Beberapa nan pandals terkenal
Siapa pun niscaya kenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Oleh karena itu, lambang ITB nan berbentuk hewan mirip gajah tentunya sudah akrab dilihat.
Itulah Ganesha, patung antik simbol dari ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dewa Kebijaksanaan Berkepala gajah, berlengan empat, dan berbadan gemuk, ialah wujud Ganesha nan biasa dilukis atau dibuatkan patungnya. Boleh dibilang, dari “seabrek” dewa-dewa umat Hindu,
Ganesha merupakan dewa nan paling banyak dipuja (populer). Tentu saja hal ini beralasan. Ganesha tidak hanya dianggap sebagai pemberi kesadaran kepada umat manusia melalui kebijaksanaannya, tetapi ditasbihkan sebagai Dewa Pelindung atau Penolak Bala.
Berbeda dengan Dewa Siwa atau Dewi Durga nan disembah sebab takut akan amarah dewa dan dewi tersebut, Ganesha dipuja karena ia memang dewa nan “ramah” dan “bersahabat” kepada manusia. Bagi pemeluk Hindu di Nepal, Tibet, dan Asia Tenggara, lukisan dan patung Ganesha paling banyak terdapat di kuil-kuil. Beberapa kitab utama, seperti Ganesapurana , Mudgalapurana , dan Ganapati Atharwashirsa , didedikasikan untuknya.
Sebagai anak dari Dewa Siwa dengan Dewi Parwati, Ganesha dihormati dan dipuja saat upacara kerohanian, persembahyangan, maupun kegiatan sehari-hari. Misalnya, memulai bisnis baru atau perniagaan nan diharapkan akan mendatangkan laba berlimpah ruah. Bahkan, dalam seni dan budaya pun, keberadaan dewa bertangan empat ini jadi acuan primer para artis dalam berkarya. Contohnya, di India Selatan, para penari atau musisi tidak pernah lupa memuja Ganesha sebelum mereka menari atau menyanyi.
Dengan demikian, jelaslah jika Ganesha ialah dewa nan hayati dalam sanubari setiap pemeluk agama Hindu. Tak peduli kasta ataupun sekte. Ganesha dapat dikatakan memainkan peran sebagai Dewa “Perekat” bagi umat Hindu nan terkadang terpecah oleh disparitas kasta atau sekte. Ganesha-Athena-Minerus-Seshat
Jika Ganesha ialah Dewa Pengetahuan umat atau bangsa Hindu, beberapa peradaban antik lain pun memiliki dewa atau dewi serupa. Tentu dengan nama dan ciri berbeda, namun tetap bersimbol sama, yaitu dewa atau dewi pengetahuan dan kebijaksanaan.
Sebut saja, Dewi Athena bagi peradaban Yunani, Minerus buat peradaban Romawi, dan Seshat nan merupakan Dewi Kebijaksanaan masyarakat Egypt (Mesir kuno). Dewa dan dewi ini biasa dijumpai dalam bentuk patung-patung antik nan dipersembahkan buat mereka.
Benang merah keberadaan dewa dan dewi ini kiranya tidak sekadar “memuaskan” insting keberagamaan suatu masyarakat. Namun, ia merupakan dorongan dasar setiap manusia buat mencintai ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Dorongan nan termanifes (tampak dalam perilaku) pada bentuk dewa dan dewi nan “dipuja”. Benarkah seperti itu? Sebagian pakar sejarah dan psikologi meyakini kebenaran anggapan ini.
Ulang Tahun Ganesha
Ganesha Chaturthi ialah ulang tahun Dewa Ganesha. Sinkron kalender Hindu, dirayakan pada "shukla Chaturthi" (4 hari dari dua minggu nan cerah) di bulan Bhadrapada. Biasanya, hari ini terjadi kira-kira antara 20 Agustus dan 15 September. Festival ini berlangsung selama 10 hari dan memuncak pada Chaturdashi Ananta.
Ini ialah festival nan sangat populer diamati oleh umat Hindu di seluruh dunia. Hal ini juga disebut "Winayaka Chaturthi" atau "Winayaka Chawithi". Dewa Ganesha atau gajah-dewa berkepala ialah Dewa kekuatan dan kebijaksanaan.
Dia ialah nan pertama buat disembah selama doa apapun dan nama nya syahdan membawa berkah saat diucapkan sebelum setiap pekerjaan dimulai.
Sesekali Parwati, pendamping Dewa Siwa, sedang mandi, dia menciptakan sosok manusia, memberikan hayati dan diminta buat menjaga pintu sampai dia selesai mandi nya. Kebetulan Dewa Siwa telah menyelesaikan rentang panjang meditasi di Gunung Kailash dan diinginkan buat memenuhi Parwati.
Namun, ia dihentikan oleh manusia diciptakan oleh Parwati di pintu. Dewa Siwa itu marah dan dipotong kepala manusia. Kemudian, ia menemukan bahwa manusia ialah putra Parwati.
Untuk menenangkan Parwati, Dewa Siwa memerintahkan pembantunya nan bernama "ganas" buat mendapatkan kepala makhluk hayati pertama nan dapat mereka temukan. Oleh sebab itu, mereka membawa kepala gajah. Dewa Shiwa menempatkannya pada tubuh anak Parwati dan membawanya kembali ke kehidupan.
Perayaan Publik Ganesha Chaturthi
Puja Ganesha ialah tradisi di negara bagian Maharashtra sejak zaman kuno. Namun, di Lokmanya Bal Gangadhar Tilak nan memulai praktek seremoni publik. Itu pada tahun 1894, bahwa ia menempatkan idola Dewa dalam Winchurkar Wada di Maharashtra dan memulai praktek ini.
Pada saat ini, kondisi sosial orang Hindu cukup stabil. Mereka tak mempraktekkan agama, mereka indiviudalistis dan tak bersatu. Ketika muncul supremasi Inggris mereka pun terusik. Dalam keadaan seperti itu, Tilak mulai membuat seremoni Ganesha Chaturthi dengan tujuan sebagai berikut:
- untuk menciptakan pencerahan tentang agama Hindu
- untuk menghapuskan perasaan permusuhan antara orang-orang
- untuk menghidupkan kembali Norma agama nan baik
- untuk meningkatkan pencerahan akan kehebatan tersembunyi di antara Hindu
- untuk membuat orang menyadari hak dan kewajiban mereka
- untuk memulai perang kudus nan krusial pada titik waktu melawan Inggris
Beberapa nan pandals terkenal
Pandal dari Ganesha Chaturthi dihiasi hiasan dari Maharashtra, Karnataka, Andhra Pradesh dan Gujarat sebab awal kisahnya ialah bagian dari bekas kerajaan Maratha. Namun demikian, seremoni ini tak juga diadakan di bagian lain dari India dan bahkan juga di luar India semisal Indonesia. Di kota Pune, ada lima pandals disebut "Kasba Ganapati". "Tambadi Jogeshwari", "Guruji Talim", "Tulsibaug Ganapati" dan "Kesariwada Ganapati".
Perayaan Ganesha Chaturthi
Sekitar beberapa bulan sebelum festival ini, dimodelkan Pandal atau tiruan dari patung kuno Ganesha nan tengah disiapkan. Ini berukuran 3/4th dari satu inci atau lebih dari 25 meter. Setiap wilayah membuat pandal masing masing. Untuk membuatnya, hasil dari sumbangan sukarela nan diperoleh dari anggota desa. Setiap pandal memiliki imam penjaga.
Tepat sebelum Ganesha Chaturthi, patung Dewa Ganesha nan dibeli dan dibawa ke tengah-tengah kemeriahan para pandal dan pesta pora. Pada hari pertama festival ini, imam, berbaju merah dhoti, melakukan "prana-Pratishtha".
Ini berarti upacra menanamkan kehidupan ke dalam patung. Kemudian, "shhodashopachara" atau 16 cara menawarkan upeti. 21 "modakas" (persiapan tepung beras), 21 "durwas" dari bunga-bunga merah, kelapa ditawarkan. Di dahi idola Dewa Ganesha, "rakta chandan" salep pewarna merah dioleskan. Selama upacara keseluruhan, shlokas (nyanyian hymne) dari Rig Weda, Ganapati Atharwa Shirsha, Upanishad dan Ganesha Stotra dari Purana Narada nan dinyanyikan. Makanan (tidak mengandung bawang dan bawang putih) dimasak buat ikut merayakannya.
Ganesha Chaturthi digerus Modernisasi
Sebelumnya, patung-patung seremoni nya lewat jalan pembuatan patung nan terbuat dari "shaadu mati" atau bumi / tanah liat alami dan tak menimbulkan kritik apapun.
Namun, dengan pergerseran waktu bahan modern mengganti shaadu wafat sebab lebih mudah buat dibentuk, ringan dan murah. Misalkan dengan menggunakan plester dari bahan Paris.
Selain itu, dipakaikan cat kimia nan digunakan buat meningkatkan tampilan keindahan dari patung-patung tersebut. Cat ini mengandung merkuri dan kadmium. Pada hari perendaman, ribuan patung-patung nan terendam dalam air. Hal ini menyebabkan kenaikan keasaman dan kandungan logam berat dari air sungai. Akibatnya, beberapa ikan binasa dalam badan air.
Modernisme nan dipakai buat seremoni patung antik Ganesha di India memberi pelajaran krusial dan membahayakan dan seharusnya diganti dengan bahan di masa lalu nan masih ramah alam.