Gejala Awal Kanker Indung Telur
Kanker indung telur atau kanker ovarium hingga saat ini belum diketahui penyebabnya. Seringkali, kanker ovarium tak menimbulkan gejala apapun pada penderitanya. Seorang wanita akan tampak sehat hingga kanker ovarium memasuki stadium lanjut. Hal ini terjadi tanpa disadari dan diketahui oleh penderita. Ketika kanker sukses didiagnosis, penyakit itu sudah sangat sulit disembuhkan. Oleh sebab itu, banyak nan menyebut kanker indung telur sebagai "sang pembunuh tersembunyi".
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedikit demi sedikit, menyibak rahasia penaksiran dini kanker ovarium. Universitas Yale menemukan metode buat mendeteksi keberadaan kanker ovarium meski dalam termin awal. Metode penaksiran ini didasarkan atas keberadaan empat jenis protein nan berhubungan langsung dengan kanker indung telur atau kanker ovarium, yaitu leptin, prolactin, osteopontin , dan insulin-like growth factor II .
Jika kandungan empat protein tersebut meningkat, kemungkinan, seorang wanita telah terjangkit kanker ovarium. Keberhasilan penaksiran ini mencapai akurasi 95 persen.
Kemungkinan Penyebab Kanker Indung Telur
Seperti nan telah disebutkan, hingga saat ini, penyebab kanker ovarium belum bisa diketahui secara pasti. Seorang wanita nan memiliki banyak anak, didiagnosis mempunyai konservasi cukup kuat terhadap kanker indung telur.
Wanita nan cukup berisiko menderita kanker ovarium ialah wanita nan banyak mengonsumsi obat kesuburan, pernah menderita kanker payudara, mempunyai anggota keluarga nan pernah menderita kanker payudara ataupun kanker ovarium, serta riwayat keluarga nan pernah menderita kanker kolon, paru-paru, prostat, dan kanker rahim.
Gejala Awal Kanker Indung Telur
Ada beberapa gejala awal dari seorang wanita nan kemungkinan terserang kanker ovarium. Umumnya, gejala awal kanker indung telur ialah rasa tak nyaman dan samar-samar di perut bagian bawah. Terjadinya pembesaran ovarium pada wanita pasca menopause diiringi dengan rasa nyeri atau rasa sakit di perut bagian bawah. Perut membesar dampak terkumpulnya cairan hasil metabolisme ovarium nan tak sempurna.
Hal tersebut diikuti rasa nyeri panggul, turunnya tekanan darah, serta turunnya berat badan secara drastis. Kadang, kanker ovarium menstimulus beberapa hormon nan menyebabkan pertumbuhan nan tak normal pada lapisan rahim. Ditambah dengan pembesaran payudara serta pertumbuhan rambut nan tak normal.
Selain beberapa gejala tersebut, ada gejala lain nan mungkin mengikuti fase kanker rahim, yaitu daerah panggul terasa berat, munculnya perdarahan pada bagian vagina, siklus menstruasi nan abnormal, munculnya gangguan saluran pencernaan, berupa perut kembung, nafsu makan berkurang, sering mual dan muntah, hingga tak mampu mencerna makanan nan masuk ke saluran perncernaan. Seorang wanita nan terkena kanker ovarium juga akan sering berkemih.
Diagnosis Kanker Indung Telur
Diagnosis kanker indung telur pada stadium awal sangat sulit buat dilakukan sebab gejala-gejala kanker ovarium baru muncul ketika telah memasuki stadium lanjut. Umumnya, diagnosa awal kanker ovarium ialah dengan inspeksi fisik, lingkar perut nan bertambah atau ditemukan penimbunan cairan di dalam rongga perut.
Pemeriksaan selanjutnya ialah termin laboratorium, yaitu pemeriksan darah lengkap, inspeksi struktur kimia darah, CA125, inspeksi dengan serum HCG, analisis urine, inspeksi saluran pencernaan, laparatomi, hingga USG dan CT scan perut atau MRI perut.
Pengobatan Kanker Indung Telur
Ada dua cara pengobatan kanker ovarium. Jika kanker ovarium belum menyebar ke luar ovarium, nan dilakukan hanya mengangkat ovarium nan terinfeksi, kemungkinan besar dengan tuba fallopi atau saluran indung telur. Jika kanker indung telur telah menyebar ke luar ovarium, dilakukan pengangkatan kedua ovarium serta rahim. Juga dilakukan pengangkatan kelenjar getah bening organ-organ nan terinfeksi di sekitarnya.
Pasca operasi, penderita masih harus diterapi dengan penyinaran dan kemoterapi secara rutin hingga sel-sel kanker benar-benar telah dihancurkan.
Wanita Jangkung Lebih Berisiko Terkena Kanker Indung Telur
Menjadi orang nan jangkung atau tinggi memang mempunyai banyak keuntungan. Selain lebih mencolok, orang nan berbadan tinggi juga dianggap lebih kuat dan superior. Tapi sayang bagi para wanita nan berpostur jangkung sebab berisiko terkena kanker ovarium.
Sebuah organisasi riset internasional menganalisa data dari sekitar 47 penelitian di 14 negara dengan melibatkan 25.000 lebih wanita nan menderita kanker ovarium. Para peneliti ini lalu melakukan perbandingan dengan sekitar 81.000 wanita sehat.
Penelitian ini menghasilkan sebuah simpulan bahwa tinggi badan perempuan berhubungan dengan peningkatan kemungkinan kanker ovarium secara siginfikan. Selain itu, perempuan nan mempunyai IMT (Indeks Massa Tubuh) lebih besar pun juga berpeluang memiliki risiko kanker ovarium nan lebih besar.
Peneliti-peneliti ini mengungkapkan bahwa interaksi tinggi badan dengan berat badan terhadap risiko kanker indung telur tetap ada. Bahkan, sesudah memperhitungkan faktor lainnya nan dapat memengaruhi risiko kanker ovarium seperti umur, umur ketika menstruasi pertama, riwayat keluarga nan pernah mengidap kanker payudara atau kanker ovarium, pemakaian pil kontrasepsi, konsumsi alkohol, konsumsi tembakau, dan kondisi menopause.
Adanya perubahan tinggi badan sekitar 5cm akan menyebabkan peningkatan risiko kanker ovarium sebesar 7 % seumur hidup. Para peneliti pun menemukan interaksi serupa antara berat badan nan besar dan risiko kankerindung telur. Tapi, interaksi antara keduanya ini hanya ditemukan pada perempuan nan tidak pernah melakukan terapi hormon ketika menopause.
Walaupun secara statistik peningkatan risiko nan ditemukan lumayan signifikan, tetapi kesamaan wanita terkena kanker ovarium masih rendah sekali sehingga tinggi badan nan dipunyai hanya akan membuat sedikit perbedaan.
Bila membandingkan antara seorang perempuan nan tinggi badannya sekitar 152cm dan seorang perempuan dengan tinggi badan 167cm, disparitas risiko kanker ovariumnya ialah sebesar 23%. Namun, sebenarnya disparitas risiko mutlak pada wanita masih kecil. Wanita nan lebih pendek mempunyai risiko sekitar 16 dibanding 1000 seumur hidupnya. Risiko ini pun meningkat jadi 20 dibanding 1000 buat perempuan nan badannya lebih tinggi.
Temuan ini dipandang sangat krusial karena rata-rata tinggi wanita meningkat 1cm setiap 10 tahun. Walaupun menemukan keterkaitan antara tinggi sekaligus berat badan dan peningkatan risiko kanker ovarium, para peneliti tak bisa membuktikan bahwa tinggi dan berat badan nan lebih besar akan menyebabkan kanker ovarium.
Obat Herbal buat Kanker Indung Telur
Selain pengobatan secara medis, kanker ovarium pun bisa diobati menggunakan obat herbal. Pengobatan secara herbal ini dipilih sebab pengobatan secara medis melalui operasi dan kemoterapi memiliki banyak imbas samping dan juga biayanya sangat mahal.
Obat herbal antikanker nan bisa dijadikan pilihan yaitu sarang semut karena reaksinya lebih cepat dalam hal membantu mengobati berbagai jenis kanker, termasuk kanker ovarium. Senyawa aktif nan ada dalam sarang semut di antaranya ialah tannin, flavonoid, dan polifenol. Senyawa-senyawa aktif ini berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh sehingga sangat bagus buat mencegah dan sebagai obat kanker.
Sarang semut ini ternyata memiliki aktivitas antiproliferasi nan kuat, yakni mampu menghambat penyebaran sel-sel kanker. Obat herbal ini juga sudah terbukti secara ilmiah sebagai obat alami buat kanker nan ampuh dan sudah terbukti secara empiris. Sudah banyak orang nan membuktikan sendiri khasiat obat herbal ini buat mengobati berbagai penyakit kronis, termasuk juga pengobatan kanker ovarium. Artinya, sarang semut ini dipilih sebagai obat alternatif buat mengobati kanker ovarium.
Simpulannya ialah obat herbal sarang semut ini bisa dijadikan slah satu pilihan obat kanker indung telur terbaik, tak hanya sebab faktor ekonomis, tetapi juga sebab kepraktisannya. Artinya, proses pengobatan dilakukan tanpa melewati proses nan menyakitkan dan melelahkan seperti pada pengobatan medis, yaitu pembedahan dan kemoterapi. Selain itu, pengobatan herbal ini juga bebas dari imbas samping.