Energi Ramah Lingkungan

Energi Ramah Lingkungan

Sumber energi panas bumi ialah energi nan dihasilkan dari perut bumi dampak gerakan magma nan bersuhu tinggi. Energi kalor nan disimpan oleh magma tersebut digunakan buat membangkitkan pembangkit listrik. Selain itu, energi panas tersebut biasa digunakan buat kegiatan komersil, seperti pengeringan hasil pertanian, pengeringan kayu, pemanasan ruangan, dan pemanasan tanah.

Penggunaan energi geothermal sudah lama dilakukan. Tercatat, Italia telah menggunakan sumber energi geothermal pada 1913. Sementara itu, Selandia Baru mulai mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber energi ini pada 1958. Penggunaan sumber energi baru, seperti energi panas bumi, merupakan salah satu jawaban buat mengantisipasi habisnya energi dari bahan bakar fosil.



Kajian Teoritis Sumber Energi Panas Bumi

Listrik dan minyak bumi merupakan kebutuhan primer masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Sektor industri dan perdagangan ialah nan paling banyak menggunakan dua sumber energi primer tersebut. Industri memiliki peran primer dalam menyokong perekonomian suatu negara. Mesin ialah bagian dari proses kegiatan industri.

Untuk bisa menggerakkan mesin-mesin dalam proses produksi, dibutuhkan listrik berkekuatan tinggi. Sementara dalam hal pendistribusian, bahan bakar minyak menjadi faktor penggeraknya. Kedua sektor ini harus mengimbangi kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM nan hampir dapat dipastikan akan berimbas pada iklim investasi.

Siapa nan tak tahu minyak bumi. Minyak bumi ialah salah satu kebutuhan pokok manusia sekarang ini. Manusia tak akan pernah lepas dari kebutuhannya dari minyak bumi.

Minyak bumi ialah campuran komplek hidrokarbon plus senyawa organik, yaitu dari sulfur, oksigen, nitrogen, dan senyawa lainnya nan mengandung konstituen logam, terutama nikel, besi, dan tembaga.

Bahan minyak bumi ialah komposisi nan bervariasi, bukan bahan nan uniform, tergantung pada lokasi bahannya, umur dari lapangan minyaknya, dan juga tergantung pada kedalaman sumur buat mengambil minyak tersebut.

Kandungan di dalam bahan minyak bumi parafinik nan ringan ialah kandungan hidrokarbon nan isinya tak kurang dari 97%. Sedangkan dalam kandungan minyak buki jenis asphaltik berat, kandungan hidrokarbonnya paling rendah sekitar 50%.

Di dalam minyak bumi terdapat perbandingan unsur-unsur nan sangat bervariasi. Berikut ini unsur-unsur nan terdapat pada minyak bumi berdasarkan hasil analisa ialah sebagai berikut.

  1. Kandungan karbon sekitar 83-87%

  2. Kandungan hidrogen sekitar 10-14%

  3. Kandungan nitrogen sekitar 0,1-2%

  4. Kandungan oksigen sekitar 0,05-1,5%

  5. Kandungan sulfur sekitar 0,5-6%

Di dalam minyak bumi, kandungan hidrokarbon memiliki komponen-komponen nan bisa diklasifikasikan menjadi tiga golongan. Berikut ini komponen hidrokarbon dalam minyak bumi, yaitu sebagai berikut.

  1. Komponen hidrokarbon golongan Parafinik

  2. Komponen hidrokarbon golongan Naphthenik

  3. Komponen hidrokarbon golongan Aromatik

Di dalam golongan olefinik, pada umumnya tak bisa ditemukan dalam crude oil. Begitu juga di dalam hidrokarbon asetilenik, sporadis ditemukan bahan minyak bumi.

Kandungan nan ada di dalam crude oil ialah sejumlah senyawa non-hidrokarbon, terutama senyawa sulfur, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, senyawa organo metalik nan berjumlah kecil sebagai larutan, dan garam anorganik sebagai suspensi koloidal.

Seperti telah dijelaskan, energi geothermal berasal dari panas nan ada dalam dapur magma. Energi panas nan tersimpan dalam dapur magma tersebut naik ke permukaan melalui prosedur konduksi dan konveksi.

Mekanisme konduksi terjadi jika perambatan panas terjadi melalui batuan nan ada di sekitar dapur magma. Prosedur konveksi terjadi jika perambatan panas terjadi melalui uap air nan terus menerus mengalir.

Massa air akan cenderung tertarik ke pusat bumi. Karena adanya pemanasan, massa jenis air akan menjadi lebih rendah, sehingga akan mengapung ke permukaan. Uap air nan lebih rendah massa jenisnya akan naik ke permukaan dan digantikan oleh massa air nan lain. Proses tersebut terjadi secara siklis.

Lalu, bagaimana para insinyur mengetahui adanya sumber panas bumi? Keberadaan sumber energi panas bumi dilihat dari gejala-gejala nan biasa terjadi di lapangan. Gejala-gejala tersebut, di antaranya adanya kolam air panas, geyser, lumpur panas, dan mata air panas. Gejala-gejalan tersebut kemudian dieksplorasi kandungan dan potensi energi geothermal nan tersimpan.

Pada prinsipnya, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mempunyai kecenderungan proses kerja dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Bila pada PLTU, pembangkit nan digunakan ialah uap air nan dihasilkan oleh boiler, pada PLTP boiler alami ialah dapur magma. Prosedur nan terjadi pun hampir mirip. Uap air nan dihasilkan oleh boiler tersebut dialirkan menuju turbin. Turbin berputar dan mengkonversi energi nan disimpannya menjadi energi listrik.

Pada beberapa kasus, uap air nan disimpan pada geothermal tak berbentuk uap murni. Uap tersebut masih tercampur dengan air. Oleh sebab itu, air tersebut terlebih dahulu dipisahkan dengan menggunakan separator. Uap air nan terpisah digunakan buat memutar turbin.



Energi Ramah Lingkungan

Berdasarkan penelitian, emisi nan dihasilkan dampak pembangkit listrik menggunakan geothermal nisbi rendah dibanding sumber energi lainnya. Emisi karbon dioksida nan dihasilkan tercatat sebesar 180-200kg/MWh. Bandingkan dengan emisi karbon nan dihasilkan batubara, yakni sebesar 900-1000kg/MWh. Energi geothermal dapat menjadi potensi nan menjanjikan dalam mendukung isi Protokol Kyoto.

Energi alternatif ialah energi cadangan nan banyak tersedia di alam sekitar. Sama halnya fosil nan digali sebelum diteliti dan diolah sedemikian rupa, sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal demi keberlangsungan hayati penduduk dunia. Energi ini bisa dicari dan diteliti taraf probabilitas dari potensi nan dimilikinya.

Bayangkan bila dahulu para ilmuan tak mengambil langkah niscaya buat meneliti fosil, kemungkinan saat ini kita tak akan mengenal bahan bakar bensin dan minyak lain, serta kendaraan bermotor nan memudahkan perjalanan dari atau ke loka nan jauh.

Dahulu, batu bara pernah digunakan sebagai bahan bakar penggerak lokomotif dan mesin uap. Namun, sejak ditemukannya bahan bakar lain nan lebih kondusif dan murah, penggunaan batu bara mulai dihentikan secara perlahan sebab dianggap tak ekonomis. Kini, batu bara cair atau coal liquefaction mulai dilirik kembali sebagai bagian dari sumber energi alternatif nan terbarukan.

Di Afrika Selatan, terdapat perusahaan nan meneliti pencairan batu bara. Mereka menemukan bahwa pencairan itu bisa mengubah batu bara menjadi minyak, seperti gasoline, diesel, jet fuel, dan gas, serta bahan kimia, seperti pupuk dan metanol. Hal ini tentu sangat menggembirakan di tengah isu terbatasnya ketersediaan minyak bumi.

Indonesia pada 2004 membuat pangkalan spesifik di Cirebon nan mengurusi program pencairan batu bara. Dengan menggunakan teknologi dari Jepang, IBCL atau Improve Brown Coal Liquefaction , Indonesia terus melaju mengembangkan program ini. Begitu banyaknya persediaan batu bara di Nusantara memungkinkan kita tak lagi bergantung pada minyak bumi.

Mungkin bahan bakar batu bara ini juga dapat digunakan buat menggantikan bensin buat kendaraan. Selain bisa menghemat pengeluaran BBM, juga bisa mengurangi polusi udara nan sebagian besar dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor.

Akan tetapi, perlu diingat tentang energi panas bumi. Bumi ini semakin panas sebab beberapa faktor nan sangat merugikan kehidupan makhluk hayati di global ini, sehingga perlu adanya pelestarian lingkungan.

Lahan pertanian dan hutan-hutan nan ada di sekitar kita semakin berkurang. Banyak perumahaan nan dibangun di huma pertanian. Pembangunan pabrik dan perkantoran banyak dibangun dan menggunakan huma pertanian. Hutan-hutan digunduli sebab lahannya akan digunakan sebagai pembangunan rumah atau industri-industri.

Pepohonan ditebang sebab manusia semakin membutuhkan kayu buat kehidupannya. Membangun rumah, perabotan rumah tangga, kertas, dan barang-barang lainnya nan berasal dari kayu semakin dibutuhkan.

Program go green yang diusung beberapa tahun ini tak terlalu dipedulikan. Penanaman seribu pohon buat mengurangi global warming juga tak terlalu mendapatkan respon dari masyarakat.

Padahal program tersebut sangat bagus, tapi sebab tak didukung penuh oleh masyarakatnya dan fasilitasnya kurang, maka program tersebut hanya sebagai bahan perbincangan saja. Hanya ada slogan-slogan nan dipampang di depan umum.

Program tersebut digembor-gemborkan, tapi penebangan pohon pun semakin banyak. Penggundulan hutan dan gunung terus meningkat, sedangkan penanaman kembali pohonnya tak dilakukan.

Gunung nan gundul dibiarkan begitu saja, sehingga menjadi gersang dan tanahnya tandus dan global warming semakin meningkat. Pohon sebagai sumber nan bisa mengurangi global warming malah habis ditebang. Rumah-rumah kaca semakin banyak. Jadi, jangan heran jika keadaan bumi ini semakin hari semakin panas.

Daerah perkotaan nan sporadis di tanam pepohonan dan banyaknya rumah kaca, hawanya panas dan tak sejuk. Berbeda apabila di pedesaan nan keadaan alamnya masih banyak pepohonan dan rumah-rumah kaca masih jarang, hawanya itu sejuk dan segar.

Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman memang sangat mempengaruhi keadaan sumber daya alam di Indonesia. Indonesia nan terkenal sebagai negara agraris sudah mulai luntur sebab huma pertaniannya semakin sempit.

Hal tersebut memang harus segera diatasi, bagaimana pun bentuknya. Mulailah dari diri sendiri dengan mencintai lingkungan di sekitar kita. Menanam pohon di depan rumah dan merawatnya, itu sebagai salah satu bentuk kepedulian kita terhadap lingkungan dan menghemat BBM. Semoga informasi sumber energi panas bumi tersebut bermanfaat bagi Anda.