Ruangan di Museum Telekomunikasi
Manusia tidak akan sanggup hayati sendirian di global ini. Adam pun diberi teman sekaligus pasangan oleh Yang Maha Kuasa, Hawa. Tapi awal keberadaannya di dunia, mereka terpisah jauh. Dengan keterbatasannya Adam dan Hawa berusaha buat berkomunikasi dengan global barunya. Petualangan nan menghabiskan waktu ratusan tahunan. Ketika berjumpa kembali di bukit Jabal Rahmah, Adam mulai berkomunikasi dengan Hawa lagi. Setelah kehidupan Adam dan Hawa berakhir, alat-alat komunikasi semakin beragam. Di antara alat-alat komunikasi tradisional maupun modern tersebut dapat disaksikan di Museum Telekomunikasi .
Membayangkan Gaya Komunikasi Zaman Dahulu
Saat listrik belum ditemukan dan ketika manusia belum mempunyai satu atau dua bahasa internasional nan disepakati, semua orang berkomunikasi dengan caranya. Tentu saja gaya berkomunikasi seperti ini pada awalnya akan sangat mungkin terjadi kesalahpahaman. Bagaimana tidak, satu gerakan tangan dapat mempunyai banyak arti nan artinya akan sangat berbeda ketika digunakan oleh orang nan berasal dari budaya nan berbeda.
Terutama ketika terjadi perselisihan antarsuku. Semua gerakan tubuh dapat berarti satu komunikasi nan sangat vital. Asap pun dijadikan alat komunikasi. Makna lambang dalam batik pun menjadi satu wahana komunikasi. Simbol-simbol itu ialah satu komunikasi nan diberikan oleh para perancangnya. Kalau seseorang mengenakan simbol seperti ini, maknanya dapat berarti melakukan sesuatu sinkron dengan nan telah disepakati. Keberadaan bunyi sirine juga dapat dijadikan komunikasi. Ketika Agresi Generik 1 Maret terjadi, sirine tanda pukul 6 nan selalu dibunyikan oleh Belanda dijadikan tanda permulaan penyerangan.
Siasat ketika alat komunikasi itu terbatas, telah membuat begitu banyak kreativitas tercipta. Inilah sistem nan telah dibuat oleh manusia. Keinginan melakukan komunikasi kepada semua orang nan berada nun jauh di belahan global itu membuat banyak orang berpikir menciptakan alat telekomunikasi nan canggih dengan biaya nan terjangkau. Bayangkan ketika internet belum ada. Sambungan telepon bukan saja berbiaya tinggi, kualitas suaranya masih sangat terbatas sehingga hanya membuat emosi.
Sekarang, berbagai wahana komunikasi nan ditunjang oleh teknologi telekomunikasi telah mampu membuat seorang ibu nan berada di pelosok negeri berkomunikasi dengan anak dan cucunya nan ada di Riyadh, Arab Saudi dengan biaya nan murah melalui fasilitas Skype, facebook atau gmail talk nan memungkinkan adanya tatap muka melalui video. Dahulu, hal ini tak mungkin dilakukan dengan mudah. Kerinduan itu berbalas hanya lewat surat nan dapat tiba sebulan atau bahkan sua bulan setelah dikirim. Sekarang, kalau uang ada, tinggal angkat telepon dan menyesuaikan dengan waktu nan tersedia, amka semua kerinduan itu dapat terobati. Bahkan melalui ponsel pintar seperti Blackberry, komunikasi itu bahkan dapat dilakukan setiap saat.
Inilah salah satu kekuatan komunikasi sekarang. Seakan tak ada lagi satu hal nan bias disembunyikan. Kerinduan dapat terobati setiap saat walaupun berada di belahan global nan berbeda. Gambar dapat diunggah setiap saat dengan penampilan dan gaya nan berbeda-beda. Membayangkan apa nan terjadi pada zaman dahulu, orang zaman sekarang harus mengucap syukur sangat mendalam. Untuk lebih melihat bagaimana cara orang zaman dahulu melakukan komunikasi dan alat telekomunikasi apa nan mereka gunakan, mari berkunjung ke Museum Telekomunikasi nan ada di Jakarta.
Alat-alat Komunikasi Nonelektrik dan Elektrik
Mengunjungi museum nan terletak pada bagian depan Taman Mini Indonesia Latif (TMII) nan berdekatan dengan Museum Olah Raga dan Bayt Al-Quran dan berkubah biru ini seperti menerawang keadaan gaya dan cara manusia berkomunikasi mulai dari menggunakan alat nan sangat sederhana hingga alat-alat canggih nan masih dalam tahapan kemungkinan alias masih dalam bayangan imajiner manusia. Adalah satu hal nan patut disyukuri bahwa kini alat telekomunikasi itu semakin canggih. Manusia tinggal berusaha memanfaatkan alat-alat telekomunikasi itu sebaik-baiknya dan jangan sampai menyalahgunakannya.
Alat-alat komunikasi nonelektrik nan ada disini berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, Tahuri. Tahuri ialah terompet kerang khas Maluku. Tahuri ini dipakai oleh masyarakat Maluku nan tinggal di pesisir pantai. Bunyi Tahuri nan amat nyaring dipakai buat memanggil masyarakat atau para kepala adat agar berkumpul di balai rendezvous (baileo).
Tahuri tak hanya dapat berbunyi nyaring, tapi juga dapat rendah kalau kerang nan dipakai semakin besar. Tiupan Tahuri mempunyai makna nan bhineka ketika memanggil masyarakat buat berkumpul. Satu kali tiupan nyaring berarti ada warga nan wafat. Tahuri dimainkan dalam suatu pertunjukan pula, misalnya, dimainkan mengiringi Tarian Cakalele dan dalam bentuk orkestra nan terdiri dari anak-anak dan remaja.
Selain Tahuri, ada juga alat komunikasi tiup, kentongan/ gendering, bedug, gong, dan lonceng. Semua alat komunikasi nonelektrik tersebut mempunyai makna nan bhineka saat difungsukan. Contohnya, bedug. Bedug selain digunakan buat memanggil umat Muslim buat sholat juga dipakai buat memberikan pertanda adanya bala ataupun tanda akan ada pengumuman dari masjid nan memberitakan bahwa ada warga nan meninggal.
Bunyi bedug ini dapat berbeda-beda. Ada bunyi nan rancak tanda adanya pesta seperti nan terdengar ketika mengiringi takbiran. Ada bunyi nan senduh namun tegas ketika dibunyikan sebelum satu pengumuman. Ada juga bunyi nan menggetarkan jiw adan membuat takut ketika memberitahukan kalau terjadi musibah seperti kebakaran.
Selain alat-alat komunikasi nonelektrik tersebut di atas, pengunjung bisa menikmati alat-alat komunikasi elektrik zaman sebelum adanya internet. Misalnya, telegraph morse, sentral telepon manual lokal baterai, dan diorama pemancar radio perjuangan YBJ-6. Sangatlah sulit menemukan orang zaman digital sekarang ini menggunakan alat-alat tersebut lagi. Morse sendiri sebenarnya masih harus dipelajari sebab dapat bermanfaat satu ketika saat internet atau alat konumikasi lain tidak dapat diguankan.
Dalam satu film digambarkan bagaimana karakter dalam film itu menggunakan morse buat berkomunikasi dengan orang lain ketika ia terjebak di dalam goa nan dalam. Dari morse nan diberikannya, orang bisa mengetahui kalau ia selamat dan ada beberapa orang lain nan juga selamat. Morse ini dapat dilakukan dengan bunyi apapun. Morse juga dapat membuat anak-anak berlatih konsentrasi. Lambang bunyi Morse nan khas membuat anak harus dengan saksama mendengarkan bunyi tersebut agar paham maksudnya.
Bagi para orang tua, mengunjungi museum satu ini bagaikan bernostalgia ketika zaman semua serba terbatas. Ini dapat menjadi satu hiburan nan sangat menyenangkan. Anak-anak juga jadi memahami bahwa apa nan mereka miliki sekarang telah melalui satu rangkaian sejarah nan cukup panjang. Rangkaian peristiwa itulah nan akan membuat anak-anak menyadari bahwa dalam hayati ini ada satu masa ketika semua orang harus menyadari betapa beruntungnya dirinya dibandingkan dengan orang lain. Merasa meruntung ini akan mengungkapkan perasaan bersyukur nan mendalam.
Ruangan di Museum Telekomunikasi
Gedung nan bagian depannya terdapat Monumen Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada nan berdiri tegak sambil mengacungkan keris ini mempunyai beberapa ruangan. Bangunan induk buat ruang pameran dan pengelolaan serta ruang penerima tamu di bagian depan. Koleksi-koleksi Museum Teknologi sebagian besar ialah alat maupun informasi mengenai perkembangan pertelekomunikasian di Indonesia pada masa sebelum, masa perang, awal kemerdekaan, Orde Baru, dan masa depan telekomunikasi dunia, termasuk alat komunikasi dari masa ke masa. Tidaklah rugi pengunjung menyambangi loka nan juga dapat dipakai sebagai loka belajar yanga sangat representatif ini.
Tempat nan mudah dijangkau di kawasan wisata penuh dengan nilai-nilai pendidikan membuat mengunjugi museum satu ini ialah satu kewajiban. Rugi kalau melewatkan begitu saja apa-apa nan dapat dipelajari dari benda-benda nan ada di museum ini. Orang-orang nan telah mendedikasikan tenaga, pikiran, dana mereka demi terbentuknya museum ini sangat perlu diberikan penghargaan dengan cara meluangkan waktu sejenak mengamati apa saja nan ada di sini.
Fasilitas Lain
Demi menunjang wahana pembelajaran, pihak Museum Telekomunikasi menyediakan teater dengan koleksi film dokumenter perkembangan teknologi telekomunikasi dan film animasi Si Ponix, ruang elshop, ruang Info dan demo produk barang/ jasa telekomunikasi, ruang rapat, warung telekomunikasi, dan warung internet. Semua fasilitas tersebut ditata sedemikian rupa sehingga pengunjung tak harus berdesakan atau mengantre lama buat memanfaatkannya.
Untuk lebih memperkenalkan alat-alat komunikasi modern, museum ini memperagakan maket-maket dari berbagai jaringan telekomunikasi. Misalnya, maket jaringan telekomunikasi nasional dan maket SKGM, serta hambur tropos. Ada juga Paduan Solusi Pelayanan Teknologi Informasi (Pasopati) dan ISDN (Integrated System Digital Network).