Makam Raja Sidabutar di Tomok
Samosir Nan Indah
Yang belum pernah menjenguk Danau terbesar di Indonesia ini mungkin hanya dapat membayangkan betapa latif dan sejuknya hawa dekat danau Toba ini. Sedangkan nan pernah mendatanginya, tentunya ingin lagi pergi ke sana dan berlayar di tengah danau nan luas. Makan di tepi danau Toba niscaya ialah salah satu aktivitas nan sangat menyenangkan. Kalau tak jauh dan hanya sepenggelan, maka makan di tepi danau satu ini niscaya akan menjadi satu Norma nan tidak akan pernah dilewatkan.
Keindahan danau Toba dengan Pulau Samosir di tengahnya ialah anugerah nan tidak terhingga dari Tuhan kepada mahluknya. Orang-orang nan tinggal di dekat danau ini harus bersyukur dan harus menjaga kealamian danau satu ini. Bening airnya ialah mata air kehidupan nan harus dijaga. Memang ada legenda nan hayati di tengah masyarakat bahwa danau ini tercipta sebab kemarahan seekor ikan nan menjelma menjadi manusia.
Sebenarnya, legenda itu buat memberikan pelajaran bahwa kalau mengkhianati janji, akibatnya dapat sangat fatal. Sedangkan danu Toba sendiri terbentuk sebab letusan gunung api. Ada banyak bukti bahwa dahulunya ada gunung barah sangat aktif di sekitar danau Toba. Kejadian ini memang dapat buktikan secara ilmiah. Orang Toba sendiri ada nan lebih percaya pada legenda tetapi banyak juga nan percaya dengan keilmiahan asal mula danau cantik ini.
Danau Toba ialah magnet wisata provinsi Sumatera Utara. Keindahannya telah tersebar hingga ke seluruh dunia. Estetika inilah nan membuat arus wisatawan begitu banyak datang ke wilayah nan luar biasa latif ini. Walaupun memakan waktu sekira 3-4 jam kalau ditempu dengan sepeda motor, para pelancong itu selah tak terlalu peduli sebab pemandangan ke arah danau ini juga memberikan pesona tersendiri. Inilah salah satu loka nan paling diminati. Ada perasaan rugi telah berkunjung ke Medan, tetapi tak pergi ke danau Toba.
Angkutan transportasi cukup banyak sehingga kalau dikatakan sulit, niscaya tak ada kesulitan mencapai loka wisata satu ini. Makanan dan penginapan pun ada mulai dari harga nan cukup terjangkau hingga kelas hotel berbintang. Aktivitas di dekat danau juga berlimpah. Intinya tak akan merasa bosan kalau sudah datang ke danau air tawar satu ini. Yang harus disiapkan ialah mental nan andal memhami bahwa Tuhan begitu sayang kepada manusia. Mental nan andal ini akan menghalangi diri merusak alam nan begitu latif itu.
Kota Parapat
Biasanya, ketika pengunjung pergi ke loka wisata di danau Toba atau sekitarnya, maka akan singgah di kota Parapat. Di Parapat banyak tersedia hotel nan berdiri di pinggir Danau Toba, sehingga kita bisa menikmati estetika danau Toba dari ventilasi hotel. Akses menuju pulau Samosir sangat mudah sebab tersedia kapal, ferry, atau sejenisnya nan siap buat mengangkut. Bagi nan takut air atau mabuk kalau naik kapal, mungkin tak akan merasakan hal itu sebab estetika danau Toba mengusir semua rasa mual tersebut.
Parapat ialah kota nan cukup menyenangkan. Pemandangan danau Toba mempercantik kota ini. Hawanya nan sejuk menambah kenyamanan. Parapat terkenal dengan mangga udang. Mangga udang ini kulitnya berwarna kuning, dan rasanya manis. Orang Parapat biasa mengudap mangga ini sambil ber-JJS. Mereka makan mangga ini tanpa perlu mengupasnya dengan pisau. Caranya ialah pergunakan gigi Anda dengan baik dan sahih buat menikmati kesegaran mangga ini.
Mangga ini ialah salah satu buah nan akan membuat pengunjung kembali dan kembali lagi ke daerah danau Toba. Tidak hanya mangga udang, ada banyak jenis buah dan makanan nan akan membuat liburan begitu berkesan. Inilah salah satu hal nan akan memanjakan manusia-manusia haus estetika alam. Jaga jangan sampai tubuh menjadi lebih tambun. Makanan di daerah ini sangat menggoda. Lebih baik mencicip sedikit dan menahan nafsu kalau tak mau kembali dengan berat badan berlebih.
Bagi Anda nan tak terlalu menyukai makanan bersantan dan sedikit merasa ‘tersiksa’ dengan keterbatasan menu halal di daerah ini. Dapat menyiasatinya dengan banyak makan buah-buahan nan dijual murah di sepanjang jalan seperti mangga dan rambutan.
Budaya Batu Kursi Raja Siallagan
Ada beberapa tujuan wisata di Pulau Samosir nan terkenal. Kita bisa menikmati wisata alam dan wisata budaya sekaligus. Bertolak dari Parapat, Kapal Feri akan merapat di Pelabuhan Wisata Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir. Lalu dengan berjalan kaki kita bisa menuju Objek Wisata Budaya Batu Kursi Raja Siallagan. Batu kursi ini ialah lokasi persidangan buat orang nan melakukan kejahatan. Batu-batu nan disusun melingkar dengan meja di tengahnya ini tak boleh diduduki.
Di depan rumah Siallagan, terdapat loka pemasungan. Di dalamnya terdapat boneka patung sebagai ilustrasi bagaimana pemasungan ini dilakukan. Pintu rumah-rumah adat Batak ini dibuat setengah tinggi badan manusia. Maksudnya agar orang nan masuk membungkukkan badannya sebagai tanda penghormatan pada tuan rumah. Suasana di sekitar sini terasa berbeda, ada sedikit aroma misterius.
Fakta Sejarah Ambarita: Kanibalisme
Setelah menikmati pesona mistis Budaya Batu Kursi Raja Siallagan, kita bisa berjalan kaki lagi buat mengetahui fakta sejarah Ambarita nan mengerikan: Kanibalisme terhadap tawanan perang. Dahulu, penduduk sering berperang. Dengan hitungan kalender Batak, raja menentukan hari buat persidangan tawanan di tengah desa, dimana sebuah pohon Hari-hara atau pohon hari ketujuh tumbuh, dengan beberapa kursi batu di sekelilingnya. Kursi di bagian tengah ialah loka duduk raja nan berperan sebagai hakim.
Jika Anda memakai jasa biro perjalanan ke loka wisata Danau Toba, biasanya pemandu tur akan memeragakan proses sanksi wafat dengan salah satu peserta tur berperan sebagai terhukum. Pertama, terhukum akan diikat tangannya dan ditutup matanya. Lalu tahanan nan akan menjalani eksekusi tersebut harus dipastikan lepas dari segala kesaktian ilmu sihir.
Untuk melumpuhkannya, Raja akan membacakan mantra-mantra sihir. Jadi, ilmu sihir dikalahkan dengan sihir nan lebih kuat pula dengan menggunakan mantra dan Tongkat Raja Batak. Untuk meyakinkan bahwa terhukum sudah tak sakti lagi, maka lengannya disayat pisau dan kemudian ditetesi air jeruk nipis. Kalau dia menjerit, berarti kesaktiannya sudah luntur dan dia siap menjalani eksekusi.
Setelah itu, terhukum akan dibaringkan di batu, dan dada sampai perutnya dibelah dengan pedang. Kemudian, seluruh isi perutnya dikeluarkan. Setelah dipotong – pangkas dagingnya, kemudian dibagikan pada seluruh warga nan menonton buat dimakan. Setelah organ dalamnya bersih, maka saatnya memotong kepala, agar konfiden bahwa terhukum benar-benar mati.
Darah dari kepala ini ialah jatah buat raja supaya kesaktiannya semakin bertambah. Syukurlah, pada tahun 1860 ritual kanibalisme ini berakhir dengan kedatangan misionaris nan sukses mengubah masyarakat Batak, termasuk di Ambarita menjadi penganut Kristen.
Makam Raja Sidabutar di Tomok
Objek lain nan dapat didatangi ialah Makam Raja Sidabutar di Tomok. Di gapura, terdapat ukiran cicak dan empat payudara. Cicak melambangkan persahabatan dan sebagai penolak kesialan, sedangkan payudara melambangkan kesuburan dan mengingatkan para kaum ibu buat mengutamakan memberikan ASI pada bayinya.
Kok payudaranya berjumlah empat? Iya, sepasang payudara ialah simbol ibu, dan sepasang lainnya ialah simbol istri. Jadi, simbol cicak menghadap ke payudara berarti kemanapun orang Batak pergi merantau harus ingat pada ibu dan istrinya. Simbol-simbol dan ukiran dicat dengan tiga warna, yaitu rona putih, merah, dan hitam.
Putih berarti global atas, yaitu global dewa – dewa. Rona merah berarti global tengah, yaitu global loka kita hidup. Rona hitam artinya global gelap atau global kematian. Legenda nan menarik nan berasal dari Tomok ini ialah legenda kasih tidak sampai Raja Opu Naibatu Sidabutar dengan Anting Malela Boru Sinaga.
Nah, sudah siap bersenang ke loka wisata Danau Toba?