Manfaat Tawakal Mendatangkan Kecukupan dari-Nya
Kita sudah berusaha, sekarang kita hanya tinggal bertawakal kepada Allah SWT. Kalimat tersebut mungkin sering kita dengar atau bahkan kita ucapkan ketika kita telah bersusah payah melakukan suatu pekerjaan atau tengah mengalami suatu musibah. Apa sebenarnyatawakal, lalu mengapa manusia diperintahkan buat bertawakal? Apakah kegunaan dari tawakal sendiri bagi kehidupan manusia?
Makna Tawakal
Tawakal berasal dari bahasa arab yaitu tawakkul yang berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT atas semua hal nan menimpa kita. Sedangkan Imam Al Ghazali mendefinisikan bahwa tawakal adalah menyandarkan diri kepada Allah SWT tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bala disertai jiwa nan tenang dan hati nan tenteram.
Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menjelaskan hadis no. 49. Klarifikasi tersebut mengatakan bahwa, “Tawakal ialah benarnya penyandaran hati pada Allah ‘azza wa jalla buat meraih berbagai kemaslahatan, menghilangkan bahaya baik dalam urusan global maupun akhirat. Tawakal ialah menyerahkan semua urusan kepada-Nya serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa tak ada nan memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan kegunaan kecuali Allah semata.”
Tawakal sendiri merupakan sikap mental nan diperintahkan oleh Allah SWT. Hal itu termaktub dalam kalamNya : ” Wa tawakkal ‘Alallahi wakafaa billahi wakilla ” (QS. Al-Imran: 3). Arti dari surat Al-Imran itu adalah: Dan bertawakallah kepada Allah dan cukup Allah sebagai pemelihara segala urusan.
Dalam firman lain disebutkan; “Dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al- Anfal :61). Maka sebagai umat Islam tentu saja kita diharuskan buat berserah diri dan menaruh keyakinan sepenuhnya kepada Allah SWT. Semua hal nan menimpa kita, baik itu kegembiraan maupun kesedihan harus sepenuhnya kita yakini itu sebagai takdir paling baik nan telah Allah berikan kepada kita.
Lantas apakah ketika kita mengalami musibah atau kesusahan dalam suatu urusan kita mesti pasrah? Kita tak berikhtiar buat mengubah keadaan tersebut? Apakah tawakal berarti pasrah berdiam diri menunggu datangnya takdir Allah?
Tawakal Bukan Berarti Pasrah
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Nabi SAW melihat seorang sahabat nan pergi melakukan suatu urusan dan membiarkan untanya di bawah pohon tanpa mengikatnya. Kemudian Nabi bertanya padanya atas tindakanya tersebut. Sahabat tersebut menjawab; "Saya telah benar-benar bertawakal kepada Allah".Nabi tak menyetujui tindakannya tersebut dan berkata; ” Ikatlah untamu dan bertawakallah ” ( R. Ibnu Hibban ).
Dari cerita di atas bisa kita ketahui bahwa tawakal nan diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Nabi SAW bukanlah tawakal nan pasrah tanpa ada usaha atau ikhtiar. Rasulullah bersabda, “Andaikan kalian tawakal kepada Allah dengan sebenarnya pasti Allah akan memberi rizki kepada kalian seperti memberi rizki kepada burung. Mereka pergi pagi dengan perut kosong dan pulang sore dengan perut kenyang”. (Shahih, Tirmidzi 2344 dan berkata,hadist hasan shahih, Ibnu Majah 4164, Ahmad, dishahihkan al Akbani).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa tawakal nan sebenarnya ialah tawakal seperti apa nan diumpamakan pada burung nan mencari makan. Burung tak pasrah menunggu makanan turun dari langit. Tetapi burung berusaha pergi mencari rezeki.
Perut mereka nan kosong tak terisi hanya dengan melakukan sikap pasrah nan berdiam diri. Tawakal mereka ialah dengan bergegas menjemput rezeki hingga mereka pulang dengan perut kenyang pada sore harinya. Jadi tawakal bukanlah pasrah, melainkan sikap menyandarkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT setelah kita sekuat tenaga melakukan ikhtiar yaitu melakukan semua daya upaya terbaik buat menghadapi persoalan nan diberikan kepada kita.
Manfaat Tawakal Mendatangkan Kecukupan dari-Nya
Bertawakal tatkala menghadapi ujian nan sama sekali tak kita harapkan mungkin akan terasa sangat berat. Manusia terkadang lemah dan menganggap bahwa Allah tak adil atas semua cobaan nan ditimpakan pada hayati kita. Kadang kita tak menemukan titik cerah apa sebenarnya hikmah dari cobaan nan menimpa kita.
Bertawakal kadang kita anggap tak memberi kegunaan apa-apa pada diri kita. Padahal Allah sendiri telah menjanjikan suatu kebaikan atas sikap tawakal nan kita pilih seperti nan disebutkan dalam firmanNya; “Barangsiapa nan bertakwa kepada Allah pasti Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah nan tak disangka-sangka. Dan barangsiapa nan bertawakal kepada Allah pasti Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya. ” (QS. Ath-Thalaaq: 2-3)
Dari firman tersebut jelaslah bahwa tak ada nan sia-sia dari usaha kita bertawakal sepenuhnya kepada Allah SWT. Bahkan Allah menjanjikan akan mencukupkan segala keperluan kita apabila kita memilih jalan buat senantiasa bertawakal. Karena itu sudah sepantasnya kita meyakini bahwa semua urusan kita baik, entah itu nan berupa nikmat maupun musibah.
Dalam tawakal ada syukur dan sabar. Keduanya merupakan sifat nan mulia nan disukai oleh Allah SWT. Rasullullah bersabda; “Sangat menakjubkan perkara seorang muslim. Semua perkaranya ialah baik. Tidaklah hal itu dimiliki kecuali bagi orang mukmin. Yaitu jika ia menerima nikmat dia bersyukur ini baik untuknya dan jika tertimpa musibah ia bersabar dan ini juga baik baginya”. ( HR. Muslim ).
Tawakal Menjadikan Hati Tenang
Jika kita bertawakal tentu saja kita akan siap ketika Allah menimpakan suatu musibah kepada diri kita. Kepasrahan dibalut dengan keyakinan bahwa Allah niscaya telah mempersiapkan kebaikan dibalik kesusahan akan membuat hati kita tenang. Lain hal nya jika kita berputus harapan dari rahmat Allah, semua musibah nan menimpa kita akan dirasa sebagai ujian nan sangat berat.
Hati selalu gelisah dan tak tenang. Allah dianggap telah berpaling dan melupakan kita. Padahal selalu ada kemudahan nan Allah sertakan ketika kita diuji dengan kesulitan.“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan. “ (QS Al-Insyirah : 5- 6)
Tawakalnya Nabi Muhammad SAW
Nabi SAW sebagai suri tauladan primer tentu sudah sepantasnya kta jadikan panutan. Beliau menjadi contoh primer dan pertama ketika melakukan suatu perbuatan. Epilog para Nabi ini tentu telah memberi banyak teladan ketika masih hidup.
Beliau senantiasa bertawakal kepada Allah SWT. Tentu bukan tawakal nan pasrah dan berdiam diri. Beliau tawakal nan diiringi oleh do’a dan ikhtiar.
Kita bisa melihat bagaimana beliau berdagang buat mencari sesuap rezeki. Beliau tak pernah pasrah berpangku tangan menunggu datangnya makanan dari langit. Beliau tak menunggu belas kasihan para sahabat. Bahkan beliaulah orang nan paling banyak bersedekah.
Ketika Allah memberi beliau cobaan dengan kekurangan makanan, beliau tak pernah mengeluh dan menerima semua itu dengan ikhlas sambil tetap berihtiar. Saat beliau harus berperang menghadapi kaum kafir, Nabi menjadikan tawakal sebagai tameng utamanya. Nabi tetap berusaha menyiapkan taktik perang terbaik. Semua tetap dipersiapkan dengan maksimal, dan Nabi menyertakan Allah SWT dengan senantiasa berdoa.
Penutup
Tawakal ialah sikap hayati nan sepantasnya dilakukan seorang mukmin. Kita wajib berpegang teguh pada keyakinan bahwa Allah memiliki kekuasaan nan tak terbatas. Bahwa semua ujian nan menimpa kita niscaya Allah siapkan jalan keluar-Nya asalkan kita sepenuhnya menyandarkan diri kita pada pertolongan-Nya.
Kasih sayang Allah meliputi langit dan bumi. Tidak ada nan tak mungkin jika Allah berkehendak. Sekarang kita sebagai manusia hanya tinggal melakukan perintahnya yaitu dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya.Tawakaldengan diiringi doa dan ikhtiar nan maksimal.