkanik menghasilkan gas (ekshalasi) yaitu uap air. Uap air inilah nan menjadi bakal awan dalam proses kondensasi.
Sedangkan proses air bahari menjadi asin disebabkan sebab tingginya proses pelapukan. Pelapukan terjadi secara besar-besaran dampak sifat bahari nan sangat masam.
Antara proses pembentukan air bahari dan proses pembentukan garam-garam di bahari belum ada satu teori pun atau artikel bahari nan menyebutkannya secara niscaya apakah proses ini terjadi bersamaan atau didahului oleh salah satunya.
Namun, secara logika jika membaca teori-teori tersebut pada banyak artikel bahari menyebutkan pembentukkan air bahari terjadi terlebih dahulu.
Air bahari ini selanjutnya mampu menyerap karbondioksida di atmosfer. Karbondioksida ini kemudian bereaksi dengan ion karbonat sebagai hasil dari proses pelapukan. Hasil dari reaksi keduanya membentuk kalsium karbonat .
Ketika bumi semakin cerah sebab prosentase karbondioksida semakin berkurang, evaporasi (penguapan) pun terjadi sebab radiasi matahari. Penguapan ini selanjutnya menghasilkan uap air nan terkondensasi menjadi awan.
Ketika awan mulai jenuh maka turunlah hujan. Hujan ada nan turun di bahari dan ada nan turun di daratan.
Ketika hujan turun di daratan maka ada proses penyusupan (masuknya air hujan ke dalam lapisan tanah) dan mengalir ke permukaan tanah. Air hujan nan mengalir ke permukaan juga turut menyumbang proses pengikisan, pelapukan dan pengendapan materi.
Hal ini mendorong proses terjadinya sungai, danau, dan rawa di bumi. Saat banyak presipitasi (hujan) dan semakin banyak sungai nan terbentuk maka proses pembentukan dan penambahan garam di bahari terjadi siklis.
Kesemua proses ini dinamakan daur hidrologi. Dimulai dari evaporasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, dan surface flow (mengalirnya air di permukaan tanah).
Daur hidrologi inilah nan menjaga komposisi air di bumi menjadi tetap.
Sedangkan mengenai kehidupan laut, para pakar masih mengalami banyak perdebatan. Namun, terdapat kalimat sederhana nan terkenal yaitu, “life begin in the ocean”.
Biota nan beranekaragam di bahari tentu ada nan menciptakan. Tidak mungkin ada dengan sendirinya atau berangkat dari proses evolusi. Tidak mungkin pula berasal dari sel nan sangat sederhana seperti bakteri atau mahluk nan lebih kecil dari itu.
Kekuasaan Allah nan Maha Pemurah dan Kuasa menciptakan begitu banyak biota di bahari dari nan kompleks hingga sederhana. Bukan proses evolusi dari hasil pemikiran manusia nan memiliki banyak keterbatasan.
Klasifikasi Laut
Kurang lebih 70% bumi merupakan lautan. Lautan ini memiliki fungsi nan vital sebab kemampuannya dalam menyerap karbondioksida. Selain itu, bahari juga memiliki peranan dalam mengontrol iklim bumi.
Hal ini sebab bahari mampu mentransfer panas dari equator ke kutub. Transer ini terjadi sebab proses sirkulasi di laut.
Setidaknya, terdapat 2 jenis sirkulasi di laut. Pertama, sirkulasi termohalin dimana sirkulasi terjadi sebab disparitas densitas air laut. Densitas ini bergantung pada temperatur dan salinitas air laut.
Kedua, sirkulasi nan terjadi sebab konvoi angin sehingga mendorong terjadinya berbagai jenis arus di laut. Salah satunya ialah arus Gulf Stream.
Keadaan bahari nan begitu luas seolah terlihat menyatu satu sama lain. Namun, jika dilihat dari proses-prosesnya maka masing-masing bahari memiliki ciri masing-masing.
Hal ini menyebabkan adanya klasifikasi laut. Berikut ini ialah klasifikasi bahari berdasarkan proses terjadinnya, letak, dan kedalamannya.
1. Bahari berdasarkan proses terbentuknya dibagi menjadi 3, antara lain:
• Transgresi
Laut jenis ini terbentuk sebagai dampak tergenangnya daratan. Hal ini mengakibatkan bertambah luasnya laut. Dalam geografi, proses ini terjadi sebab tenaga endogen tektonisme yaitu epirogenesa positif.
Proses ini terjadi secara perlahan pada masa glasial. Bahari jenis transgresi bersifat dangkal. Contoh bahari ini ialah Bahari Jawa, Bahari Arafuru, dan sebagainya.
• Regresi
Laut ini terbentuk sebab proses penyempitan laut. Selain itu, proses pengangkatan daratan nan luas juga bisa membentuk bahari Regresi. Proses-proses ini terjadi pada zaman Dilluvium.
Proses penurunan daratan ini diakibatkan sebab tenaga endogen tektonisme yaitu epirogenesa negatif. Dimana, air bahari turun kurang lebih 60 meter. Hasil bentukan dari proses ini ialah Dangkalan Sahul dan Sunda.
• Ingresi
Laut ini terbentuk sebagai dampak proses penurunan dasar laut. Hasilnya, bahari semakin dalam. Bahari inregresi antara lain, Bahari Sulawesi (5.590 m), Bahari Tengah (4.400 m), Bahari Jepang (4.000 m), dan sebagainya. Bahari Ingresi memiliki karakteristik menonjol yaitu kedalamannya sehingga terdapat zona abisal (laut gelap total).
2. Bahari berdasarkan letaknya
• Bahari tepi
Yaitu bahari nan terletak di tepi atau pinggir benua. Bahari jenis ini akan terhalang oleh kepulauan atau jazirah sekitarnya. Misalnya, Bahari Utara terhalang Kepulauan Inggris, Bahari Tiongkok Selatan terhalang Filipina, Bahari Bering terhalang Kepulauan Aleuten, dan sebagainya.
• Bahari pertengahan
Laut pertengahan merupakan bahari nan menghubungkan dua benua. Contohnya, Bahari Mediterania (menghubungkan Afrika dan Eropa), Bahari di Indonesia nan menghubungkan Australia dan Asiatis.
• Bahari pedalaman
Laut pedalaman merupakan bahari nan dikelilingi oleh daratan. Contohnya, Bahari Hitam, Bahari Baltik, dan Bahari Kaspia.
3. Bahari berdasarkan kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya, bahari dibagi menjadi 4 zona, yaitu:
• Zona Litoral
Daerah ini merupakan wilayah pasang surutnya air laut.
• Zona Neritik
Daerah ini merupakan wilayah dengan kedalaman 0-200 meter. Daerah ini kaya akan biota laut. Sinat matahari bisa tembus ke zona neritik.
• Zona Bathyal
Merupakan daerah remang-remang. Hal ini sebab sinar matahari hanya sedikit nan bisa tembus ke Bathyal. Zona ini memiliki kedalaman 200-2000 meter. Masih terdapat biota bahari namun tak sebanyak di zona neritik.
• Zona Abysal
Merupakan zona nan gelap total. Kedalamannya mencapai lebih dari 2000 meter. Karakteristik dari zona ini ialah adanya palung bahari (trench) dan lubuk laut. Biota nan ada di daerah ini sangat sedikit namun unik seperti ikan nan memiliki antena.
Morfologi Laut
Pernahkah Anda membayangkan bagaimana kondisi fisik atau tampilan di dalam lautan kita? Apakah sangat dalam dan tak ada batas atau dasarnya? Artikel bahari ini akan menjelaskan mengenai kenampakan morfologi bahari secara umum.
Di dalam bahari kita terdapat banyak biota. Bahkan, lebih banyak biota di lautan daripada di daratan. Salah satunya sebab 70% bumi berupa lautan.
Di dalam bahari juga terjadi proses-proses pembentukan seperti gunung api, palung, punggung laut, lubuk, dan sebagainya. Berikut ini ialah morfologi bahari secara umum:
• Lubuk laut
Terjadi sebab penurunan dasar laut. Lubuk bahari atau basin seperti sebuah cekungan jika di daratan. Bentuknya mirip huruf U jika diamati dari samping. Contoh basin ini ialah basin/ lubuuk bahari di Sulawesi, Banda dan Sulu.
• Palung laut
Palung lebih dalam dari basin. Bentuknya seperti huruf V dengan bentuk memanjang dan curam. Jika di daratan kenampakannya seperti jurang nan curam.
Palung juga disebut sebagai trench jika bentuknya V dan disebut trough jika seperti U. Namun, trough tetap lebih dalam daripada basin. Contoh, Palung Mindanau, Palung Jawa, dan Palung Celah Timur.
• Ambang laut
Merupakan dasar bahari nan berbentuk bukit dan biasanya memisahkan bahari nan satu dengan nan lainnya. Contohnya ialah Ambang bahari Sulu dan Sulawesi.
• Punggung laut
Merupakan deretan pegunungan dasar laut. Terkadang ada pegunungan nan sampai muncul ke permukaan. Contohnya ialah Gunung Krakatau.
Demikianlah artikel tentang bahari dengan spesifikasi dan morfologinya. Semoga menambah pengetahuan Anda.