Ciri Seseorang Yang Mengalami Proses Pendidikan Adalah:
Pendidikan adalah bagian dari perjalanan hayati manusia. Pendidikan dalam bahasa Inggris berasal dari kata ‘educate’ nan artinya mendidik, memberi peningkatan, dan mengembangkan. Pendidikan ialah sebuah rangkaian proses nan tiada henti demi pengembangan kemampuan serta konduite nan dimiliki individu agar bisa dimanfaatkan bagi kehidupannya. Banyak orang nan memahami pendidikan sebagai sebuah pengajaran.
Pendidikan lebih luas lagi dari sekedar pengajaran. Pendidikan bisa berlangsung secara formal dan informal. Tidak dibatasi oleh tembok sekolah, maupun lembaga-lembaga tertentu. Begitu banyak dan luas nan dapat kita dapatkan dari pendidikan kehidupan.
Ada istilah menyatakan bahwa pendidikan bisa berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri atau self instruction. Hal krusial nan bisa diperoleh dari pendidikan yaitu adanya kedewasaan dan tanggung jawab moril. Pendidikan ialah salah satu ‘pintu’ pembentuk karakter kepribadian bermoral tersebut.
Seseorang nan menjalani pendidikan dengan baik akan terasah kemampuannya dalam menghadapi setiap masalah nan datang. Karakter seseorang nan mengenyam pendidikan ialah dia senantiasa mau belajar. Hal-hal nan tidak dapat dia lakukan, atau tidak dipahami akan terus dipelajari, ditanyakan dan dipahaminya.
Begitu pula dalam tanggung jawab moril. Dalam pendidikan, moril akan selalu mendapat petunjuk dan arahan agar tak menyimpang dari aturan. Tanggung jawab moril dapat diartikan tanggung jawab terhadap agama, negara, masyarakat serta hukum.
Seseorang nan memiliki tanggung jawab moril akan berpikir seribu kali ketika akan melakukan perbuatan nan melanggar norma-norma karena hayati tidak hanya buat diri sendiri. Kita diajarkan buat senantiasa berpikir tidak hanya demi kepentingan individu tetapi juga kepentingan sosial. Pendidikan ialah proses pengembangan karakter-karakter positif dalam seseorang.
Pendidikan di loka ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan bersekolah di sekolah nan mahal, sekolah berbasis Internasional, sekolah dengan guru-guru berprestasi atau pun sekolah dengan fasilitas nan sangat canggih. Yah, karena karakter dibentuk dari matangnya jiwa seseorang dan bagaimana ia menghadapi suatu situasi serta memiliki tanggung jawab. Toh, para pejabat-pejabat nan terindikasi korupsi tersebut, sekolahnya juga tidak kalah keren.
Beberapa diantara mereka sudah bergelar sarjana dari luar negeri, dengan pengalaman organisasi seabrek serta pelatihan-pelatihan nan tidak kalah banyaknya. Tapi tetap saja godaan korupsi mampu menggoda ‘iman’ mereka. Semua itu sebab pendidikan bukanlah terletak pada mahalnya biaya pendidikan.
Sebagai sebuah proses, pendidikan haruslah dimulai sejak awal dan membutuhkan waktu nan tidak singkat. Selain itu proses ini terus berkelanjutan. Tidak dapat jika kita ingin mengubah konduite seseorang dalam sekejap saja tanpa melalui sebuah proses. Apalagi jika latar belakangnya tidak memiliki pendidikan karakter nan kuat.
Selain itu nan paling krusial dalam pendidikan ialah bukan soal usia, tetapi kemampuan psikologis nan memadai. Menurut psikolog pendidikan Chaplin (1992), Tardif (1987) dan Rober (1988), hakikat pendidikan ialah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh nan pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan nan dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Jadi, pendidikan lebih dari sekedar pedagogi sebuah sekolah atau lembaga.
Lingkungan sekitar kita ialah bagian dari proses pendidikan kita. Misalnya saja jika ingin mengetahui tentang tumbuhan, kita dapat langsung terjun ke alam buat melihat langsung. Jika ingin mengetahui tentang gejala-gejala alam, alam pun senantiasa hadir buat memberikan ilmunya. Untuk itulah pentingnya membaca dan memahami isi bacaan.
Tak perlu menunggu klarifikasi di bangku sekolah buat mengetahui sesuatu hal. Hal ini juga salah satunya dapat diterapkan sejak dini. Orang tua seyogyanya mampu mendampingi pendidikan anak-anak.
Jika orang tua hanya menyerahkan sepenuhnya tugas mendidik pada sekolah saja, anak hanya akan mendapat sedikit ilmu. Pendidikan fundamental pada anak justru berawal dari keluarga. Ini lebih dari sekedar sebuah teori-teori pengetahuan.
Pendidikan dalam keluarga ialah kunci krusial peran pembentukan kepribadian anak. Anak belajar buat dihargai. Anak belajar toleransi, dan menyayangi. Anak belajar berdikari dan belajar bertanggung jawab. Belajar merupakan salah satu karakteristik khas berjalannya sebuah proses pendidikan.
Secara teoritis belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku, namun tak semua perubahan tingkah laku organisme bisa dianggap belajar. Perwujudan konduite belajar biasanya tampak dalam perubahan beberapa perilaku. Adapun perubahan nan tampak akan diuraikan sebagai berikut.
Perwujudan Konduite Belajar Dalam Pendidikan Adalah:
- Munculnya Norma
Setiap orang nan mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya juga akan tampak berubah. Kebiasaan terjadi sebab adanya proses pembiasaan. Misalnya seseorang nan belajar buat bangun pagi setiap hari, maka dia pun akan berusaha buat bangun setiap pagi.
- Memiliki ketrampilan
Tentunya ini sebanding dengan hasil belajar nan diperoleh. Untuk bisa membuat kuliner atau kue, seseorang perlu belajar memasak terlebih dahulu. Hasilnya ketrampilan membuat kue atau kuliner pun akan ia dapatkan. Bahkan ketrampilan dalam berpikir secara runtut dalam menyelesaikan masalah juga merupakan pengejawantahan sebuah hasil belajar. Oleh sebab itu pendidikan adalah buat memiliki suatu keterampilan.
- Hasil pengamatan
Pengamatan berarti proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan nan masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Dari pengalaman dalam hal pengamatan tersebut seseorang mampu mengamati sesuatu dengan lebih objektif sebelum mencapai pengertian.
- Memiliki cara berpikir asosiatif dan daya ingat nan baik
Berpikir asosiatif berarti berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Sedangkan daya ingat berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam mewujudkan konduite berpikir asosiatif dalam proses belajarnya. Artinya semakin banyak seseorang belajar dengan berpikir asosiatif maka semakin banyak pula memori nan ia punyai.
- Berpikir rasional dan kritis
Ini juga termasuk salah satu karakteristik proses dalam pendidikan nan sangat diperlukan dalam hal pemecahan sebuah masalah. Seseorang nan mampu berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip ketika harus menjawab suatu pertanyaan. Logikanya dalam menentukan karena dampak serta menganalisa akan teruji. Hal ini berkaitan dengan kemampuan kognitif nan dimilikinya.
- Tingkah laku afektif
Tingkah laku afektif merupakan perwujudan dari berbagai perasaan nan muncul dari diri seseorang. Seseorang nan sudah mengalami proses pendidikan akan menjadi lebih tahu dalam situasi seperti apa saja dan dalam bentuk apa buat mengungkapkan sebuah perasaan. Tidak semua perasaan bisa diungkapkan begitu saja tanpa memandang perasaan orang lain.
Hal ini juga termasuk salah satu cara belajar tentang budi pekerti nan saat ini sedang digalakkan pemerintah. Bagaimana kasih sayang seseorang dalam menghargai orang nan lebih tua dan sesamanya. Dalam sebuah proses pendidikan, nan diharapkan ialah output nan tidak hanya berilmu tetapi juga memiliki sikap nan patut diteladani. Apalagi di era sekarang ini kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat merupakan hal nan penting.
Karakteristik Seseorang Yang Mengalami Proses Pendidikan Adalah:
- Memiliki tanggung jawab sosial
- Menyikapi masalah nan dihadapi dengan pikiran nan logis dan rasional
- Tidak mudah menyimpulkan sesuatu tanpa melakukan penyelidikan terlebih dahulu
- Memiliki sikap menghargai, peduli, dan objektif dengan konduite orang lain
- Mengembangkan konduite jujur
- Mampu mem-filter dengan logis pengetahuan-pengetahuan baru nan masuk
- Menjadikan perilaku-perilaku positif sebagai kebiasaannya.
Semua karakteristik tersebut idealnya memang dimiliki seseorang nan mengaku berpendidikan. Jadi, bukan agunan sebuah sekolah atau forum berharga selangit lah nan membentuk konduite itu semua. Perilaku-perilaku positif hasil pendidikan tersebut bisa diajarkan sejak usia dini pada anak dalam keluarga.