Pembuatan Karikatur

Pembuatan Karikatur

Beberapa kartunis dan karikaturis pun bermunculan, seperti GM Sudarta, Dwi Koendoro, Pramono, Priyanto, Beni & Mice, Jitet Kustana, Rachmat Riyadi, Jaya Suprana, Gatot Eko Cahyono, Ramli Badrudin, dan Hanunk Kuncoro.



Asal Usul Seni Karikatur

Istilah karikatur berasal dari kata caricare (bahasa Italia), nan berarti memuat atau menambah muatan secara berlebihan. Dengan kata lain, karikatur ialah reformasi lebih atas objek nan terkenal dengan cara mempercantik dari karakteristik nan paling menonjol atas objek tersebut. Karikatur nan baik sudah dapat dipastikan mempunyai kadar humor, estetika, dan nan paling krusial ialah kadar pesan kritiknya secara tepat sasaran.

Karikatur biasanya menggambarkan subjek nan dikenal secara generik dengan maksud buat menimbulkan hal nan lucu bagi pihak nan mengenal subjek tersebut. Oleh sebab itulah karikatur sering digunakan buat menyindir seseorang dengan cara memunculkan hal nan lucu.

Pada awalnya, karikatur dikenal sebagai cara buat menyatakan kritik masyarakat mengenai suatu hal secara sosial maupun pilitis. Hal tersebut ditunjukkan melalui berbagai media massa, terutama media cetak nan pada perkembangannya menjadi salah satu bentuk seni nan wajib ada di salah satu halaman majalah dan surat kabar satire.

Selain buat mengekspresikan diri, karikatur juga dibuat buat kebutuhan psikologis, yakni membaca karakter seseorang lewat gambar paras nan dibuat dengan cara melebih-lebihkan satu bagian khas dari orang tersebut.

Karikatur pun bisa diartikan sebagai gambar insinuasi nan bersifat sinis, ironis, dan sarkasme nan berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan social, politik, ekonomi, dan kebudayaan. Dalam apresiasi budaya karikatur ini merupakan profil satire. Teks karikatur ini bisa berbentuk topik, tema, atau pokok pikiran.



Perbedaan Antara Kartun dan Karikatur

Antara kartun dan karikatur memang ada sedikit perbedaan. Disparitas itu terletak pada kadar kritiknya sebab kartun mempunyai pengertian nan lebih luas dari karikatur. Yustiniadi (1996: 51) mengemukakan bahwa apabila karya lucu nan sedikit banyak sudah memiliki hasrat buat “cerita”, maka nama nan tepat untuknya ialah kartun.

Jika gambar lucu dengan cara melebihkan atau mengurangi, dengan karakteristik khas eksklusif atau seorang objek nan tanpa banyak niat sindiran, nan ini lebih cenderung disebut karikatur. Tetapi, bisa saja sebuah kartun mengandung unsur dan bentuk karikatur, begitu pula sebaliknya. Daya pandang atau ruang lingkup kartun lebih besar dan luas dibandingkan dengan karikatur.

Kartun atau karikatur dalan surat kabar nan membawa pesan kritik disebut political cartoon atau editorial cartoon. Ini merupakan sebuah tajuk planning nan disajikan dalam bentuk gambar humor. Jenis kartun nan lain ialah gag cartoon, penampilannya hampir menyerupai editorial cartoon, tapi tak mengetengahkan suatu opini atau peristiwa nan sedang terjadi (tidak aktual). Selain itu ada juga komik strip atau cerita lucu nan dibagidalam beberapa plot atau sekuen-sekuen gambar nan berurutan.

Adapun tema nan diangkat dalam kartun atau karikatur cukup beraneka ragam. Mulai masalah cinta, politik, ekonomi, kehidupan sehari-hari, seni budaya, agama, olahraga, penyakit, sampai adat istiadat dan hal-hal nan surealis sekalipun. Dengan keragaman tema itulah kartun atau karikatur semakin inheren dengan media massa.

Fungsi kartun atau karikatur di surat kabar berperan sebagai penghibur, pelepas lelah, dan sebagai media kritik sosial. Namun pada masa tertentu, karikatur juga sering digunakan sebagai alat propaganda politik.



Pembuatan Karikatur

Seorang pembuat karikatur atau karikaturis harus melakukan observasi terlebih dahulu sebelum membuat karikatur. Hal ini perlu dilakukan buat menentukan karakteristik khas nan mmebuat objek gambar menjadi memiliki disparitas nan tak dapat dibandingkan dengan orang lain.

Dengan observasi tersebut juga seorang karikaturis bisa dengan leluasa melakukan usaha melebih-lebihkan agar ketika gambar karikatur dilihat, orang sudah dapat menebak gambar siapa nan dibuat oleh karikaturis tersebut.

Perbedaan antara objek karikatur dengan paras orang lainlah nan akan dilebih-lebihkan sehingga menjadi pembeda subjek dengan orang lain. Misalnya saja, politisi Akbar Tanjung akan dibuat dengan hidung nan besar (bahkan lebih besar dibandingkan dengan aslinya) sehingga dapat dibedakan dengan politisi lainnya. Atau seorang aktris nan memiliki bibir nan seksi akan dibuat dengan gambar nan bagian bibirnya dibuat lebih besar daripada aslinya.

Beberapa karikaturis juga biasa membuat gamabar karikatur dengan menjadikan foto objek gambarnya sebagai contoh dalam membuat gambar karikatur. Hal ini dilakukan buat membuat foto objek gambar menjadi lebih konkret dengan proporsi paras nan digeneralisasi.

Selain menggambar langsung dengan media pensil atau pensil gambar, karikaturis juga dapat membuat gambar karikatur dengan menggunakan komputer. Dengan teknik otomatis atau semi otomatis (teknik grafik komputer), seorang pekerja seni sekaligus pekerja teknologi juga membuat sebuah perangkat lunak nan dapat digunakan buat membuat gambar karikatur secara interaktif.

Dalam sistem nan dirancang tersebut, karikatur dibuat dengan membandingkan dua gambar. Dua gambar tersebut merupakan gambar paras orang nan akan dibuat karikaturnya, sedangkan gambar nan lain merupakan gambar paras orang nan dianggap sebagai rata-rata paras manusia.

Sejumlah pembuat karikatur nan terkomputerisasi kemudian mengembangkan teknologi nan dapat mempelajari bagaimana karikaturis membuat karikatur dengan menerapkan beberapa teknik kecerdasan protesis atau statistika nan didasarkan pada otak seni manusia. Dalam pembuatan karikatur semacam ini, seorang karikaturis harus memiliki kemampuan atau keterampilan spesifik dalam menggunakan teknik menggambar karikatur.



Persepsi Paras dalam Karikatur

Berbagai karakter sosialisasi paras dan persepsi paras sudah dikaji dan diteliti dalam berbagai bidang, seperti psikologi kognitif, visi komputer, persepsi visual, dan berabgai sosialisasi pola.

Dalam beberapa penelitian, ditemukan bahwa gambar paras nan dilebih-lebihkan dengan menggunakan sistem pembuat karikatur nan terkomputerisasi akan lebih mudah dikenali oleh pemerhati gambar dibandingkan dengan gambar karikatur nan dibuat secara langdung oleh tangan si karikaturis, bahkan dari foto paras orang nan digambar tersebut.

Hal ini disebabkan oleh imbas karikatur nan membuat orang lebih mengenal karakteristik khas objek gambar dibandingkan dengan paras orang itu sendiri. Oleh karena itu, karikatur juga dapat dianggap sebagai mitos nan memungkinkan masyarakat lebih mengenal paras karikatur dibandingkan dengan paras orisinil dari orang nan digambar secara dilebih-lebihkan tersebut.



Karikatur dan Berbagai Mitos dalam Masyarakat

Karikatur bukan hanya satu media buat mengekspresikan berbagai hal dan menjadikannya sebagai hiburan bagi khaqlayak ramai. Di balik semua itu, karikatur juga dapat menjadi satu mitos nan hayati dan berkembang menjadi satu kepercayaan di dalam kehidupan masyarakat.

Sebagai contoh, aktris Hollywood Angelina Jolie akan menjadi mudah dikenali sebagai aktris dengan bibir nan seksi dan tebal dibandingkan dengan kelebihan lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya kenyataan karikatur nan membuat gambar bibir Jolie lebih dikenal dibandingkan karya atau film nan pernah dibintanginya.

Contoh lain ialah orang nan arogan dapat digambarkan dengan kepala nan sangat besar dan dengan paras nan mendongak ke atas. Hal ini dapat berarti bahwa ada pandangan nan sama antara manusia atau masyarakat pada umumnya dengan gambar karikatur nan dihasilkan oleh karikaturis dalam mengekspresikan apa nan ada di pikirannya mengenai orang arogan tersebut.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa karikatur merupakan sebuah seni nan secara generik digunakan buat menunjukkan karakteristik khas seseorang nan dikenal oleh masyarakat. Akan tetapi secara khusus, dijadikan sebagai media buat menyampaikan pesan, saran, dan kritik sosial masyarakat.