Gejala Autis

Gejala Autis

Anda niscaya sering mendengar banyak hal tentang autis, namun mungkin Anda belum tahu sahih apa nan dimaksud dengan autis tersebut. Memang agak sulit sebenarnya buat menjelaskan tentang autis . Banyak orang beranggapan bahwa anak autis ialah anak dengan kelainan mental, namun benarkah seperti itu? Malah ada nan berpendapat bahwa anak autis ini sama dengan anak nan dikategorikan sama dengan orang sakit jiwa dan niscaya tak dapat ditangani sehingga harus dimasukan ke rumah sakit jiwa.



Selalu Ada Harapan

Menurut para ahli, anak autis ialah anak nan mengalami gangguan dalam termin tumbuh kembangnya, terutama dalam hal berkomunikasi dan berteman dengan lingkungan sekitar, jadi tak tepat bila dikatakan bahwa mereka ialah anak nan stigma mental. Mereka juga bukan anak nan sakit jiwa. Kalaupun mereka agak sulit buat dikendalikan, itu sebab otak mereka memang tak sama dengan otak anak-anak normal. Namun demikian, bukan berarti mereka tak dapat dikendalikan dan tak dapat dilatih agar dapat berkomunikasi dengan orang lain walaupun dengan keterbatasannya.

Mempunyai anak autis bukan akhir dari segalanya. Kalau dahulu masih begitu banyak orang nan belum tahu tentang autis , sekarang masyarakat semakin mengerti dan mau memahami keberadaan anak autis ini. Mereka bahkan membantu teman atau sahabat nan mempunyai anak terdiaganosa dengan autisme. Tidak sedikit nan mau berjuang bersama membesarkan anak autis dan bahkan menjaga anak autis ketika orangtuanya sedang sibuk.

Masyarakat sekarang dengan segala bentuk jaringan pertemanan nan ada, semakin ingin saling membantu sehingga orangtua dengan anak autis tak merasa sendirian. Gaya membantu dapat dalam bentuk bermacam-macam. Ada nan membantu menjaga beberapa jam. Ada nan mendirikan Rumah Autis sehingga anak-anak autis dapat saling berinteraksi dengan masyarakat atau teman-temannya nan tak autis. Rumah Autis ini memang tak hanya untruk anak autis. Dikatakan autis sebab anak cenderung menjadi ‘auto’ atau sendiri.

Untuk tak membuat mereka terlalu dalam berada dalam dunianya sendiri, mereka harus distimulasi agar mau masuk ke dalam global biasa nan penuh dengan orang-orang nan bahagia berinteraksi dengan orang lain. Anak autis ini akhirnya dapat mengenali orang lain dan mau berpandangan serta menatap mata orang nan mengajaknya berbicara. Ia juga mau mencium dan dicium oleh orang lain. Memang pada waktu eksklusif ia akan masuk ke dunianya lagi, tetapi orang nan ada di sekitanya akan menariknya kembali ke global nan normal.

Dengan demikian, anak autis ini akan terbiasa dengan keberadaan orang lain nan ada di sekitarnya. Ia tak akan mengamuk atau tak akan memaksakan kehendaknya sebab ia tahu kalau ia memaksakan kehendaknya, tak ada orang nan mau bermain dengan dirinya. Anak autis ini dapat belajar dengan normal walaupun buat memahami sesuatu ia membutuhkan waktu nan lebih lama dari anak-anak biasa.

Melihat perkembangan anak autis inilah nan akan membuat banyak orangtua nan mempunyai anak normal namun agak sedikit menjengkelkan hati akan merasa sangat bersyukur bahwa mereka tak harus repot dan bersabar sepanjang hidup. Kesabaran orangtua dengan anak autis ini memang patut dipuji. Mereka benar-benar mempunyai komitmen nan tinggi sebab tanpa adanya komitmen itu, anak autis tak akan dapat mandiri.

Kalau mereka tak mandiri, lalu siapa nan akan mengasuh mereka seumur hidupnya. Sebenarnya anak autis ini dapat hayati normal dan bahkan dapat menjalani pernikahan. Yang terpenting ialah pasangannya mengerti dengan keadaannya dan mau memahami ketika pasangannya nan autis ini bertingkah tak sama dengan orang lain. Ia mungkin tak terlalu sensitif dengan lingkungan, namun percayalah bahwa orang autis ini sangat peka dan sangat penyayang sebab ia hayati dengan orang-orang nan sayang kepadanya.

Mereka dapat mempunyai keturunan dan mereka dapat berbahagia dengan segala kekurangannya. Dalam film My Name Is Khan, dikisahkan kalau tokoh utamanya dapat menyatakan cinta dan dapat menyampaikan maksud hatinya. Dalam kehidupan konkret pun seperti itu. Mereka nan mempunyai taraf autisme nan tak terlalu parah dan tak mempunyai IQ nan terlalu rendah, dapat hayati normal, mempunyai pekerjaan dan mempunyai komunitas nan paham dengan dirinya.

Orangtua nan mempunyai anak autis tak perlu terlalu risi walaupun harus berjuang seumur hayati agar anak nan dititipkan kepada mereka mampu menjalani kehidupan dengan baik. Ynag paling primer nan harus diajarkan kepada anak autis ini ialah mengenal Tuhannya. Dengan ia mengenal Tuhannya, ia akan sayang pada mahluk dan semua hal nan ada di global nan telah diciptakan Tuhan buat dirinya dan orang lain si sekitarnya.



Penyebab Autis

Hal nan ingin sekali diketahui oleh banyak orang tentang autis ialah penyebabnya. Sayangnya, sampai saat ini belum ada hasil niscaya tentang penyebab autis nan sebenarnya, semua hanya berupa dugaan. Dugaan itu sendiri baru dapat memberikan bukti realitas nan ternyata tak menimpa semua orang. Walaupun begitu, apapun dugaan nan dapat menyebabkan autisme harus dihindari. Lebih baik menghindar daripada berpasrah dan tak melakukan apa-apa. Melarikan diri dari datu takdir nan tak baik ke takdir nan baik, bukan sesuatu nan salah. Adalah hak setiap orang buat mendapatkan nan terbaik nan dapat dia dapatkan.

Menurut para ahli, autis bisa terjadi sebab adanya gangguan syaraf nan menghubungkan otak kanan dan kiri. Lalu bagaimana hal itu dapat terjadi? Berikut ini ialah dugaan para pakar kesehatan tentang penyebab terjadinya gangguan syaraf tersebut. Pertama sebab ada faktor genetik. Dugaan kedua sebab sejak dalam kandungan terkena zat-zat kimia dan logam berat nan dikonsumsi ibunya. Misal, saat hamil, ibunya sering mengkonsumsi makanan instan atau ikan nan mengandung logam berat.

Dugaan nan satu ini cukup kuat. Untuk itulah kaum wanita perlu memperhatikan asupan makanannya. Setiap wanita perlu menyadari bahwa ia ialah pengantar penerus kehidupan. Untuk itu ia harus menjaga dirinya dan kesehatannya agar apa nan telah menjadi kodratnya dapat dilaksanakannya dengan baik dan tanpa ada akibat negatif sedikit pun nan akan terjadi pada diri generasi nan akan ia lahirkan. Pemahaman ini harus ditanamkan kepada setiap anak perempuan sedini mungkin.

Saat baru lahir mengalami trauma fisik, misalnya benturan. Bayi mengalami gangguan penyerapan protein nan berpengaruh pada susunan syaraf. Dua faktor ini mungkin akan sangat sulit dihindarkan kalau memang harus terjadi. Terkadang orang telah berusaha buat berhati-hati, namun takdir berkata lain. Bila penyebabnya dua faktor terakhir ini, nan dapat dilakukan ialah berusaha memberikan nan terbaik kepada anak dan tak berputus harapan sebab anak tak tahu apa-apa.

Keterangan tersebut hanyalah beberapa dugaan para pakar tentang penyebab autisme. Walau belum pasti, tak ada salahnya bila para wanita hamil menghindari beberapa penyebab di atas dan selalu berhati-hati menjaga bayi nan baru lahir. Merawat titipan Tuhan dengan sebaiknya dan tak sembarangan dalam membesarkannya.



Gejala Autis

Hal lain tentang autis nan patut diketahui ialah ciri-ciri autis itu sendiri. Berikut ialah beberapa gejalanya. Tidak fokus. Anak nan menderita autisme susah sekali buat konsentrasi pada satu hal. Ditunjukkan dengan pandangan mata atau gerakan tubuh nan tak fokus. Anak autis susah bersosialisasi dan berteman dengan teman-teman sebayanya, sehingga ia lebih sering menyendiri dan melakukan kesibukan seorang diri.

Saat masih kecil, ia akan terlambat bicara. Saat balita lainnya mampu mengucapkan suatu bahasa/kata tertentu, anak autis sulit sekali mengucapkan hal itu.
Hal lain tentang hal nan berkaitan dengan autis nan perlu diketahui ialah anak autis nan mulai dapat berbicara, tak menggunakan kemampuannya tersebut buat berkomunikasi dengan orang sekitar.

Sering mengucapkan kata atau kalimat secara berulang-ulang, bahkan kadang mengatakan hal nan tak dimengerti oleh orang lain. Anak nan menderita autisme biasanya susah sekali mencontoh sesuatu. Jadi misal seorang ibu memberi contoh tentang kegiatan tertentu, anak autis susah buat menirunya. Emosi dan tingkah lakunya sering tak terkontrol.

Misalnya marah-marah, tertawa sendiri, namun tanpa karena nan dapat dimengerti oleh orang lain. Menurut banyak ahli, anak nan autis ialah anak nan tak terlalu imajinatif seperti anak-anak kebanyakan, sehingga cara bermain anak autis biasanya tak variatif dan terpaku pada kegiatan tertentu.