Cara Tepat Mengajarkan Disiplin Pada Anak
Pengertian disiplin sering kali disalah artikan oleh beberapa orang nan sering mendefininisikannya menjadi sebuah anggaran nan ketat. Seringkali orang tua masih bertanya tentang pengertian disiplin dalam mendidik anak. Mempunyai anak nan berkarakter unggul dengan budi pekerti nan tinggi ialah dambaan setiap orang tua. Oleh sebab itu, memahami dan menerapkan pengertian dari disiplin nan sinkron bagi anak sangatlah kita perlukan.
Pengertian disiplin akan dimulai dari bagaimana awal kata ini diambil. Disiplin sendiri ialah satu kata dalam bahasa Inggris, artinya menaati segala peraturan nan berlaku. Adapun Johar Permana menuturkan bahwa pengertian dari disiplin ialah suatu kondisi nan dibuat dan berproses lewat serangkaian konduite nan tercermin dalam menaati nilai-nilai dan kebiasaan nan berlaku.
Disiplin Dalam Mendidik Anak
Mendidik anak dengan kedisiplinan ialah sebuah hal krusial nan tak boleh dilupakan oleh siapa pun. Dalam Islam mendidik kedisiplinan bisa dilakukan sebagaimana anggaran Islam nan mengisyaratkan agar setiap muslim mempunyai kedisiplinan tinggi. Allah Swt. berfirman dalam Al-qur’an surah Al-Baqarah ayat 238 berikut ini: “Peliharalah shalat-shalat nan wajib dan shalat wustha ….”
Segala ketentuan nan ada di dalam Islam menunjukkan pengertian dari disiplin secara konkrit. Ajaran Islam memperlihatkan adanya kedisiplinan, misalnya shalat lima waktu sehari semalam dengan waktu dan tata cara nan tersendiri. Waktu-waktu eksklusif tersebut, tata cara pengerjaannya, serta tata tertib nan perlu dilakukan menunjukkan bahwa Islam sangat mengedepankan disiplin secara total.
Memelihara shalat dalam ayat di atas ialah mematuhi waktu, tata tertib, secara tertib dan disiplin. Selain shalat lima waktu, puasa Ramadhan nan memiliki anggaran tersendiri, dan waktu nan spesifik juga telah menunjukkan kepada kita bagaimana pengertian dari disiplin secara Islam.
Disiplin sangatlah berpengaruh dalam mewujudkan tata kehidupan nan baik dan menciptakan pribadi nan shalih. Islam sangatlah memperhatikan pembinaan disiplin sejak usia dini dengan memperhatikan segala aspek dalam kehidupan.
- Melarang makan dan minum berlebihan
- Melarang berbicara nan tak ada manfaatnya
- Menuntut ilmu harus nan bermanfaat global dan akhirat
- Melarang begadang dan berbicara nan tak bermanfaat
- Melarang menggunakan kekayaan dengan sia-sia atau mubadzir
- Memerintahkan menjaga kesehatan
- Memerintahkan menjaga kebersihan
- Melarang menggunakan segala sesuatu nan bisa merusak kesehatan, pikiran, mental, harta, serta agama.
Di dalam berkeluarga, Islam juga mengharuskan adanya sikap disiplin. Ayah, sebagai kepala keluarga, memiliki tanggung jawab dalam menafkahi istri dan anak. Ibu sebagai wakil kepala rumah tangga bertanggung jawab dalam mengasuh dan memelihara rumah tangga selama ayah meninggalkan rumah. Dengan demikian tata tertib ini akan berjalan lancar dan benar, sebab adanya pengertian dari disiplin di antara kedua belah pihak.
Penerapan Sikap Disiplin Di Dalam Rumah
Dalam kegiatan di dalam rumah, seorang anak bisa dibina buat mengerti bagaimana pengertian disiplin itu dengan membiasakan mereka buat membersihkan loka tidurnya sendiri, mencuci piring dan gelas nan telah dipergunakannya makan, serta diajari bagaimana menjaga kebersihan rumah. Pekerjaan-pekerjaan semacam ini akan membuatnya lebih mengerti bagaimana pengertian dari disiplin dalam makna nan sebenarnya.
Lalu bagaimana jika terdapat beberapa kasus pelanggaran disiplin di dalam rumah? Apa nan harus dilakukan orang tua buat menyadarkan sang anak dari kekeliruannya? Beberapa contoh kasus dibawah ini mungkin bisa membantu Anda bagaimana menerapkan pengertian disiplin nan sebenarnya terhadap anak. Salah satunya ialah ketika anak kecanduan acara di televisi.
Pada awalnya tak ada seorang anak pun nan kecanduan buat menonton televisi. Mereka mengenal media ini dari orang tua nan menyediakannya di rumah. Anak pun tak pernah meminta kepada orang tua agar menyediakan kotak ajaib ini di rumah.
Bahkan jika orang tua mengatakan kepada anak secara baik dan dalam bahasa nan mudah mereka tangkap, bahwa mereka tak bisa menyediakan televisi ini di rumah, tentu saja mereka pun tak akan keberatan.
Namun, kini perangkat kecil ini telah mampu menjadi magnet nan cukup kuat buat menjadi pusat kegiatan anak. Mulai dari bangun tidur, menjelang tidur, saat santai, saat makan, saat usai shalat, mereka tak dapat meninggalkan televisi barang sejenak.
Lebih ajaib lagi, mereka bahkan belajar di depan televisi dengan anggapan bahwa menonoton televisi bisa menyegarkan otak. Nah, bagaimana kita dapat menerapkan pengertian disiplin kepada anak jika menemukan masalah ini?
Sebenarnya ada waktu bagi kita buat menghentikan Norma kecanduan anak terhadap televisi. Menurut Miftahul Jinan, kita dapat mengurangi jam terbang mereka di depan televisi. Sekaligus membuat beberapa batasan nan bisa digunakan buat menghentikan kecanduan tersebut.
Namun, terkadang orang tua sendiri malah tak menerapkan pengertian disiplin dengan komitmen nan telah dibuat bersama anak. Mendengar rengekan, tangisan, rajukan, dan teriakan anak kebanyakan orang tua akan menyerah dan kemudian kembali menyalakan televisi.
Jika hal ini tetap dilakukan maka jangan kaget jika seorang anak akan menjadikan kegiatan primer dan hariannya ialah menikmati tayangan televisi dari hari ke hari, kegiatan belajar, mengaji dan beberapa kegiatan nan lainnya malah akan dianggap sebagai selingan saja.
Belum lagi akibat negatif televisi nan mengajarkan hal-hal nan tak pernah diajarkan oleh kita, seperti berkata-kata kasar, berperilaku tak baik, konsumtif, dan beberapa konduite nan merupakan akibat dari ketidakdisiplinan orang tua dalam berkomitmen.
Jika kita memiliki komitmen buat menghentikan kecanduan televisi pada anak dengan memutuskan genre televisi, maka kita pun harus siap juga buat lebih memperhatikan anak-anak dengan menemani mereka bermain, rumah menjadi lebih berantakan, dan hal-hal lain nan tak pernah terjadi saat anak asyik ngetem di depan televisi.
Repot? Tentu saja, namun hasilnya tentu saja tak sebanding dengan akibat negatif televisi terhadap anak kita. Beberapa akibat negatif televisi pada anak kita dapat Anda simak berikut ini.
- Banyak menonton televisi bisa menyebabkan kerusakan mata.
- Televisi bisa menghambat perkembangan anak dalam berperilaku secara sosial. Diantaranya ialah keengganan di dalam berinteraksi dengan teman-teman sebaya, sebab lebih memilih televisi.
- Televisi bisa membuat seorang anak berperilaku militan dan negatif. Ini disebabkan mereka mengasimilasi apa nan ada di dalam televisi.
- Sering menonton televisi akan membuat seorang anak mengalami kesulitan di dalam berkopnsentrasi dalam pelajaran. Karena saat anak menonton televisi, biasanya ia akan melihat dengan menatap objek nan meloncat satu demi satu ke nan lainnya.
Cara Tepat Mengajarkan Disiplin Pada Anak
Anda bisa membuat jadwal menonton televisi nan telah disepakati bersama. Anak bisa dibina buat mengatur bagaimana mengelola waktunya dengan baik. Kapan waktu belajar, kapan waktu mengaji, kapan waktu beribadah, kapan waktu menonton televisi dan lain-lainnya.
Selain itu, dampingi anak Anda dan libatkan ia buat menikmati program nan ditonton bukan pada televisinya. Saat anak Anda menonton tayangan kartun, diskusikan dengan baik bagaimana tayangan tersebut. Jangan ijinkan dia buat memindah-mindah channel dan melihat tayangan nan lain.
Anda harus bisa memilih program acara nan baik buat anak Anda. Pilihlah nan mengajarkan kebaikan, dan tayangan nan tenang serta kalem. Sajian televisi nan baik akan membuat anak Anda semakin bisa mencerna sajian dan bisa membuatnya sebagai suri tauladan. Jika tayangan serta program terlalu banyak bergerak dan tak tenang. Kemungkinan besar malah akan membuat mata kecil anak lelah.
Konsisten dalam bertindak ialah hal krusial buat menghentikan kecanduan anak pada televisi. Sebaiknya, orang tua konsisten dalam memberikan pengertian kepada anak mana nan baik dan mana nan buruk, sehingga seorang anak bisa memahami hal itu baik atau jelek buat dirinya.
Menerapkan pengertian disiplin pada anak memang penting, namun lebih krusial lagi bagaimana orang tua bisa konsisten mendidik mereka dengan kedisiplinan.