Solar Cell dan Energi Alternatif

Solar Cell dan Energi Alternatif

Solar Cell dan SilikonSolar cell diartikan sebagai sel surya. Sel surya dikenal juga dengan nama sel photovoltaic. Secara sederhana, bisa dikatakan bahwa sel surya bertugas mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik nan berguna bagi manusia. Ini berhubungan dengan optimalisasi energi alternatif bagi dunia. Matahari ialah sumber cahaya dan panas terbesar di bumi.

Suhu asal matahari mencapai ribuan derajat dan hanya sampai di bumi sebagian kecil saja. Namun matahari memiliki pengaruh nan luar biasa bagi kehidupan di bumi ini.Tentu akan sangat mengerikan global ini jika tak ada matahari nan setia bersinar menerangi bumi setiap saat. Matahari membuat tanaman sukses melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen nan dibutuhkan oleh makhluk hidup.

Badai di matahari pun dapat menyebabkan terjadinya masalah komunikasi dan listrik di bumi.Matahari merupakan sumber energi nan tak ada habisnya, sampai hari kiamat nanti. Jadi, akan sangat sayang jika energinya tak dimanfaatkan dengan baik. Itulah nan kemudian membuat orang terdorong buat mengoptimalkan cahaya matahari dalam solar cell.

Solar cell pertama kali ditemukan oleh para penemu dari Bell Laboratories. Peristiwa inovasi solar cell terjadi pada 1954, ketika para teknisi laboratorium menemukan p-n junction nan bisa mengubah sinar matahari menjadi energi listrik. Tahukah Anda apa nan mengandung p-n juction ini? Ternyata silikon! Akan tetapi, masa itu inovasi krusial ini belum mendapa respon positif seperti nan diharapkan.

Mungkin kebanyakan orang masih memandang rendang dengan silikon ini. Akan tetapi, dalam perjalanannya kemudian terbukti kalau silikon memang memberi kegunaan bagi manusia. Jadi, tak sekadar berhubungan dengan global kosmetik belaka.

Solar cell dan silikon memang tak bisa dipisahkan begitu saja. Silikon merupakan unsur kimia berlambang Si dengan nomor atom 14. Penemu senyawa ini bernama Jakob Berzelius dan merupakan unsur kedua terbanyak di bumi ini. Silikon banyak dibuat menjadi serat optik dan banyak dipakai dalam proses operasi plastik. Selama ini, itulah nan identik dengan silikon. Belum lagi pemberitaan negatif seputar silikon. Mungkin membuat banyak pihak memandang rendah pada senyawa ini.

Di awal-awal, silikon memang lebih dikenal sebagai produk tidak terpakai di sektor industri semikonduktor. Hal ini disebabkan sebab kadar kemurniannya dianggap terlalu rendah. Akan tetapi, seiring dengan semakin meningkatnya pengetahuan tentang silikon, senyawa ini pun semakin dimaksimalkan penggunaannya. Silikon menjadi bahan dasar buat pembuatan microprecessor atau microchip.

Industri solar cell sendiri membutuhkan kehadiran silikon. Seiring dengan semakin maksimalnya penggunaan silikon, kian meningkat pesat pula pemakaiannya di dunia. Bahkan, saat ini diperkirakan kalau 85% sel surya nan ada di global saat ini terbuat dari silikon. Sungguh suatu jumlah nan cukup besar, bukan?



Solar Cell dan Energi Alternatif

Solar cell tentunya terlahir dampak keprihatinan manusia terhadap menipisnya sumber energi di global ini. Anda tentu sangat maklum kalau pembangkit listrik tradisional telah menyerap energi nan besar dari minyak bumi. Sementara, minyak bumi sendiri jumlahnya makin berkurang dan diperkirakan tak lama lagi akan benar-benar habis. Ini ialah suatu kondisi nan sangat dilematis sekaligus mengancam.

Selama ini, global sudah sangat bergantung pada minyak bumi demikian tinggi. Seolah-olah kita tak bisa hayati lagi tanpa kehadiran senyawa ini. Kita pun ingat bagaimana sebuah negara rela menyerang negara lain dengan dalih hak asasi manusia. Padahal alasan sebenarnya ialah perebutan minyak bumi. Bukankah ini sebuah bertentangan dengan harapan nan menakutkan? Orang rela berperang dan menghabiskan uang jutaan dolar hanya sebab minyak bumi.

Selain memanfaatkan cahaya matahari dengan memanfaatkan solar cell , ada beberapa tenaga alternatif lainnya nan kini mulai banyak digunakan. Sebutlah air sebagai contoh. Air ialah kebutuhan vital bagi kehidupan. Air juga mempunyai kekuatan super nan sulit buat dilawan. Lihat saja apa nan terjadi saat terjadi tsunami di Nangroe Aceh Darussalam pada akhir 2005. Rekaman gambar bagaimana air nan datang meluluh-lantakkan tanah Serambi Mekkah saat itu begitu membekas di ingatan kita.

Tayangan tersebut telah diputar ribuan kali. Bahkan hingga saat ini pun masih sering ditayangkan buat berbagai keperluan. Air nan begitu dahsyat telah merenggut nyawa lebih dari 100 ribu jiwa penduduk Nanggroe Aceh Darussalam.Kini banyak pihak nan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Air atau nan biasa dikenal dengan nama PLTA.

Kekuatan air nan luar biasa ini dimanfaatkan dengan jeli sehingga bisa menghasilkan tenaga listrik nan dibutuhkan oleh masyarakat. PLTA biasanya dibangun di sekitar area sungai nan beraliran deras.

Sebuah waduk protesis pun dibangun buat menampung air sungai tersebut. Air itu nantinya akan dialirkan ke loka eksklusif dengan melalui sebuah pintu khusus. Semuanya diatur sedemikian rupa sehingga air kelak mampu memutar turbin. Jika turbin sudah berputar dengan baik, maka diharapkan akan mampu menggerakkan generator pula. Pada akhirnya, proses itu akan membuat generator menghasilkan listrik.Seperti halnya solar cell, posisi turbin dalam PLTA mempunyai peran nan penting.

Solar cell semakin dibutuhkan dewasa ini sebab global sedang menggalakkan pemakaian energi alternatif. Penggunaan energi alternatif solar cell ini tentu terkait dengan isu pemanasan dunia nan makin mengemuka beberapa tahun belakangan ini.Memang, tak bisa dipungkiri kalau penghematan bahan bakar fosil sudah menjadi keharusan nan tak bisa ditawar-tawar lagi. Mengingat begitu krusialnya masalah lingkungan dan ketersediaan bahan bakar fosil nan kian menipis.

Selain solar cell dan turbin, kincir angin juga menjadi alat buat menangkap energi alternatif. Angin juga memiliki kekuatan nan maha dahsyat. Typhoon nan biasa terjadi di bahari tropis membentuk corong besar dengan ketinggian hingga 12.000 meter. Sementara, tornado nan sering terjadi di benua Amerika punya kecepatan hingga 100 meter per detik! Di tahun 1931, sebuah badai tornado di Minnesotta telah menyapu manusia sebanyak 117 orang!

Sungai Missisippi ialah daerah nan sering dilanda tornado. Dalam setahun, terjadi lebih kurang 150 kali agresi tornado di sana. Nah, angin ini sering dimanfaatkan sebab menghasilkan gerakan nan mengandung energi kinetik. Jadi, tak heran jika diciptakan area semacam “menangkap angin” nan mengapung di tengah lautan luas. Karena memang pada dasarnya kecepatan angin bahari lebih tinggi dibanding angin di darat. Kondisi lautan nan hanya diisi permukaan air yang datar menjadi laba tersendiri.

Lain halnya jika menangkap angin itu dilakukan di daratan. Ada banyak sekali penghalang nan membuat angin tak ditangkap dengan sempurna. Misalnya, gedung, bukit, atau gunung.Sebenarnya, apa nan sedang terjadi pada global nan kita tempati ini?

Menurut berbagai penelitian, persediaan minyak bumi hanya akan bertahan hingga tahun 2070. Dan itu hanya beberapa puluh tahun saja lagi. Memang, masih ada batu bara nan pasokannya diperkirakan akan mampu memenuhi kebutuhan manusia hingga tahun 2300. Intinya sama saja, persediaan energi fosil terancam akan segera habis dan lenyap dari muka bumi ini.

Jika ini terjadi, bisa dibayangkan seperti apa kehidupan nan harus dijalani oleh masyarakat masa depan. Tanpa lampu, tanpa kendaraan bermotor seperti saat ini. Hal ini nan memicu buat dikembangkannya proyek-proyek nan meneliti pemanfaatan energi alternatif.Kini, penggunaan solar cell pun kian mendunia. Manusia menyadari pentingnya memanfaatkan energi alternatif, seperti solar cell, dari sumber nan berumur panjang selagi global masih berputar, matahari.

Salah satu negara nan paling giat mengembangkan teknologi solar cell ialah Jepang. Apalagi setelah mengalami bala dengan meledaknya reaktor nuklir di negara itu pada 2011. Solar cell menjadi aternatif buat mengolah energi nan melimpah dan tak ada habisnya ini. Jadi, diharapkan peran minyak bumi dan energi fosil lainnya akan bisa segera diambil-alih oleh energi alternataif solar cell.