Pro dan Kontra Alat Transportasi Becak
Artikel ini akan membahas tentang alat transportasi becak. Becak ialah salah satu alat transportasi tradisional dari Indonesia. Saking populernya, ada sebuah lagu nan liriknya mengisahkan tentang alat transportasi ini. Anda niscaya pernah mendengar penggalan lagu anak-anak berikut ini. Lagu itu bercerita tentang sebuah alat transportasi becak .
"Aku mau tamasya, berkeliling-liling kota.
Hendak melihat-lihat keramaian nan ada.
Aku panggilkan becak, kereta tidak berkuda.
Becak-becak, jalan hati-hati."
Bicara tentang transportasi, pastinya bicara tentang alatnya. Entah itu mobil, motor, bahkan becak. Nah, buat alat transportasi nan disebutkan terakhir itu, sudah tak lagi dapat ditemukan di Jakarta, namun masih banyak di daerah Yogya, Bandung dan beberapa loka lainnya.
Becak ialah alat transportasi seperti sepeda beroda tiga. Namun, sudah dimodifikasi agar dapat ditumpangi. Posisinya seperti gerobak dengan kedudukan penyetir lebih tinggi. Yah, tentu saja lebih tinggi, agar penyetir dapat melihat ke depan. Becak, alat transportasi roda tiga nan tak memerlukan bahan bakar. Agar dapat jalan, si pengendara harus mengayuh pedal sepeda becaknya, dan becak pun melaju.
Becak memang alat transportasi tradisional nan tak menimbulkan polusi dan ramah lingkungan. Namun, becak juga merupakan salah satu biang stagnasi di jalan raya primer nan dilalui motor dan mobil. Bayangkan bila di jalan raya, motor dan mobil melesat dengan kecepatan tinggi. Becak tampak tertatih-tatih berjalan. Karena kondisinya nan lamban, dan kadang si pengendara nan suka seenaknya berjalan, malah dapat menimbulkan bahaya bagi pengendara lainnya.
Sejarah Alat Transportasi Becak di Indonesia
Awal mula pembuatan becak hingga kini tidak ada nan tahu pasti. Kapan becak mulai dikenal di Indonesia pun tidak ada nan mengetahuinya secara pasti. Sebuah sumber mengatakan bahwa becak didatangkan ke Jakarta atau dulu bernama Batavia dari Singapura dan Hongkong pada era 1930-an.
Hal ini semakin diperkuat dengan catatan perjalanan wartawan asal Jepang ke daerah-daerah di Indonesia, termasuk ke Kota Makassar. Dalam sebuah catatan nan berjudul Pen to Kamera , becak pernah ditemukan oleh orang Jepang nan tinggal di Kota Makassar dan memiliki toko sepeda. Karena penjualannya berkurang drastis, pemilik toko sepeda ini berupaya agar sepeda-sepedanya nan tak terjual bisa dikurangi. Lalu, dibuatlah kendaraan roda tiga bernama becak.
Desain Alat Transportasi Becak
Seperti apa desain alat transportasi tradisional ini? Alat transportasi becak memiliki 3 roda, yaitu 2 roda di bagian depan dan 1 roda di bagian belakang. Dua roda nan ada depan ini dihubungkan dengan sebuah poros tetap. Selain itu, kedua roda tersebut bisa digerakkan secara bersamaan dengan porosnya buat membelok-belokkan becak.
Sementara itu, loka duduk pengemudi becak berada hampir di atas roda belakang. Dari loka duduk inilah, pengemudi becak menggenjot pedal dan rantai nan menggerakkan atau memutar roda belakang. Lalu, di mana loka buat penumpang? Penumpang becak duduk di kursi nan terletak di atas dua roda depan.
Becak pun dilengkapi dengan alat peredam guncangan nan ada di bagian depan berbentuk per daun. Per ini dipasang di antara poros roda dan badan atau bodi becak. Biasanya, penumpang becak terlindungi oleh badan becak nan terbuat dari kayu, atap terpal, dan epilog bagian depan becak nan terbuat dari plastik transparan. Epilog depan ini spesifik dipakai saat hujan.
Komponen lainnya dari alat transportasi ini ialah alat penghenti atau rem. Sebagai alat penghenti, becak dilengkapi dengan sebuah rem sederhana nan berfungsi menghentikan perputaran roda belakang. Rem sederhana ini digerakkan oleh si pengemudi becak memakai sebuah tongkat nan berada di antara kursi pengemudi dan kabin penumpang. Perlu diketahui bahwa desain becak ini mirip sekali dengan bakfiets, gerobak barang tradisional Belanda.
Pro dan Kontra Alat Transportasi Becak
Seperti nan sudah dijelaskan sebelumnya bahwa becak ialah alat transportasi nan ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi udara. Becak pun tidak menyebabkan kebisingan serta dapat dimanfaatkan sebagai wahana objek wisata bagi para wisatawan luar negeri.
Walaupun begitu, keberadaan becak di kawasan perkotaan dianggap menganggu lalu lintas karena kecepatannya jauh lebih lambat daripada alat transportasi lain seperti mobil dan motor. Ada juga nan beranggapan bahwa becak itu tidak nyaman dilihat sebab bentuknya terkesan antik dan kurang modern.
Di Indonesia, satu-satunya kota nan sudah secara resmi melarang kahadiran becak ialah Jakarta. Ya, di kota ini, becak sudah dilarang beroperasi sejak akhir dasawarsa 1980-an. Alasan resminya saat itu becak merupakan pendayagunaan manusia atas manusia. Sebagai penggantinya, hadirlah ojek, bajaj, dan Kancil.
Sementara itu, di tempat-tempat lainnya, becak masih banyak dijumpai dan masih diperbolehkan beroperasi seperti di Solo, Surakarta, Wonogiri, dan Pacitan. Spesifik buat daerah Pacitan, becak di sana hanya dipakai sebagai wahana transportasi wisata.
Modernisasi Alat Transportasi Becak
Untuk meningkatkan kemampuan becak serta mendorong pemakaian kendaran tidak bermotor menjadi tren, di sejumlah negara maju dikembangkan becak nan dilengkapi gigi akselerasi atau transmisi seperti pada sepeda modern. Desainnya pun dibuat aerodinamis dan posisi pengemudi ada di depan ruang penumpang. Tren ini berbentuk alat transportasi generik nan bebas polusi bertenaga manusia (dikayuh) dan dinamai velotaxi. Becak modern ini dapat kita jumpai salah satunya di Harmburg, Jerman.
Hal nan sama pun dilakukan di Yogyakarta. Kini, di Yogyakarta, ada sebuah upaya buat melakukan modernisasi terhadap becak. Modernisasi becak ini dilakukan oleh pihak Universitas Gadjah Mada (UGM), yaitu Unit Studi Transportasi, Puspar, Institute for Transportation and Development Policy, New York, Pemerintah Daerah, dan Kadin. Tujuannya ialah buat mewujudkan transedental peran becak dalam pengembangan pariwisata Kota Yogyakarta.
Alat Transportasi Becak - Becak Oh Becak, Nasibmu Kini
Becak sekarang masih dipakai sebagai alat transportasi, namun sebab terbatas, ditambah harganya nan mahal, orang nan hendak memakainya pun berkurang drastis. Dengan banyaknya motor dan begitu mudahnya persyaratan buat memiliki motor sendiri, maka semakin menurun drastislah pengguna becak. Belakangan, di sekitar pangkalan becak, para pengendara becak lebih banyak nongkrong sebab kekurangan penumpang. Malah ada dari mereka nan bermain catur ataupun berjudi.
Biaya buat naik becak lebih tinggi daripada naik ojek. Untuk perjalanan sejauh satu sampai dua kilometer saja harga naik becak dapat mencapai 20-30 ribu. Karena mahal dan lamban, orang-orang sekarang lebih suka beralih pada ojek. Selain lebih cepat, ojek juga mampu menyelip di pinggir jalan. Penggunaan ojek juga tak terbatas, sebab tak adanya embargo bermotor seperti embargo pada becak.
Mungkin kelak becak akan benar-benar hilang dari bumi Indonesia dan jasad becak akan terpampang di museum nasional sebagai salah satu wahana transportasi tradisional, mengikuti Andong nan sudah lebih dulu masuk museum Jakarta.
Itulah sejarah dan kisah panjang alat transportasi becak. Semoga bermanfaat!