Persiapan Kompetensi nan Aplikatif
Tenaga kerja wanita merupakan satu kelompok sumber daya manusia nan selama ini telah sangat membantu pemasukan devisa bagi negara. Ironisnya, mereka sendiri selalu mengalami nan rumit.
Dengan segala daya upaya nan mereka lakukan, sekian banyak uang mengalir ke pundi pundi keuangan negara. Uang pajak ini kemudian diarahkan buat pembangunan negara. Sayangnya, jumlah rupiah tersebut selalu diiringi dengan majemuk masalah TKW nan tetap saja terjadi dan seakan tak pernah terselesaikan. Masalah sosial ini terus tumbuh dan berkembang.
Nyatanya, setiap saat kita masih mendengar warta di surat kabar ataupun di media elektronik bahwa ada saja tenaga kerja di luar negeri nan terjebak pada permasalahan.
Nasib para TKW
Mereka harus mengalami perlakuan nan tak manusiawi dari majikannya. Dengan berbagai alasan, para TKW ini diperlakukan tak selayaknya manusia. Mereka dianggap tak mempunyai kemampuan buat membela diri, sebagaimana seharusnya manusia.
Ada banyak hal nan menyebabkan permasalahan TKW sepertinya tak pernah terkikis oleh air hujan, bahkan gelombang tsunami sekalipun. Masalah terus bergulir dan terjadi sebagai konsekuensi logis dari sebuah profesi.
Permasalahan pada TKW tak hanya berkutat pada ranah global kerja di luar negeri nan tak menjamin keamanan para pendatang. Namun polemik TKW merupakan hasil dari berbagai problematika nan memaksa banyak perempuan negeri ini keluar negeri buat mencari penghidupan. Sangat bertentangan dengan harapan sekali bila menyadari bahwa tanah air kita ialah wilayah nan kaya akan sumber daya alam, baik itu nan bisa diperbarui ataupun tidak.
Negeri nan kaya melimpah akan SDA tetapi di sisi lain kemiskinan melanda di mana-mana. Ekonomi sulit memaksa banyak warga negara ini buat mencari pekerjaan nan menghasilkan banyak uang dibandingkan kerja di ladang sendiri. Maka tak salah bila ada asumsi bahwa kasus nan menimpa TKW bukan semata-mata kesalahan dari majikannya, namun lebih kepada pemerintah nan tak bisa menyediakan lapangan kerja nan layak dalam negeri.
Tenaga kerja nan keluar dari Indonesia bila diperhatikan, banyak diantara mereka nan berpendidikan di bawah baku nasional. Bahkan masih banyak nan tak lulus sekolah dasar. Karena memang kebanyakan dari daerah terpencil atau pedesaan. Pendidikan nan masih minim tersebut nan memposisikan mereka pada pekerjaan nan tak bergengsi di luar negeri. Berbeda bila saja dibandingkan dengan tenaga kerja nan terlatih dan profesional dari negara pengekspor tenaga kerja lainnya, seperti India dan Thailand.
Polemik nan dialami oleh sebagian TKW di luar Indonesia akan terus berlangsung, terlebih lagi tak ada niat serius dari pemerintah buat memperbaiki kondisi di dalam negeri. Yakni memajukan bidang ekonomi dengan membuka banyak lapangan kerja nan produktif. Di bidang pendidikan, menyukseskan lulus belajar hingga taraf SMP di semua daerah Indonesia. Mungkin tak hanya kedua bidang nan berhubungan dengan tenaga kerja tersebut, sektor-sektor lain juga ditingkatkan secepatnya.
Pentingnya Pertanggungjawaban Pengelola TKW
Sebenarnya, jika kita telah sejak awal, maka pada saat proses perekrutan, para pengelola TKW sudah mengetahui dengan jelas segala hal terkait dengan syarat dan ketentuan buat bisa menjadi TKW. Hal ini buat menjaga jangan sampai terjadi masalah TKW.
Begitu juga halnya dengan para calon TKW pada saat mereka mendaftar buat menjadi TKW. Mereka mengetahui secara jelas segala masalah TKW di negara loka mereka bekerja. Dan, mereka memahami kondisi tersebut, tanpa mengurungkan niat menjadi TKW.
Meskipun demikian, para pengelola TKW seharusnya tetap bertanggungjawab jika ada TKW nan mengalami perlakuan tak sinkron dengan ketentuan nan berlaku. Mereka seharusnya tak hanya mengirimkan TKW, tetapi juga perlu memantau segala hal nan terjadi pada para TKW.
Dan, nan paling penting, mereka harus ikut memikirkan dan mencarikan solusi jika ternyata ada TKW nan bermasalah di loka kerjanya. Apapun nan mereka alami, seharusnya dipantau dan selalu ditindaklanjuti oleh pengelola TKW tersebut.
Pengelola TKW memang tak bisa disalahkan sepenuhnya saat tenaga kerja nan mereka asuh mendapatkan masalah. Keterbatasan kewenangan mereka di luar negeri loka TKW bekerja juga harus diperhatikan. Namun itu bukanlah sebuah dalih bagi para pengelola tenaga kerja tersebut dari kasus nan menimpa anak buah mereka.
Persiapan Kompetensi nan Aplikatif
Untuk mengantisipasi segala hal nan terjadi dampak kondisi budaya nan berbeda, maka sudah seharusnya para pengelola TKW memperhatikan hal persiapan kompetensi para TKW ini.
Persiapan kompetensi aplikatif bagi seorang TKW memang sangat diperlukan, karena mereka akan berada di lingkungan nan sungguh berbeda dengan lingkungan hayati mereka selama ini. Begitu juga dalam banyak hal lainnya, bahasa, adat istiadat,dan gaya hayati nan berbeda dengan kondisi hayati selama ini lingkungannya.
Ini sangat diperlukan, karena sebagai seorang tenaga kerja mereka sudah seharusnya mempunyai kompetensi nan sinkron dengan bidang nan harus mereka tangani. Kompetensi ini seharusnya tak hanya pada level bisa, tetapi harus sampai pada level mampu dan menguasai.
Permasalahan nan selama ini terjadi memang berdasar pada kompetensi nan dimiliki oleh para TKW. Berbagai sanggahan nan kita dengar dari para majikan, mereka sellau mengatakan bahwa kompetensi para TKW belum sinkron dengan level nan diharapkan sehingga setiap kali bekerja, selalu membuat kesalahan. Hal tersebut nan memicu kemarahan para majikan.
Jika memang hal tersebut benar, maka seharusnya kita meningkatkan kompetensi TKW, sehingga benar-benar siap menjadi tenaga kerja professional di bidangnya.
Membahas masalah TKW sama ruwetnya dengan mengurai benang kusut lagi basah. Oleh sebab itu, kita perlu teliti dan hati hati agar tak berbenturan dengan nan lainnya. Selanjutnya, mari kita antisipasi agar TKW nan kita kirimkan sebagai pahlawan devisa ini benar-benar mendapatkan konservasi nan layak sebagai tenaga kerja profesional.
Per lu adanya kerjasama nan baik antara pemerintah dengan sejumlah perusahaan nan beroperasi di bidang tenaga kerja luar negeri. Melakukan koreksi atas kesalahan nan bisa menimbulkan bahaya pada para pahlawan devisa, minimal mengurangi resiko mereka mengalami perlakuan nan kasar di negara tujuan kerja.
Sosialisasi pemerintah ke daerah-daerah pemasok TKW nan subur, agar niat mereka ke luar negeri juga disertai pengetahuan nan cukup. Sebagai bekal mereka saat direkrut oleh perusahaan penyedia tenaga kerja. Cara ini cukup efektif buat memberikan informasi secukupnya pada masyarakat awam, supaya mereka selektif dalam memilih kawan perusahaan penyalur tenaga kerja.
Artikel singkat ini hanya membahas kulit dari polemik tenaga kerja di luar negeri sana. Dan tentu saja kita berharap agar tenaga kerja luar negeri mendapatkan loka nan layak secepatnya. Sehingga perlakuan tak manusiawi jauh dari para pahlawan devisa negara ini. Di lingkungan rumah pun, sebagai warga negara setidaknya mendiskusikan masalah ini dengan para tetangga agar terjadi persepsi nan benar.
Sekian ulasan permasalahan TKW ini dan semoga pembaca sehat selalu!