Di Kampus-kampus Besar
Flora dan fauna di Indonesia itu begitu bervariasi. Flora dan fauna di Indonesia ada nan terus dikembangbiakkan baik di Indonesia dan ada juga nan dikembangbiakkan di negara lain. Hewan nan dibiakkan di negara lain ini biasanya dijadikan sebagai barter. Misalnya, macan tutul Jawa nan dibarter dengan jaguar. Barter tersebut dilakukan dengan kebun binatang Jerman. Barter hewan ini jamak dilakukan dalam rangka menjalin komunikasi dengan negara lain. Kalaupun tak barter dapat juga dengan cara dipinjamkan, seperti Cina meminjamkan panda ke beberapa negara.
Flora dan fauna di Indonesia memang tak terlalu nyaring disuarakan bahwa di antaranya ada nan dipinjamkan. Warta terkait dengan flora dan fauna di Indonesia ini tertutup oleh warta gonjang-ganjing politik, ekonomi, dan politik. Padahal baik barter maupun peminjaman hewan terutama, merupakan salah satu langkah mengeratkan pertalian silaturrahmi antarnegara bersahabat.
Flora dan Fauna di Indonesia sebagai Simbol Negara
Keberadaan flora dan fauna di Indonesia memberikan perbedaan makna inspirasi tersendiri. Bunga melati, misalnya. Bunga putih, kecil yang harum semerbak ini bukan saja dijadikan hiasan pengantin dan penambah aroma harum di seduhan air teh. Bunga melati juga dijadikan sebagai simbol negara Indonesia. Sama seperti kembang sakura nan dijadikan sebagai simbol negara Jepang. Bunga tulip nan dijadikan simbol negara kincir angin, Belanda.
Tidak hanya flora, fauna seperti burung elang nan direflesikan menjadi burung garuda ialah lambang negara Indonesia. Rusia mengambil beruang sebagai lambang negaranya. Perancis mengambil ayam jago sebagai simbol negaranya.
Flora dan fauna di Indonesia nan juga dianggap sebagai perwakilan dari kekayaan bumi Indonesia di antaranya, ialah orang utan, harimau Sumatera, Gajah Sumatera, kembang bangkai, anggrek bulan, beberapa jenis burung, dan hewan buas lainnya.
Keberadaan beberapa jenis hewan seperti babi rusa nan ada di Gorontalo malah sudah semakin sedikit jumlahnya. Tidak kurang hanya 200 ekor babi rusa nan tersisa. Tidak hanya babi rusa nan hampir menghilang dari bumi yang fertile ini, gajah, harimau, beberapa jenis burung, dan badak, juga terancam punah.
Banyak langkah telah diambil demi pelestarian flora dna fauna di Indonesia. Namun laju perkembangan ekonomi nan membutuhkan bahan standar nan luar besar telah membuat flora dana fauna di Indonesia tersebut menjadi terpinggirkan bahkan dimusnahkan.
Pembantaian orang utan nan terjadi di Kalimantan. Pembalakan liar nan menyebabkan banyaknya habitat flora langka menghilang ialah bukti bahwa terkadang flora dan fauna di Indonesia itu harus dikorbankan demi kemajuan ekonomi. Padahal keberadaan flora dan fauna di Indonesia tersebut demi kemakmuran manusia sendiri.
Bayangkan kalau harimau tak ada. Itu artinya populasi babi hutan dapat bertambah. Kalau populasi babi hutan bertambah, hama kebun nan merusak tanaman semakin bertambah. Kalau ladang dan kebun rusak, manusia mengamuk. Bukanlah hal mudah menghalau atau memusnahkan hama seperti babi hutan. Salah sedikit, manusia nan terluka oleh serudukan babi hutan dengan taring nan runcing tersebut.
Selain babi hutan, gajah pun pernah mengamuk hingga ke perkampungan manusia. Warta nan mengungkapkan kalau ada harimau nan makan manusia merupakan bukti kalau manusia telah mengganggu habitat loka tinggal mereka.
Itu artinya rantai makanan niscaya sudah terganggu. Jika rantai makanan telah terganggu, agresi penyakit mudah masuk ke dalam tubuh manusia sebab selain imun nan rendah juga sebab kualitas otak dan fisik nan rendah. Jadi menjaga keberadaan flora dna fauna di Indonesia itu memang merupakan kewajiban bersama.
Flora dan Fauna di Indonesia sebagai Bahan Komoditas Ekspor
Jenis flora dan fauna di Indonesia nan semakin langka salah satunya ialah terumbu karang. Padahal terumbu karang ini dapat menjadi pencegah pemanasan dunia dan kerusakan lingkungan pantai. Ketika terumbu karang nan juga menjadi loka berkembangbiaknya majemuk jenis ikan semkain rusak, lingkungan bahari niscaya rusak.
Konservasi dan pembuatan terumbu karang protesis membutuhkan dana dan tenaga nan tak sedikit. Estetika bawah bahari niscaya juga terganggu kalau terumbu karang rusak. Manusia Indonesia ini harus dididik agar mau memelihara kehidupan dan kelestarian flora dan fauna di Indonesia.
Sebagai negara kelautan, sudah sepatutnya Indonesia menjadi penghasil ikan dan jenis komoditas bahari lainnya. Tapi nan terjadi ialah flora dan fauna di Indonesia itu lebih dikenal dan dimanfaatkan oleh orang-orang dari negara lain, baik melalui cara-cara sah maupun dengan cara nan tak legal. Seakan negara kaya ini tidak berdaya ketika flora dan fauna di Indoenesia berupa hasil lautnya dicuri oleh orang-orang dari negara lain.
Jangankan dijadikan sebagai komoditas andalan, kehidupan nelayan nan menjadi tulang punggung pemanfaatan hasil bahari saja tak sukses diberdayakan oleh negara. Bahkan pemilik usaha perikanan nan ada di Indonesia bagian timur bukan orang Indonesia. Ironis sekali bangsa ini. Namun semua itu belum terlambat. Masih ada waktu buat meningkatkan kualitas dan kuantitas flora dan fauna di Indonesia nan dapat dijadikan komoditas ekspor.
Kelapa sawit dan karet dapat jadi sebagai bahan ekspor nan mampu diandalkan. Begitu juga dengan coklat, tembakau, kopi, dan rempah-rempah lainnya. Bahan pembuat jamu juga dapat dijadikan bahan ekspor asalkan kualitasnya dapat ditingkatkan. Usaha penelitian terhadap flora dan fauna Indonesia semakin digalakkan. Sosialisasi terhadap flora dan fauna di Indonesia semakin gencar juga di kampanyekan.
Di Kampus-kampus Besar
Kampus-kampus nan cukup hijau, seperti UGM, UI, dan ITB dapat dijadikan sebagai percontohan pengembangan habitat bagi flora dan fauna di Indonesia. Lingkungan kampus nan dipenuhi oleh orang-orang berkualitas dan berpendidikan dianggap mudah diajak bekerja sama dalam rangka menjaga kelestarian flora dna fauna di Indonesia. Memang sine qua non kebijaksanaan dan kemauan dari civitas akademia nan ada di kampus tersebut agar usaha meningkatkan pelestarian flora dan fauna di Indonesia, khususnya di kampus-kampus tersebut dapat berhasil.
Pihak UGM telah melestarikan lingkungan Lembah UGM nan dulunya terkenal kumuh dan hanya dimanfaatkan oleh orang-orang nan tak bertanggung jawab. Selain ada museum serangga, taman rusa, juga ada kolam besar loka pembiakan ikan.
ITB pun tak tinggal diam. Berada di lingkungan ITB di pagi hari seperti berada di tengah hutan yang asri. Burung-burung nan bernyanyi dan suara-suara hewan kecil nan masih terdengar menambah keasyikan menyusuri rerimbunan daun di kampus para petinggi negara tersebut.
UI apalagi. Hutan UI nan ada di Depok sangat rimbun dan membuat lingkungan di sekitarnya menjadi sejuk. Inilah percontohan bagaimana pihak kampus ikut memelihara flora dan fauna di Indonesia.
Di Kebun Binatang
Ketika warta kematian jerapah nan terjadi di kebun binatang Surabaya terangkat ke permukaan, banyak orang nan berkomentar miring. Apalagi setelah diteliti, ada kiloan plastik ditemukan di dalam perut jerapah nan wafat tersebut. Kesedihan tidak dapat dielakkan. Hewan langka itu suatu ketika hanya dapat dilihat patungnya saja.
Pihak kebun binatang terkadang memang kekurangan dana buat memelihara hewan-hewan nan ada di sana. Memang tak dapat mengharapkan pemasukan hanya dari para pengunjung. Para donator nan sayang binatang diharapkan juga semakin tumbuh. Bila kebun binatang tidak dapat lagi berperan dalam melestarikan flora dan fauna di Indonesia, maka jangan berharap bahwa flora dan fauna di Indonesia akan dapat dilihat dalam kurun waktu 50 tahun ke depan.
Cintailah flora dan fauna di Indonesia. Ayo, selamatkan flora dan fauna di Indonesia.