Alat Ukur Kepuasan Kerja
Apa itu alat ukur kepuasan kerja ? Di dalam sebuah perusahaan, keberadaan karyawan atau pegawai ialah ujung tombak dari jalannya atau transedental dari perusahaan itu sendiri. Baik buruknya pandangan hidup kerja nan dilakukan oleh karyawan maka akan sangat menentukan baik buruknya dari penjalanan proses perusahaan. Untuk itu, amatlah krusial dari keberadaan alat ukur kepuasan kerja.
Alat Ukur Kepuasan Kerja
Apa maksud dari alat ukur kepuasan dalam bekerja ? Maksud dari alat ukur kepuasan dalam bekerja ialah bagaimana buat mengetahui taraf dari rasa puas nan telah dimiliki oleh karyawan dalam segala hal nan ada di dalam lingkungan kerjanya.
Komponen
Komponen dari kepuasan kerja ini bisa menyangkut beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Kepuasaan dalam Pekerjaan Itu Sendiri
Seperti nan banyak dikatakan oleh sebgian dari trainer atau para motivator bahwa ketika bekerja haruslah dimulai dari hati atau haruslah mencintai apa nan kita kerjakan. Ketika pekerjaan dijalankan dengan hati, maka akan timbul perasaan suka dan menyenangi pekerjaan itu sendiri. Hal ini akan memberikan pengaruh nan sangat besar akan terhadap pandangan hidup kerja nan dihasilkan oleh karyawan itu sendiri.
Maka dari itulah, amatlah krusial bagi pihak perusahaan buat mencari orang-orang nan akan direkrut ialah orang-orang nan memiliki dedikasi ataupun passion terhadap apa nan akan dikerjakan. Dengan adanya passion ini, akan membuat begitu mudah bagi karyawan buat melakukan pandangan hidup kerja nan sangat baik, sebab dari hati ia akan bekerja.
Lain halnya dengan sebagian dari karyawan nan merasa bahwa pekerjaan di hadapan dirinya ialah sebuah pilihan terakhir di mana tidak ada lagi pilihan lain. Maka tentunya, pekerjaan nan akan dijalankan hanya akan dilakukan dengan sepenuh hati atau hanya sekadar sebagai sebuah ladang penghasilan tanpa memiliki keinginan buat sebuah pengabdian.
Sebagai sebuah contoh konkret ialah seorang lulusan diploma nan merasa kesulitan buat mengajar di taraf sekolah dasar, mengenah ataupuan atas. Karena kita tahu bahwa saat ini buat mengajar di level nan telah disebutkan harus memiliki gelar paling tak ialah Tingkatan 1. Lalu, ketika ada tawaran buat mengajar di taraf pendidikan usia dini atau PAUD, maka tawaran akan diambil.
Dalam menjalani tugas sebagai pengajar taman kanak-kanak dan tanpa didasari dengan sebuah rasa cinta kepada global anak-anak hanya sebab keterpaksaan, tentunya hal ini akan memberikan pengaruh kepada pandangan hidup kerja dirinya. Hal nan dilakukan hanyalah sebuah penunaian kewajiban sebagai seorang guru tanpa adanya sebuah tanggung jawab nan lebih besar sebagai seorang pengajar.
2. Kepuasan Timbal Balik nan Diberikan atau Dinamakan dengan Gaji
Secara nyata, semua orang melakukan pekerjaan atau berniat memiliki pekerjaan ialah buat mendapatkan gaji. Sebuah hal nan konkret bahwa semakin tinggi gaji nan diberikan, maka akan memengaruhi pandangan hidup kerja dari kebanyakan kita. Hal ini memang tak bermaksud buat menjadikan setiap dari pekerja ialah seorang nan materialistik, tetapi memang kondisi di lapangan atau kondisi realistis ialah seperti itu.
Kepuasan karyawan akan sangat ditentukan oleh bagaimana baku gaji nan diberikan, apakah memang sudah sinkron dengan baku nan ada dan juga keinginan atau kebutuhan dari karyawan. Misalnya ialah dengan kerja seharian atau di jangka waktu nan lumayan lama, tetapi masih mendapatkan gaji nan di bawah standar, maka hal ini tentunya akan mengurangi kepauasan kerja karyawan dan secara konkret juga akan memengaruhi pandangan hidup kerja atau kualitas kerja dari karyawan itu sendiri.
Lain halnya ketika gaji nan diberikan oleh perusahaan kepada karyawan sudah berada di atas baku dan karyawan sudah merasa puas akan besarnya gaji nan diberikan, maka karyawan akan memiliki tanggung jawab nan besar buat memberikan timbal balik kepada perusahaan atas apa nan telah diberikan oleh perusahaan kepada dirinya.
Hal ini sejatinya ialah sebuah hal yangangat wajar buat terjadi. Kebanyakan dari kita akan melakukan hal nan baik kepada siapa saja nan telah berbuat baik kepada diri kita. Sebaliknya, akan sangat sulit buat berbuat baik kepada orang nan tak berbuat baik kepada diri kita.
3. Kepuasan terhadap Pengawasan
Hal ini lebih berkaitan dengan bagaimana interaksi nan dibangun di antara atasan dan bawahan. Jika memang atasan sudah bisa buat memberikan kejelasan mengenai apa dan bagaimana nan harus dikerjakan oleh bawahannya, bawahan juga akan merasakan bentuk kepemimpinan nan sangat jelas.
Jika interaksi antara atasan dan bawahan dibuat dengan sedemikian luwes dan tidak kaku, tentu akan membuat aplikasi tanggung jawab di dalam perusahaan juga akan menjadi lebih lancar, tanpa adanya rasa canggung dan kaku kepada atasan.
Itulah beberapa komponen dari alat nan dijadikan buat mengukur kepuasaan kerja dari karyawan di sebuah perusahaan.
Perbedaan dalam Kepuasaan Kerja
Dalam taraf kepuasaan kerja ini, terdapat disparitas dalam masing-masing individu. Ada beberapa hal nan akan memengaruhi bagaimana disparitas mengenai individu ini dan hal ini menyangkut kepada hal-hal berikut.
1. Kepribadian Seseorang
Kepribadian secara konkret akan memberikan pengaruh terhadap bagaimana seseorang bisa merasakan kepuasaan kerja. Ada seorang nan sudah bisa merasa puas dan nyaman dengan segala situasi nan ada di sekelilingnya. Hal ini dibentuk oleh ciri diri. Sementara itu, ada sebagian orang nan sangat sulit buat mencapai tingkat puas, sebab memang ia memiliki baku kepuasaan nan juga tinggi. Hal ini erat hubungannya dengan kepribadian nan dimilikinya.
2. Umur dan Jenjang Karier
Semakin tua umur seseorang , kebanyakan akan semakin mudah buat merasa puas akan apa nan sudah dilakukan. Sementara, kebanyakan pekerja di usia nan masih nisbi muda akan lebih sulit buat merasa puas dengan apa nan sudah dijalankan.
3. Taraf Pendidikan nan Dimiliki
Semain tinggi taraf pendidikan nan dimiliki, maka kebanyakan akan merasa buat mendapatkan pekerjaan lebih baik. Jenjang pendidikan merupakan cara nan ditempuh oleh seseorang dengan biaya tak sedikit. Oleh sebab itu, mereka ingin jenjang pendidikannya tersebut mendapatkan penghargaan dengan cara mendapatkan pekerjaan nan lebih baik.
4. Gender
Masalah gender atau jenis kelamin juga menjadi masalah tersendiri dalam global kerja. Seorang wanita dirasakan akan lebih sulit mencari kerja jika dibandingkan pria. Namun, buat beberapa kasus, hal tersebut justru terbalik. Seorang wanita justru lebih mudah buat bisa bekerja daripada seorang laki-laki. Misalnya saja nan terjadi di pabrik rokok. Pegawai buruhnya nan diambil hanyalah berasal dari kaum hawa.
5. Etnik dan Budaya
Seseorang nan merupakan orisinil pribumi biasanya mendapatkan upah lebih kecil jika dibandingkan mereka nan merupakan kaum ekspatriat. Memang menyedihkan sekali ternyata orang pribumi mendapatkan nasib nan kurang baik di buminya sendiri.
Itulah ulasan seputar alat ukur kepuasan kerja. Disparitas dalam kepuasaan kerja memang terlihat sekali dalam ke lima masalah tersebut. Oleh sebab itu, harus diatasi agar tak menjadi masalah nan serius di dalam global kerja.