Tentang Seni Musik: Sejarah Musik
Berbicara tentang seni musik tak akan ada habisnya layaknya berbicara cinta. Musik menjadi begitu menawan sebab memiliki jiwa di dalamnya. Banyak karya musik nan lahir di zaman dulu, namun tidak lekang dimakan usia. Semua itu tumbuh dan dibentuk atas dasar spiritual. Kaum kritikus menganggap bahwa semua itu sebuah ruh dalam seni musik. Tengoklah beberapa karya besar nan diciptakan oleh Beethoven, Mozart, Vivaldi, atau musisi lain zaman dahulu.
Walaupun mereka bergerak di genre musik nan berbeda, semua menunjukkan arah nan sama; menciptakan suatu harmoni global dengan nada-nada indah. Tidak kepalang tanggung, jika kita ingin menikmati kembali karya-karya mereka, baik dalam bentuk konser, drama musikalisasi, maupun pementasan lainnya, tak sedikit uang nan harus dikeluarkan. Harga tiketnya pun dapat mencapai jutaan rupiah.
Musik pada dasarnya ialah sebentuk seni nan memanfaatkan suara dan keheningan sebagai medianya. Elemen-elemen seni musik nan lazim ialah titinada nan mengatur melodi dan harmoni, ritme nan berhubungan dengan tempo dan artikulasi, dinamika, tekstur, dan rona nada. Kata 'musik' sendiri berasal dari bahasa Yunani mousike .
Proses penciptaan, pertunjukan, dan makna seni musik bhineka di setiap budaya. Yang pasti, hampir setiap budaya di bumi memiliki budaya bermusik dan mengenal musik serta alat-alatnya. Seni musik merentang dari gubahan teratur hingga berbagai bentuk improvisasi.
Tentang Seni Musik dan Ruhnya
Kosakata ini memang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, kata ini lebih dekat dimaknai dengan kehidupan orang beragama. Namun, pada dasarnya, rasa akan suatu ruh antara orang nan berada dalam lingkup agama barangkali tak begitu jauh dengan rasa ruh dari bidang lain. Intinya ialah bagaimana seseorang membangun spirit dan menumbuhkan kualitas jiwa mereka.
Musik berkualitas ialah musik nan memiliki jiwa. Begitu ungkapan nan sering kita dengar dari pengamat musik selama ini. Lalu, musik apa nan sebenarnya memiliki jiwa atau ruh di dalamnya? Bagaimana pula cara menghasilkannya? Ada film menarik nan dapat Anda tonton jika ingin mengetahui bagaimana seorang musisi membuat musik dengan penuh perbedaan makna spiritiual. Copying Bethoveen judul film nan dimaksud.
Film itu sebenarnya berfokus pada seorang gadis nan dengan setia mendampingi Beethoven semasa hidupnya. Ia hanya memiliki satu tugas, mencatat seluruh komposisi musik nan dibuat Beethoven. Awalnya, ia merasa sangat canggung sebab harus bekerja dengan seorang musisi besar. Namun, di kemudian hari, ia menyadari bahwa bosnya itu memiliki kemampuan luar bisa. Itu pula nan membuat si perempuan tetap betah walaupun kadang sikap Beethoven sangat keras.
Suatu hari, ketika pendengaran Beethoven mulai terganggu, ia merasakan suatu keajaiban nan luar biasa. Si bos tidur terbaring di atas kasurnya, lalu ia disuruh mencatat semua nan keluar dari mulutnya. Beethoven terus berbicara mengenai alam, keindahan, dan harmoni. Kadang dengan nada sinis, jengkel, dan sesekali menangis.
Ia sebenarnya sedang mengajarkan kepada perempuan tersebut bagaimana membuat sebuah komposisi musik nan penuh dengan kekuatan jiwa. Walaupun cukup pusing, perempuan itu tetap berusaha memahami bagaimana Beethoven membuat sebuah musik dengan ruhnya. Keindahan, kesucian, dan kejujuran, itulah nan diajarkan Beethoven kepada perempuan tersebut.
Tentang Seni Musik dan Visi Manusia
Sulit memang ketika kita mau mengetahui apakah sebuah karya seni musik memiliki ruh atau tidak. Tidak hanya sebab kita bukan seorang kritikus musik atau pengamat musik, tetapi sebab kesenangan kita terhadap jenis musik pun berbeda-beda. Namun, sudah bisa dipastikan bahwa sebuah musik nan memiliki ruh biasanya selalu menampilkan visi manusia maupun visi sebuah dunia.
Visi tersebut ialah bentuk-bentuk universal nan dirasakan oleh manusia, seperti halnya kejujuran, kedamaian, keindahan, atau segala bentuk hal nan bisa membangkitkan spiritualitas kita. Begitu pula dengan visi dunia. Biasanya, ia menunjukkan keinginan nan dalam terhadap terciptanya perdamaian, ketenangan, dan keharmonisan. Mungkin Anda selalu terkagum dengan musik-musik "jadul", namun tetap enak didengar dan tak membosankan. Entah musik itu pernah menjadi hits di zamannya maupun mewakili spiritualitas Anda. Yang jelas, musik akan menjadi lebih hayati jika memiliki ruh nan kuat.
Tentang Seni Musik: Sejarah Musik
Seni musik sebagai bagian dari kebudayaan umat manusia sudah dikenal sejak dahulu. Di beberapa tempat, seni musik merupakan bagian dari ritual upacara-upacara keagamaan, bukan sekadar seni murni nan diciptakan sebagai bentuk kreativitas. Pada masa prasejarah, musik pun sudah ada. Ini dibuktikan dari bukti-bukti arkeologis nan ditemukan. Seruling ialah salah satu alat musik nan paling lazim ditemukan, terbuat dari tulang nan dilubangi sehingga menghasilkan bunyi unik dan menarik. Salah satu seruling tertua di global diperkirakan berumur 40.000 tahun.
Selain seruling, alat musik bersenar juga cukup banyak ditemukan, terutama di kawasan sekitar Sungai Indus. India memiliki seni musik tertua di dunia, hal ini diketahui dari kitab-kitab tua tentang musik nan ditinggalkan. Sementara itu seni musik juga berkembang di Cina, sejak sekitar tahun 7000 sampai 6600 Sebelum Masehi.
Masyarakat Mesir Antik juga telah mengenal seni musik. Musik dipersembahkan buat salah satu dewa mereka, yakni Thoth. Bukti-bukti tentang seni musik dan perkembangannya di Mesir menunjukkan bahwa masyarakat Mesir telah mengenal musik jauh sebelum Mesir berkembang menjadi wilayah kerajaan. Alat-alat musik nan ditemukan mencakup harpa, seruling, terompet, alat-alat musik perkusi, kecapi, dan lira.
Tentang Seni Musik: Terapi Musik
Ada informasi lain tentang seni musik. Selain memanjakan telinga, musik juga dapat digunakan dalam proses terapi. Terapi musik ialah sebuah proses interpersonal di mana terapis memanfaatkan musik dan segala seginya buat membantu pasien meningkatkan atau menjaga kesehatan mereka. Segala segi musik nan dimaksud ialah segi fisik, emosi, mental, sosial, estetika, dan spiritual. Kebutuhan pasien terungkap jelas melalui musik. Musik pun bisa mengembangkan interaksi nan ada antara pasien dan terapis sehingga kebutuhan pasien lebih bisa ditangkap oleh terapis.
Terapi musik dapat diaplikasikan kepada siapa pun, berapa pun usianya, dan bagaimana pun kondisinya; termasuk mereka nan mengidap kelainan jiwa, masalah kesehatan fisik, stigma fisik, lemahnya fungsi pancaindra, perkembangan tak sempurna, teracuni bahan kimia, kesulitan berkomunikasi, memiliki masalah interpersonal, dan penuaan. Terapi musik juga bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan belajar, membangun rasa percaya diri, mengurangi stres, memperkuat kegiatan fisik, dan sebagainya.
Sebenarnya informasi tentang seni musik sebagai alat terapi bukanlah hal baru. Cendikiawan Islam nan hayati pada tahun 872 - 950 Masehi telah menerapkan terapi ini. Cendikiawan tersebut bernama Al-Farabi. Ia melakukan penelitian imbas musik terhadap jiwa manusia. Seni musik telah lama dimanfaatkan buat 'menyentuh' emosi seseorang. Di abad ke-17, Robert Burton dalam bukunya "The Anatomy of Melancholy" berpendapat bahwa musik dan tarian sangat berpengaruh dalam penanganan penyakit mental, terutama melankolia. Menurutnya, musik memiliki kemampuan luar biasa buat mengenyahkan berbagai jenis penyakit. Ia bahkan menyebut musik sebagai obat mujarab buat rasa putus harapan dan melankolis.