Langkanya Kayu Ulin
Ukiran Dayak merupakan kerajinan nan awalnya diciptakan oleh suku nan mendiami Pulau Kalimantan. Seni ukir pada kayu ulin ini memiliki bentuk nan dekat sekali dengan alam seperti bentuk paras dan tubuh manusia, tumbuhan, kembang anggrek, serta satwa. Ini juga menjadi karakteristik khas Suku Dayak dalam membuat perkakas buat keperluan rumah tangga dan bentuk rumah adat mereka.
Rumitnya Ukiran Dayak
Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai jenis ukiran populer nan berasal dari Bali, Jepara, Yogyakarta, dan bahkan Cina. Hal ini dikarenakan ukiran tersebut lebih mudah dipahami dengan harga terjangkau dan mudah didapatkan di tempatnya berasal atau sebagai komoditas ekspor dan impor nan tersebar secara merata ke berbagai pelosok dunia.
Ukiran Dayak terkenal dengan kerumitan coraknya. Setiap goresan pahatnya mengandung makna nan mendalam. Satu ukiran nan dibuat bisa bercerita tentang penggalan ritual adat nan dilakukan dan tersisip doa-doa dalam kepercayaan Suku Dayak.
Pengrajin ukiran ini dahulu memahat langsung kayu ulin dengan melihat tanda-tanda di sekitar alam. Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya pencerahan masyarakat akan komoditas nan bernilai ekspor ini, pengerjaan ukiran Dayak dilakukan dengan melihat contoh sketsa dengan lama pengerjaan sekitar 3 sampai 4 bulan.
Seni ukiran Dayak bernilai jual nisbi mahal dibandingkan seni ukiran dari Bali atau Jepara sebab kerumitan ini. Tiap detilnya mengandung unsur kepercayaan nan tinggi terhadap nenek moyang.
Langkanya Kayu Ulin
Minimnya bahan standar juga menjadi salah satu pertimbangan mahalnya ukiran Dayak. Kayu ulin menjadi satu-satunya bahan standar pembuatan ukiran. Kayu ulin banyak terdapat di hutan-hutan Kalimantan Timur. Kayu ini memiliki karakter keras dan kokoh, dengan permukaan licin dan berwarna kelabu muda, tak mudah lapuk terutama dampak terkena air, serta sulit dipatahkan layaknya besi.
Kelangkaan pohon ulin terjadi sejak 1999 di mana terjadi penjarahan dan pendayagunaan besar-besaran terhadap pohon ulin. Para penjarah berbondong-bondong memasuki kawasan hutan ulin buat mengambil batang kayu nan bisa dijadikan bahan standar bangunan, bahan standar pembuatan kapal, pengulas kayu, dan perabot rumah tangga. Namun, kini saat kayu ulin sudah semakin sedikit jumlahnya pemerintah mulai mengawasi pemanfaatannya.
Harga satu meter kubik kayu ulin dapat mencapai seribu dolar Amerika. Bila dijual per batang, harga kayu ulin buat pilar bangunan ditaksir senilai 38 juta hingga 45 juta rupiah. Dapat dibayangkan, buat pembuatan satu ukiran Dayak dapat menghabiskan bermeter-meter kubik kayu. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi nilai jual ukiran.
Ukiran Dayak tak hanya berupa patung, melainkan juga perkakas rumah tangga dan peralatan kantor. Ukiran ini banyak diaplikasikan pada kursi tamu, meja konsul, pilar bangunan, dan interior perkantoran.