Kota Batam - Perkembangan Batam nan Pesat
Dulu, ketika pertama kali dibangun pada tahun 1970-an, Kota Batam terhitung masih nisbi sepi. Waktu itu jumlah penduduknya hanya sekitar 6.000 jiwa. Sekarang, 42 tahun kemudian jumlah penduduknya meningkat drastis sampai 158 kali lipat. Luar biasa.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam bahwa per bulan April tahun 2012 ini ada 1.153.860 jiwa nan tinggal di loka ini. Fakta ini mencatatkan kota ini sebagai kota dengan penduduk terbesar nan ada di wilayah Sumatra dengan menempati peringkat ketiga setelah Kota Medan dan ibu kota Sumatra Selatan, yaitu Palembang.
Pertumbuhan penduduk nan sangat pesat ini tentu saja menimbulkan tanda tanya, apa gerangan nan menyebabkan peningkatan populasi sedemikian cepat? Daya tarik apa nan ditawarkan oleh kota ini sehingga banyak masyarakat dari daerah lain bermigrasi ke sana?
Kota Batam - Batam Kota nan Strategis
Kota ini menempati posisi strategis sebab terletak di jalur pelayaran internasional. Kota nan menjadi saksi perjuangan dari Laksamana Hang Nadim dalam mengusir penjajah ini terletak di Kepulauan Riau dan menjadi kota terbesar di pulau nan sarat dengan perbedaan makna Melayu itu.
Luas daratan kota ini 1.5 kali dari luas Singapura nan menjadi tetangganya yakni 1.040 km persegi. Iklim nan ada dikota ini ialah iklim tropis dengan dataran nan berbukit serta memiliki banyak lembah. Tanah nan ada di Batam ini dapat dikatakan nisbi kurang fertile sebab berjenis tanah merah. Meski dikaruniai tanah nan kurang subur, tapi ada aspek lain nan membuat Batam tampak menggoda bagi orang lain buat mengunjunginya.
Letak kota Batam sangat strategis. Kota ini bersebelahan dengan Selat Singapura dan Malaysia di bagian utara, berbatasan dengan Kabupaten lingga di sebelah selatan, dengan Kabupaten Karimun di barat serta arah timur dengan Pulau Bintan dan Tanjung Pinang. Hal ini menjadikan Kota Batam sebagai jalur nan harus dilewati oleh banyak pedagang mulai dari skala kecil sampai pedagang raksasa. Hal itu sebab sebagai jalur pelayaran internasional menyebabkan kota ini mampu menjadi daya tarik bagi orang luar buat mendapatkan laba di sana.
Hal ini dapat dipahami sebab dengan besarnya arus pedagangan, maka akan menimbulkan multiplier effect bagi bidang usaha lainnya seperti semakin pesatnya kawasan hiburan, semakin maraknya pusat perbelanjaan dan sebagainya. Multiplier effect ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Kota Batam langsung menanjak.
Dengan tujuan mula menjadikan Pulau Batam sebagai Singapura nya Indonesia, mendorong pemerintah Indonesia membuat keputusan buat menjadikan pulau Batam sebagai daerah industri. Untuk mewujudkannya, planning ini didukung sepenuhnya oleh Badan Otorita Batam (BOB) atau nan lebih dikenal sebagai Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.
Program ini terjadi pada tahun 70-an tepatnya dengan dikeluarkannya keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973. Hal ini sebab Kota Batam merupakan kota nan menempati posisi strategis. Berada di ujung pulau Indonesia serta berdekatan dengan Malaysia dan negara maju Singapura membuatnya menjadi salah satu kawasan nan terhubung dalam jalur pelayaran internasional. Dalam catatan sejarah, pengembangan Pulau Batam melewati 3 periode, yaitu sebagai berikut.
1. Periode Masa Lampau
Sejarah Pulau Batam dapat ditelusuri sewaktu buat pertama kalinya Bangsa Mongolia dan Indo-Aryans pindah dan menetap di kerajaan Melayu, yaitu sekitar tahun 1000 M sebelum kerajaan Islam Malaka dan Bintan berdiri. Waktu itu kolonial Belanda, Inggris, dan Portugis belum menginjakkan kaki di pulau Batam.
Pada 1513 M, Pulau Batam telah menjadi bagian dari kerajaan Johor. Penduduk Pulau Batam diisi oleh orang-orang Melayu nan dijuluki sebagai orang Selat atau orang Laut. Dalam versi lain, sejarah tentang Pulau Batam ini diceritakan telah dihuni oleh orang selat pada abad 14 atau berkisar pada tahun 1300 M. Orang-orang selat ini menghuni pulau ini sejak kerajaan Tumasik masih berdiri. Kerajaan Tumasik sekarang bernama Singapura, sebuah negara kecil tapi sangat maju nan ada di Asia.
Pasa saat itu, kekuasaan berpusat di Bentang nan hari ini dikenal sebagai pulau Bintan serta dipimpin oleh Laksamana Hang Nadim. Pada saat itu, Laksamana Hang Nadim aktif mengusir penjajah. Nama pahlawan ini sekarang diabadikan menjadi nama bandara di Kota Batam yakni Bandara Hang Nadim. Setelah kepemimpinan Laksamana Hang Nadim, estafet selanjutnya dipegang oleh Sultan Johor hingga sampai pertengahan abad 18. Pada masa itu, Kerajaan Malaka sedang dalam masa jaya-jayanya.
2. Periode Pendudukan Kolonial
Keberadaan Selat Malaka pada abad ke 18 rupanya begitu menggoda kaum penjajah buat menguasainya. Keberadaan selat ini sukses memuncukan rivalitas antara Inggris dan Belanda agar dapat menguasai perdagangan di perairan selat tersebut.
Pada saat itu, Bandara Singapura berkembang sangat pesat, sehingga mendorong Belanda melakukan berbagai taktik agar keinginannya buat menguasai perdagangan Melayu dapat berhasil. Hal ini menyebabkan banyak para saudagar nan datang dengan sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Sedangkan Pulau Batam nan berbatasan dengan Singapura menjadi loka favorit bagi para pedagang buat berlindung dari gangguan tentara belanda nan sedang berpatroli.
Pada abad ke 18 ini, Lord Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan transaksi barter dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda nan berakibat kepada penyerahan pulau Batam nan disebut sebagai kembarannya Singapura itu jatuh ke tangan Belanda.
Orang nan menjadi penguasa Batam buat pertama kalinya ialah Nong Isa atau Raja Isa bin Raja Ali. Nong Isa ini mendapat perintah langsung dari Sultan Riau dan Yang Dipertuan Muda Riau buat memerintah kawasan Nongsa dan daerah di sekitarnya. Kawasan Nongsa dan daerah disekitarnya ini nan sekarang dikenal sebagai Pulau Batam. Surat perintah dari Sultan Riau dan Yang Dipertuan Muda Riau tertanggal 22 Jumadil Akhir 1245 atau bertepatan dengan kalender Masehi, yakni tanggal 18 Desember 1829.
Tanggal ini nan kemudian ditetapkan sebagai tanggal Hari Jadi Kota Batam. Pada awal mulanya, Kota Batam bernama Pulau Batang. Sejarah tentang asal usul nama ini tertulis di sebuah peta nan digunakan oleh VOC pada tahun 1675. Peta ini sampai sekarang tersimpan rapi di Universitas Leiden Belanda.
3. Periode Globalisasi
Pada tahun 1960-an, Batam menjadi daerah nan ditunjuk dan ditetapkan sebagai basis logistik buat minyak bumi nan bersumber di pulau Sambu, sebuah kota nan berumur sangat tua. Usianya lebih dari 1 abad nan berarti lebih tua dari usia Kota Batam nan sampai sekarang menjadi loka tujuan buat berinvestasi, melakukan kegiatan ekonomi, perdagangan, alih kapal serta jasa nan terletak di bagian barat Pulau Sumatera itu.
Kota Batam - Perkembangan Batam nan Pesat
Sepuluh tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1970, Kota Batam ditetapkan sebagai Lingkungan Kerja Daerah Industri. Keputusan ini dilanjutkan dengan disahkannya Peraturan Pemerintah tahun 1980, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 1983.
Peraturan tersebut menegaskan bahwa Kecamatan Batam ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam. Peningkatan status dari kecamatan menjadi kotamadya membuat semakin meningkat pula tugasnya, yakni menjalankan administrasi pemerintah dan kemasyarakatan serta mendukung proses pembangunan nan dilakukan oleh Otorita Batam.
Di akhir tahun 1990-an, dikeluarkan kebijakan baru berupa Undang-Undang No.53 tahun 1999 nan menyatakan bahwa Kotamadya Batam disahkan dengan meningkatkan statusnya menjadi Daerah Otonomi. Fungsi dari Daerah Swatantra ialah buat menjalankan fungsi dalam pemerintahan dan pembangunan nan dilaksanakan dengan menjalin kerjasama dengan Badan Otorita Batam (BOB).
Sejarah tentang status Kota Batam tak berhenti sampai di sini. Setelah melalui proses nan panjang selama hampir 2 tahun lamanya, akhirnya dikeluarkanlah Undang-Undang No. 25 tahun 2002 nan berisi tentang pembentukan Provinsi Kepulauan Riau. Sampai saat ini, Batam disahkan sebagai bagian dari daerah Kepulauan Riau nan mengambil Tanjung Pinang sebagai pusatnya.
Nah, bagaimana, apakah Anda sekarang bisa lebih mengenal Pulau Batam? Selain kondisi geografisnya nan strategis, kota Batam juga ternyata menyimpan sejuta potensi nan harus digarap dengan bijak.