Langkah Implementasi dalam Menyukseskan Usaha-Usaha Perubahan
Implementasi ialah sebuah rangkaian proses mengenai aktualisasi ide-ide nan dilakukan oleh manusia atas kepentingan-kepentingan khususnya. Ide-ide tersebut diwujudkan dalam konsep, kebijakan, serta penemuan nan diabstraksikan ke dalam tindakan-tindakan praksis. Sehingga dihasilkan akibat nan berwujud ilmu pengetahuan, keterampilan, juga tingkah laku nan dimiliki oleh seseorang.
Implementasi adalah sebuah proses nan kemudian memberikan akibat perubahan bagi aspek-aspek nan dikenainya. Setelah mengalami proses implementasi, maka objek-objek nan dikenainya tersebut akan membentuk jaringan pengaruh nan bukan saja mengubah salah satu unsur, namun juga mengubah holistik unsur, baik secara perlahan maupun menyeluruh.
Seorang pakar pendidikan bernama Mulyasa juga turut mendefinisikan bahwa nan dimaksud dengan implementasi ialah proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau penemuan dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap terhadap aktor-aktor pada objek nan dikenai proses implementasi ini.
Implementasi ialah Sebuah Sistem
Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai aplikasi atau penerapan. Yang berarti bahwa hal-hal nan telah terencana sebelumnya dalam tataran ide, akan diusahakan buat dijalankan sepenuhnya, agar hal nan dimaksudkan bisa tersampaikan.
Dalam pengertian secara sederhana, nan dimaksud dengan implementasi ialah sebuah aplikasi atau penerapan, namun implementasi ialah juga suatu proses nan dilakukan dalam rangka penilaian atas aspek-aspek nan dikenainya.
Dalam teori organisasi dan implementasi, Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004) mengemukakan bahwa implementasi ialah ekspansi aktivitas nan saling menyesuaikan. Pengertian tersebut diadaptasi dari hal nan dikemukakan oleh Mc Laughin mengenai hal nan sama. Dari sumber nan sama, implementasi juga diartikan oleh Schubert, yakni implementasi ialah sebuah sistem rekayasa.
Pengertian-pengertian nan disampaikan oleh ahli-ahli tersebut menyudutkan implementasi pada perkara aktivitas. Kemudian, turunan-turunan aktivitas nan dilakukan oleh masyarakat secara luas ataupun kelompok-kelompok masyarakat dalam aspek-aspek tertentu. Yakni berupa aksi atau tindakan nan dilakukan sebagai sebuah reaksi atas keberlangsungan sistem-sistem nan berlaku pada suatu lingkungan.
Ya, implementasi merupakan sebuah sistem, bukan sekadar aktivitas tanpa kematangan konsep. Kematangan konsep nan dimaksud ialah bahwa sebelum diterapkan pada aspek-aspek tertentu, implementasi dipastikan menjadi sebuah sistem nan dibentuk dari himpunan kegiatan-kegiatan nan telah terencana. Dan tentunya telah disesuaikan dan didasarkan pada nilai atau kebiasaan nan berlaku pada aspek-aspek nan akan dikenainya.
Dalam perkembangannya, pengertian implementasi adalah sebuah perangkat aktivitas baru nan di dalamnya terdapat pengharapan mengenai perubahan terhadap objek-objek nan akan dikenainya. Dan dalam pelaksanaannya tersebut, ada pula asa agar apa nan telah tersusun dalam planning nan sedemikian matang bisa diterima oleh seluruh pihak dari aspek nan dikenainya. Sehingga perubahan nan terjadi akan bersifat menyeluruh.
Esensinya, implementasi ialah proses nan dihimpun dari sekumpulan aktivitas nan bisa digunakan sebagai alat transfer ide atau gagasan dari individu nan satu ke individu lainnya, maupun dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya.
Adapun mengenai harapan-harapan nan terkadung di dalam implementasi ini, harus bersifat adaptif. Dalam pengertian bahwa implementasi nan diterapkan harus sinkron dengan keinginan perubahan nan dimiliki oleh masyarakat nan ada di dalam objek nan dikenainya.
Langkah Implementasi dalam Menyukseskan Usaha-Usaha Perubahan
Pola-pola nan diterapkan dalam proses implementasi akan berbeda-beda. Sinkron dengan tujuan nan ingin dicapai oleh para penggagas perubahan nan dinyatakan dalam proses implementasi nan diusung. Ada beberapa pendekatan nan dilakukan buat menerapkan proses implementasi nan ada dalam aspek-aspek nan dituju, yakni pendekatan berikut.
Pendekatan pertama dalam proses implementasi ialah proses penyebaran rancangan kepada objek implementasi nan dituju. Penyebaran ini nantinya akan berguna pada keberhasilan proses selanjutnya. Proses penyebaran rancangan ide ini sekaligus merupakan proses-proses dalam pemberian kendali. Berupa pengaruh-pengaruh fundamental dalam hasil pemikiran pelaku perubahan nan berusaha ditanamkan ke dalam pemikiran para pengikutnya atau para penganut genre pemikiran nan sama.
Pendekatan nan kedua dalam implementasi ialah proses penyempurnaan atas rancangan-rancangan nan sukses dibangun dan ditularkan pengaruhnya pada target perubahan. Proses ini lebih mirip dengan proses-proses hubungan sosial antara sang pelaku perubahan dengan objek-objek nan dikenai perubahan tersebut.
Untuk lebih meyakinkan objek-objek implementasi nan direncanakan, maka para pelaku perubahan ini juga mempraktikkan rancangan nan sudah dibuatnya dalam keadaan nan nyata. Dengan melibatkan individu nan menjadi objek perubahan, nan telah ada di bawah pengaruhya.
Dalam pendekatan ketiga, para pelaku perubahan akan memastikan bahwa rancangan-rancangan aksi dan tindakkan nan merupakan bagian dari aktualisasi idenya tentang perubahan telah masuk ke dalam unsur-unsur nan menjadi sasarannya. Jika sudah pada termin ini, mereka akan bersiap buat menghimpun nilai dan kebiasaan baru buat mengatur perubahan dan menghalau reaksi massa nan niscaya terjadi.
Dalam konsep tentang kebijakan, seorang tokoh bernama Eugene Bardach mengatakan bahwa pertama kali implementasi dikemukakan oleh Douglas R. Bunker. Ia merupakan salah satu sosok nan pertama kali menjadikan implementasi dalam kebijakan-kebijakan nan diberlakukan dalam keberlangsungan masyarakat sebagai sumber kajian studinya. Bunker menyajikan kajiannya di depan para pengamat kebijakan, T he American Association for The Advancement of Science di tahun 1970.
Pada saat itu, konsep implementasi dalam kebijakan dianggap sebagai sebuah kenyataan nan mempengaruhi kehidupan politik (Edward III, 1984). Seiring dengan perkembangannya dari waktu ke waktu, persoalan implementasi ini menjadi sebuah kajian nan mengemuka.
Sejak saat dicetuskan oleh Bunker, kian kemari, implementasi menjadi kian marak dibicarakan. Banyak pakar-pakar pakar nan menyumbangkan ide dan pemikirannya ke dalam kajian implementasi ini, baik secara definitif, maupun pada proses-proses implementasi secara praksis.
Dalam beberapa pandangan, implementasi memang masuk ke dalam kajian-kajian mengenai kebijakan publik. Wahab (1991) menyebutkan bahwa implementasi memiliki tahapan-tahapan tersendiri nan bisa dibangun pada posisi nan berbeda. Setiap kebijakan nan lahir pada suatu waktu akan diikuti oleh sebuah penerapan implementasi sebagai bentuk tindak lanjut.
Ya, dalam konteks kebijakan, implementasi merupakan salah satu termin nan menentukan arah kebijakan nan dibuat oleh suatu pihak nan berwenang atas keberadaan kelompok masyarakat tertentu.
Kemudian Edward III (1984) menyatakan, “Tanpa implementasi nan efektif, maka keputusan pembuat kebijakan tak akan sukses dilaksanakan.” Mengapa? Jika pada pembahasan pertama tadi disebutkan bahwa implementasi ialah juga merupakan proses evaluasi, maka penilaian memang benar-benar dibutuhkan dalam dilaksanakannya suatu ide. Dalam hal ini, kebijakanlah nan dimaksud dengan aplikasi ide.
Implementasi nan dibentuk sebagai tindak lanjut atas terlaksananya suatu kebijakan merupakan himpunan atas tindakan-tindakan atau sebuah bentuk aktivitas atau bisa disebut reaksi, setelah kebijakan itu sendiri diarahkan. Dengan tujuan, pengelolaan input yang diharapkan bisa menghasilkan output. Bahkan, sebuah outcomes bagi masyarakat dalam lingkungan sosialnya.
Implementasi terhadap kebijakan muncul dalam tahap-tahap nan bisa dicirikan atau dibedakan dari maksud kemunculan kebijakan itu sendiri. Wibawa (1994) menyebutkan bahwa, “Di satu sisi, pembuatan kebijakan merupakan proses nan memiliki logika bottom up , atau diawali dengan penyampaian aspirasi, permintaan, atau dukungan dari masyarakat.”
Namun ia pun menyebutkan, “Dalam pembentukkan kebijakan nan diambil dari sisi lain, sebagai alternatif atas penyelesaian masalah nan terjadi dalam masyarakat, kebijakan hadir sebagai bentuk penurunan makna, dari tindakan nan abstrak serta menyeluruh (makro), menjadi sebuah tindakan konkrit nan mengerucut (mikro).”
Implementasi dalam hal penerapan kebijakan menghubungkan antara tujuan-tujuan nan direncanakan dalam keberlangsungan sebuah kebijakan dengan realisasi nan dilakukan oleh para pembuat kebijakan (dalam hal ini, pemerintah).
Van Meter dan Horn (Grindle, 1980) pun mendefinisikan bahwa tugas implementasi ialah membangun jaringan nan memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah nan melibatkan berbagai pihak nan berkepentingan ( policy stakeholders ).
Ya, apapun segmentasinya, implementasi akan muncul sebagai sebuah bentuk tindak lanjut dari diberlakukannya kebijakan-kebijakan oleh pihak-pihak nan berwenang. Baik itu pemerintahan negara, maupun para pakar pembuat kebijakan nan membuat anggaran pada instansi-instansi sosial di luar negara. Maka implementasi juga akan muncul dengan risiko, sebab akan memunculkan perubahan. Karena implementasi adalah aksi dan reaksi.