Anak Laki-Laki Dan Perempuan Tidak Sama
Toilet training atau latihan buang air kecil atau besar di toilet merupakan sebuah proses belajar nan rumit. Mungkin kita melihat hal ini sebagai hal nan kecil, namun demikian seluruh prosesnya melibatkan tahap-tahap perkembangan fisik dan mental dari si kecil.
Dimulai dari sosialisasi tanda-tanda saat buang air kecil atau besar dan menahannya sampai ia tiba di toilet. Si kecil harus mengingat dimana toilet berada, kemudian membuka celananya sendiri, duduk di toilet buat buang air, sampai pada saat ia harus mencuci pantatnya, memakai lagi celananya dan mencuci tangannya.
Toilet Training
Butuh sebuah tekad nan sangat kuat dalam diri orang tua buat memulai memberikan toilet training atau latihan buang air di kamar mandi ini. sebab akan banyak sekali hal nan tidak menyenangkan atau justru merepotkan bagi orang tua nan balitanya sedang dalam masa latihan buat buang air di kamar mandi.
Kebanyakan orang tua sudah merasa nyaman dengan keadaan dari balita mereka, dalam hal ini berkaitan dengan masalah buang air. Karena mereka sudah sangat terbantu dengan keberadaan dari diapers. Dengan menggunakan diapers ini, balita tidak akan menimbulkan masalah nan besar ketika akan buang air besar dan keci. Cukup sudah tertampung di dalam diapers itu tanpa akan memberikan kerepotan kepada orang tua atau pengasuhnya.
Hal inilah nan akan membuat kebanyakan dari orang tua akan memikirkan dua kali buat memulai memberikan latihan buang air di kamar mandi bagi balita mereka. Rasa nyaman ini akan terusik dan digantikan dengan kerja keras.
Tak mudah memang buat memberikan pengertian kepada balita buat buang air di dalam kamar mandi. Terlebih ketika mereka juga merasa nyaman dengan diapers nan mereka gunakan. Maka akan berkurang rasa sensitif buat merasakan keinginan buang air di kamar mandi sebab mereka sudah merasa bukanlah hal nan tidak baik buat melakukannya di diapers mereka.
Inilah poin nan sangat krusial dalam melakukan latihan buang air ini yaitu menanamkan rasa sensitif pada diri balita sendiri mengenai bagaimana harusnya nan dilakukan ketika merasakan ingin buang air kecil atau besar.
Pada awalnya mungkin akan sedikit sulit buat melakukan hal ini. hal pertama nan harus dilakukan orang tua ialah mencopot atau tak memakaikan kembali diapers mereka. Balita cukup dipakaikan celana mereka tanpa diaper.
Kesulitan konkret akan menghadang. bahkan balita akan sering kebocoran buat buang air kecil dan besar tanpa mau mengatakan pada orang tua akan keinginannya buat melakukan hal ini. maka nan selanjutnya harus diberitahukan kepada anak ialah penanaman pemahaman apa itu buang air besar dan kecil dan di mana loka nan seharusnya balita tersebut melakukannya.
Secara konkret pada awalnya memang balita tidak akan langsung mengerti apa nan dijelaskan oleh orang tua mengenai hal buang air ini. mereka akan begitu nyaman buat buang air di sembarang loka tanpa berbicara kepada orang tua. Di sinilah letak kesulitan an kesusahan nan dirasakan.
Orang tua harus siap buat mengepel lantai nan kotor dan basah akan buang air si balita. Dan hal lain nan tidak kalah krusial dari sekedar mencucui celana basah balita ialah menjaga balita dari lantai nan basah. Karena lantai nan basah ini sangat rawan buat bisa menjatuhkan si balita sebab kelicinannya. Orang tua harus selalu mengingatkan balintanya akan lantai licin ini agar bisa mencegah balitanya buat jatuh.
Hal lain nan bisa dilakukan oleh orang tua buat menciptakan rasa sensitif pada diri balita ialah selalu mengajaknya buat buang air kecil di kamar mandi setiap beberapa waktu sekali. Misalnya pada setiap jamnya atau pada waktu bangun tidur di mana ialah Norma buat selalu buang air kecil setelah bangun tidur.
Lambat laun, balita akan merasakan rasa sensitif ini. kemudian akan mulai buat mengerti di mana seharusnya harus buang air besar dan kecil. Mungkin awalnya ialah buang air kecil dulu. Walaupun hal buat kebocoran bahwa anak akan lupa buat mengatakan atau terlambat mengatakan mengenai hal ini akan sangat wajar sekali terjadi.
Di dalam hal inilah sangat dibutuhkan kesabaran dari orang tua buat terus mengingatkan balita di mana seharusnya buat buang air keci yaitu di kamar mandi. Sehingga juga akan terbentuk frame berpikir balita bahwa kalau mau buang air kecil haruslah di kamar mandi.
Mereka kemudian juga akan belajar dan berlatih buat mengatakan keinginan mereka ini kepada orang tuanya. Seperti perkataan, “ Ibu mau pipis!”.. . dan hal ini jika sudah dikatakan oleh si anak maka akan menjaid suatu hal nan sangat menyenangkan bagi si orang tua. Seakan usaha keras nan sudah dijalankan terbayar dengan hasil nan manis.
Untuk menjaga hal ini, peran orang tua buat teguh dan memberikan proses nan berkesinambungan sangatlah diperlukan. Ketika balita sudah mulai nyaman dan dapat buat mengucapkan ingin buang air kecil di kamar mandi, orang tua mulai buat memakaikan diapers lagi sebab merasa bahwa kurang nyaman buat bolak balik kekamar mandi ketika di luar rumah. Hal ini hanya akan memberikan rasa bingung di dalam diri balita mengenai Norma buat buang air ini.
Anak Laki-Laki Dan Perempuan Tidak Sama
Penelitian menunjukkan bahwa ada disparitas mengenai kemajuan anak laki-laki dan perempuan dalam toilet training. Anak laki-laki cenderung lebih lambat dalam dominasi kontrol terhadap kandung kemihnya dibanding anak perempuan.
Hal ini disebabkan sebab sistem saraf anak laki-laki berkembang lebih lama. Anak perempuan bisa menguasai keinginan buang airnya pada usia 18 bulan, sedangkan anak laki-laki pada 22 bulan.
Anak Siap Melakukan Latihan Toilet
Untuk mengenali tanda-tanda anak siap melakukan tolet training , orang tua harus peka. Tanda nan paling mudah dibaca ialah ketika anak mulai menolak memakai popoknya. Ketika anak mulai menunjukkan eksistensi dirinya dengan ingin mengerjakan segala sesuatu sendiri ialah tanda nan lainnya.
Namun demikian sejatinya, setiap anak akan menunjukkan isyarat nan beragam. Secara umum, tanda-tanda itu adalah:
- Ketika anak sudah memiliki waktu buang air nan teratur.
- Berkembang secara fisik. Sudah bisa berjalan dan duduk sendiri di toilet.
- Popoknya semakin sporadis basah.
- Dapat mengatakan bahwa ia ingin buang air.
- Bereaksi bila popok atau celananya basah.
Penggunaan Toilet Mini
Berbagai macam toilet mini dijual di pasaran. Bentuknya pun beragam, mulai dari nan sederhana hingga nan memiliki bunyi-bunyian dan lampu-lampu.
Pilihan toilet mini nan sederhana cukup murah, menyenangkan dan fungsional. Bentuknya rendah sehingga mudah diduduki anak. Kekurangan dari toilet mini bentuk ini ialah mudah tumpah ketika anak menumpahkan sendiri kotoran di dalamnya langsung ke toilet.
Langsung ke Toilet
Banyak keluarga memilih buat langsung melatih anaknya buang air di toilet nan sebenarnya. Cara ini lebih praktis sebab tak perlu melibatkan toilet mini dalam proses latihan. Orang tua tak perlu melakukan latihan buat berpindah dari toilet mini ke toilet nan sebenarnya.
Biayanya juga lebih murah sebab toilet sudah niscaya ada di rumah, dan bagi anak-anak mereka biasanya lebih bahagia sebab merasa sama seperti orang tuanya ketika buang air di toilet. Tips buat mengenalkan toilet adalah:
- Tunjukkan caranya pada anak. Orang tua bisa mengajak anak ke toilet saat mereka menggunakannya.
- Sesuaikan toilet, berikan dudukan toilet nan sinkron dengan ukuran tubuh anak. Dudukan ini banyak dijual di pasaran.
- Sediakan anak tangga buat memudahkan anak duduk sendiri di toilet.
- Jaga selalu kebersihan toilet karena anak mungkin akan berpegangan buat menjaga keseimbangannya di toilet. Biasakan anak buat mencuci tangan setalah buang air.
- Jangan memaksa anak.
Demikian beberapa tips seputar bagaimana buat mengajarkan di mana loka yangs eharusnya dituju ketika ingin buat buang air besar dan kecil kepada balita kita. Inti dari keberhasilan toilet training ialah proses pembelajaran nan mengikuti termin perkembangan anak. Pada saat nan tepat, proses latihan ini akan menunjukkan hasil nan baik, selama orang tua mendampingi latihan ini dengan penuh cinta. Serta usaha orang tua nan penuh dengan kesabaran dan cinta kasih.