Pendekatan Semiotik Mengenai Puisi Pendek "Malam Lebaran"
Lagi-lagi puisi menjadi salah satu aliran karya sastra nan tak habis diwacanakan. Baik bagi kalangan akademis maupun kalangan pembaca umum, puisi merupakan bentuk karya sastra paling merakyat nan pernah ditemui.
Puisi dikatakan merakyat sebab hampir semua kalangan menyukai, membaca, bahkan membuat karya sastra jenis puisi. Sebagai contoh, kita dapat melihat anak-anak nan masih di bawah umur kerap membuat untaian latif nan puitis saat memberikan kado ulang tahun kepada orang tua mereka.
Orang tua pun tidak kalah puitisnya dengan anak-anak mereka sehingga saat hari ibu muncul, mereka juga membuat untaian kata-kata nan juga puitis demi menumpahkan hasrat keibuan mereka.
Lantas di kalangan remaja, para anak baru gede nan muncul dengan cinta monyet juga seringkali membuat untaian kata-kata demi sang pujaan hati nan diincarnya. Meskipun belum mengerti makna sebenarnya dari cinta, para remaja ini tak sulit buat mencoba membuat sebuah puisi.
Oleh sebab itu, kata-kata dianggap sebagai bagian krusial dalam setiap wilayah komunikasi verbal. Kata-kata dalam puisi menjadi kekuatan nan sangat penting. Unsur primer pembentuk puisi tentulah kata. Kata-kata dalam puisi biasanya berupa kata-kata lugas dan verbal. Namun, ada pula puisi nan dibentuk oleh kata-kata nan memiliki makna nan ambigu, kata kiasan, kata nan sifatnya konotatif.
Diksi dalam Struktur Puisi
Jika kita berbicara mengenai berbagai macam puisi, maka hal itu juga berarti bahwa kita juga sedang berbicara mengenai struktur puisi, baik struktur fisik maupun struktur batin nan melingkupi karya sastra jenis ini.
Salah satu instrumen struktur nan sangat berpengaruh terhadap keutuhan puisi ialah diksi atau pilihan kata-kata nan sengaja dipilih oleh penyair buat dapat merepresentasikan makna dan tujuan nan hendak disampaikan oleh penyair kepada pembaca.
Dalam berbagai puisi, baik puisi bentuk syair, puisi biasa, maupun puisi pendek, kata-kata tetap menjadi hal nan krusial buat diperhatikan oleh penulis sebab dalam hal ini, kata-kata tersebut ialah media komunikasi nan menjembatani penyair, karya sastra, dan pembaca puisi.
Pada puisi pendek , kata-kata nan digunakan cenderung tak menggunakan banyak kata nan konotatif, namun maknanya tak seharfiah kata nan digunakan.
Puisi pendek sendiri dapat di artikan sebagai puisi nan secara struktur fisik, tak memenuhi karakter puisi pada umumnya. Jika biasanya kita menemukan puisi berbentuk bait dengan panjang minimal satu bait, maka kita dapat saja menemukan puisi nan lebih pendek daripada itu.
Dalam puisi pendek, kata-kata merupakan sebuah senjata nan digunakan lebih daripada struktur fisik dan struktur batin lainnya. Misalnya saja, kita dapat menggunakan satu kalimat buat membuat sebuah cerita.
Sebagai contoh, kita akan membuat sebuah puisi bertema patah hati atau putus cinta dengan hanya menggunakan satu kalimat, yakni seperti nan ada di bawah ini.
"Cinta"
Racun baru nan mematikan gelora
Dengan satu kalimat tersebut, kita sudah dapat mewakili rasa sakit nan terasa pada orang nan sedang putus cinta. Diksi 'racun' nan tertuang dalam puisi pendek tersebut tak hanya bermakna sesuatu nan mematikan, tapi juga bermakna satir sebagai sesuatu nan menyakitkan, nan mewabah, bahkan menularkan nilai-nilai nan negatif terhadap orang di sekitarnya.
Lantas diksi 'baru' jika disandingkan dengan diksi 'racun' akan menimbulkan makna nan juga baru, yakni sesuatu nan baru ditemukan dan bersifat mematikan, berbahaya, dan mampu membunuh sesuatu nan dalam puisi ini direpresentasikan dengan diksi 'gelora'.
Diksi 'gelora' tentu saja selain bermakna romantis, juga memiliki makna nan sangat luas mengenai hal-hal nan bersifat kebahagiaan, ketenangan, kegairahan, dan hal lain nan mampu mewakili makna atau tindakan 'cinta'.
Dengan demikian, senjata paling primer nan harus diperhatikan dalam membuat puisi pendek ialah diksi atau pilihan kata. Dengan diksi nan luas, penyair dapat membuat satu kata menjadi kata nan penuh dengan makna, bahkan cerita.
Pendekatan Semiotik Mengenai Puisi Pendek "Malam Lebaran"
Lantas pada penyair sastra kanon juga kita dapat menemukan majemuk puisi pendek. Salah satunya ialah seperti dalam puisi pendek karya Sitor Situmorang nan berjudul "Malam Lebaran" berikut ini.
Malam Lebaran
Bulan di atas kuburan
Puisi tersebut jelas sangat pendek. Puisi pendek nan berjudul "Malam Lebaran" hanya memiliki isi puisi dengan teks: "bulan di atas kuburan". Jika ditafsirkan, kita dapat mengaitkan antara judul dan isi.
Secara bebas, ada nan menafsirkan bahwa hal tersebut merupakan ironi. Saat malam lebaran, nan biasanya diwarnai suasana bahagia, ramai, dan suka cita namun ada kepiluan, kesedihan nan membayangi suasana tersebut.
Ada pula nan menafsirkan bahwa saat malam lebaran, bulan menyinari kuburan, cahayanya sejajar dengan kuburan nan berarti orang nan berada di dalam kubur merasa senang, merasa senang pada saat malam lebaran karena ia ditemani, ia disinari cahaya bulan. Hal tersebut merupakan citra atas kebaikan nan dilakukan selama hayati sehingga ia tak merasa gelap gulita.
Ada pula nan menafsirkan puisi pendek tersebut merupakan suatu bentuk refleksi religiusitas seseorang atas segala perbuatannya selama hidupnya. Di saat semua orang nan beragama Islam merayakan kegembiraan, ternyata alam tak lupa buat memebri kebahagiaan kepada nan telah meninggal dengan memberikan sinarnya di malam hari dengan cahaya bulan.
Ada pula nan menafsirkan bahwa hal tersebut, yakni bulan di atas kuburan pada saat malam lebaran tidaklah mungkin terjadi. Saat malam lebaran, bulan tak muncul, bulan hanya masih terlihat sedikit saja berupa irisan tipis karena pada saat malam lebaran berarti penghujung bulan.
Malam lebaran adalah pergantian datangnya bulan baru. Jadi, ketika dikatakan bulan di atas kuburan, hal tersebut merupakan sesuatu nan satir karena itu hanyalah bentuk kemustahilan. Saat malam lebaran, tetap saja suasana kuburan akan sepi dan langit akan terlihat gelap karena bulan belum muncul, cahayanya tak penuh.
Dalam mengkaji puisi, buat kebutuhan akademis, entah puisi pendek atau puisi panjang, sebaiknya dilakukan dengan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik merupakan pendekatan nan mengkaji mengenai tanda.
Semuanya ditafsirkan secara harfiah terlebih dahulu lalu dicari kemungkinan tautan dengan makna lain. Namun buat sekedar menikmati puisi sebagai sebuah teks, penafsiran apapun sah-sah saja karena penafsiran terhadap karya sangat beragam.
Dengan menggunakan pendekatan semiotik, kita dapat mengkaji puisi pendek berjudul "Malam Lebaran" tersebut sebagai sebuah malam nan penuh dengan kontemplasi mengenai hayati dan mati.
Jika selama ini para penganut agama Islam menjabarkan hari raya Lebaran sebagai sebuah kemenangan, maka dalam puisi pendek ini, penyair mengajak pembaca buat senantiasa mengingat kembali segala kesalahan nan pernah dilakukan sebelum malam lebaran tiba.
Manusia nan selama ini mengagungkan hari raya Lebaran dengan penuh suka cita, bahkan ada pula nan merayakannya secara besar-besaran, kini diajak buat berkontemplasi, introspeksi, serta merenungi segala hal nan berkaitan dengan kesucian bulan tersebut.
Diksi 'bulan' dapat diartikan sebagai bulan pada tahun masehi nan berarti lamanya waktu umat Muslim dalam ebrpuasa sebelum akhirnya menemui hari raya Lebaran. 'di atas kuburan' berarti segala sesuatu nan sunyi dan butuh perenungan buat dapat mengenal kematian lebih dekat lagi.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa puisi "Malam Lebaran" ini merupakan sebuah ajakan atau imbauan bagi para penganut agama Islam buat lebih mengenal hakikan hari raya Lebaran.
Hari besar tersebut hendaklah dianggap sebagai sebuah awal buat mengubah hayati kita menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan mengubur segala sesuatu nan jelek nan pernah kita lakukan sebelumnya.
Hari raya Lebaran ini menjadi momen istimewa buat mengenang serta mensyukuri segala karunia nan sudah diberikan oleh Tuhan sehingga kita masih dapat menjalani kehidupan hingga malam Lebaran nan ditentukan tersebut.
Tips Membuat Puisi Pendek
Dalam membuat puisi pendek, ada beberapa hal nan perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut.
- Pilihlah satu diksi nan memiliki makna nan luas serta berkaitan erat dengan tema nan hendak diambil.
- Gunakan kata konotatif nan tak memiliki makna ambigu nan terlalu hiperbola dan berlawanan.
- Saat menulis puisi, pikirkanlah dengan kepala dingin ide nan hendak disampaikan kepada pembaca; dan rasakanlah perasaan dengan tenang mengenai hal nan dirasakan tersebut sehingga ungkapan dalam puisi dapat sangat mewakili pikiran sekaligus perasaan nan sedang berkelibat di dalam hati dan pikiran kita.
Puisi Pendek Lebih Cantik
Pernahkah Anda menemukan sebuah puisi pendek ? maksud puisi pendek di sini ialah puisi nan henya memiliki beberapa kata atau bait saja tetapi masih sarat makna. Jika pernah, bagaimana nilai rasa Anda saat membaca puisi pendek tersebut? Kagum, aneh, bingung, atau apa?
Perasaan-perasaan nan timbul pada setiap orang selalu berbeda.
Perasaan tersebut muncul setelah membaca puisi tersebut. Sangatlah wajar jika ada berbagai macam perasaan nan muncul setelah membaca puisi. Hal ini dikarenakan dalam puisi syarat akan kata nan bermakna kias.
Penggunaan kata nan bermakna kias ini mempunyai tujuan buat memperindah sajak. Estetika nan ditampilkan lewat kata inilah nan membuat puisi berbeda dengan kalimat biasa. Tidak hanya estetika kata tetapi juga penuh dengan makna.
Itulah puisi nan begitu penuh dengan estetika dan misteri. Setiap kata penuh dengan misteri. Hanya penulislah nan tahu persis akan makna tersebut. Sedangkan pembaca hanya dapat mengapresiasi dan menerka saja serta menikmati estetika penulis mengolah kata.
Sebelum kelahiran puisi pendek, arti puisi ialah sebuah upacara bahasa, di mana setiap kata harus mempunyai irama nan sama nan tersusun menjadi sebuah metafora nan indah. Lain halnya ketika muncul sebuah teori tentang puisi pada masa ini nan mulai muncul sekira tahun 70-an. Saat itu, para penyair mulai bereksperimen dengan bentuk puisi nan berbeda.
Seperti Sutarji Calzom Bahri nan menulis puisi dengan mengabaikan kaidah berbahasa, (coba lihat O, Amuk, Kapak, antologi puisi Sutarji Calzom Bahri) di sana Sutarji bereksperimen dengan bentuk-bentuk puisi tanpa mengabaikan metafora nan membangun puisi tersebut.
Salah satunya ialah puisi nan paling pendek dari karya sutarji ialah puisi nan berjudul Kucing Menderas dalam Ombak.
Kucing Menderas dalam Darah
ngiaw
Bagi sebagian orang awam nan melihat puisi ini tentu akan beranggapan bahwa penyair nan menciptakan puisi tersebut ialah orang aneh. Mereka akan beranggapan 'apa nan dapat dinikmati dari puisi pendek tersebut'. Namun, nilai rasa orang awam itu akan berbeda dengan nilai rasa sang penyair, yakni Sutarji.
Puisi nan jumlah kata pada isinya lebih sedikit dibanding pada judulnya ini ialah sebuah gagasan Sutarji tentang kucing. Suara seekor kucing sudah cukup mewakili semua metafora bahasa nan menggambarkan kucing. Masalah pemaknaan itu semua tergantung interpretasi dari pembacanya.
Demikian juga dengan Sitor Sitomorang nan menulis puisi berjudul Malam Lebaran.
Malam Lebaran
bulan di atas kuburan
Orang awam tentu akan mencipta puisi dengan berbagai gaya serta pilihan diksi nan wah jika disuruh mencipta puisi dengan tema malam lebaran. Buat apa membuat puisi pendek dengan gagasan nan hebat seperti tadi. dengan gagasan tersebut, jangankan puisi pendek, puisi nan panjang pun dapat tercipta lebih dari satu.
Namun, gagasan orang awam dengan Sitor Situmorang tentulah tidak akan sama. Orang nan tengah senang dengan malam lebarannya mungkin akan mampu mencipta banyak puisi dan bukan satu puisi pendek. Tapi, gagasan "Malam Lebaran" nan ditulis oleh Sitor Sitomorang cukup diungkapkan hanya lewat satu larik dengan empat buah kata. Frasa bulan di atas kuburan dirasa sudah cukup buat menggambarkan bagaimana suasana hati Sitor Situmorang saat malam lebaran.
Satu contoh puisi pendek lainnya ialah puisi Hanya Ada Satu Kata karya Wiji Thukul.
Hanya Ada Satu Kata
Lawan!
Bagi masyarakat nan tak mengenal, bahkan tak merasakan hayati di Era Wiji Thukul mungkin, puisi tersebut terkesan lebay, aneh, dan tidak bermakna. Namun, berbeda dengan Wiji Thukul nan benar-benar mengalami bagaimana hayati di bawah bayang-bayang kekuasaan politik nan tidak menentu, bagaimana hayati dalam sebuah kekangan berkarya, dan bagaimana hayati dalam suasana nan tidak kondusif.
Maka, buat menentang sikap otoriter pemerintahan terhadap segala rasa nan dirasakannya, Wiji Thukul menciptakan sebuah puisi nan sarat dengan makna motivasi nan kemudian diangga sebagai kata-kata provokasi oleh pemerintahan.
Melalui puisi tersebut Wiji Thukul sebenarnya mengajak seluruh lapisan masyarakat buat melawan segala bentuk kesewenangan nan dilakukan pemerintah atau penguasa kepada rakyat kecil. namun, sayang, sebab Wiji Thukul dianggap orang nan berbahaya bagi kekuasaan polotik kal itu, ia pun di culik dan entah di buang ke mana oleh penguasa.
Gara-gara puisi nan hanya berisi satu kata 'lawan' saja, nasib penyair besar ini pun tak lagi diketahui sampai sekarang. Namun, meski sosoknya tidak diketahui berada di mana, kekuatan motivasi dalam puisi pendeknya masih menempel dan akan selalu bergejolak dalam dada kaum pemuda nan akan dengan segera melawan penguasa nan bobrok!
Melihat 3 contoh puisi tersebut, akhirnya pengertian puisi pun dapat bergeser. Puisi tak hanya berkutat pada susunan rima saja atau bentuknya harus dalam bait-bait indah. Cukup dengan satu kata jika itu sudah memenuhi semua gagasan, kenapa tak lakukan?
Menurut para ahli, puisi -baik puisi nan pendek maupun panjang- ialah bukan semata-mata rangkaian kata-kata, tetapi puisi ialah ungkapan jiwa pengarangnya mengenai gagasan dan idiologinya.
Jadi, puisi tidak perlu panjang-panjang dengan mencari kosakata nan sulit dan indah, kemudian kita meramunya menjadi sebuah kalimat-kalimat nan penuh dengan makna namun hasilnya memusingkan nan membacanya. Akan tetapi, puisi cukup diungkapkan dengan satu frasa atau satu kata, namun esensinya cukup dalam dan kena di hati pembaca. Ya, seperti puisi tersebut
Puisi cinta atau puisi persahabatan dapat diungkapkan dalam bentuk puisi nan hanya mengandung dua kalimat, seperti nan ditulis sapardi Djoko Damono dalam puisi berjudul Cinta Sederhana.
Cinta Sederhana
aku ingin mencintaimu dengan sederhanaseperti kata nan tidak sempat diucapkan kayu kepada barah nan menjadikannya abu.
aku ngin mencintaimu dengan sederhanaseperti janji nan diisyaratkan mendung kepada hujan nan membuatnya tiada.
Siapa bilang puisi cinta akan terasa paripurna jika dituangkan dalam bentuk puisi nan panjang? Lalu, siapa bilang puisi pendek tak akan sanggup menggambarkan perasaan dua insan nan sedang dimabuk asmara?
Puisi tersebut mengungkapkan bagaimana perasaan penyair kepada kekasihnya dengan sangat luar biasa sehingga setiap orang nan membacanya akan langsung berempati terhadap apa nan dirasakan penyair. Jadi, dalam menulis puisi, baik itu puisi pendek atau pun panjang harus dengan emosi, tanpa emosi apalah arti sebuah puisi.
Bagaimana dengan contoh puisi pendek lainnya? Masih adakah contoh puisi pendek nan lain nan mampu mengungkapkan semua perasaan penariknya seperti nan terlihat dalam contoh-contoh itu? Berikut ini ialah beberapa contoh puisi pendek nan sarat makna nan merupakan hasil karya penyair terkenal.
Kesaksian
saat malamadakah bintang nan kau lihat di angkasasaat terpejamadakah bintang nan tertinggal di mata
(karya Maniz Scratzh)
***
Malam Pegunungan
Aku berpikir: Bulan inikah nan membikin dingin,Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?Sekali ini saya terlalu sangat bisa jawab kepingin:Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
1947 (Chairil Anwar)
***
Di Tangan Anak-anak
Di tangan anak-anak, kertas menjelma bahtera Sinbad nan tidak takluk pada gelombang, menjelma burung . nan jeritnya membukakan kelopak-kelopak kembang di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci.
"Tuan, jangan kauganggu permainanku ini."
Sapardi Djoko Damono
Dengan demikian, esensi puisi bukanlah pada panjang pendeknya bait nan membangun puisi tersebut, tetapi esensi puisi terletak dari emosi si penyairnya, jika satu kata sudah cukup menggambarkan semua perasaan nan terdalam, ungkapkanlah menjadi sebuah puisi nan cantik.
Puisi pendek biasanya lebih cantik sebab di dalamnya ada banyak rahasia nan harus dipecahkan pembacanya.