Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat dan Douwes Dekker (Tiga Serangkai)
Perjalanan bangsa ini tak pernah lepas dari peran dan kehadiran tokoh-tokoh politik Indonesia . Dari zaman perjuangan hingga sekarang kita mengenal begitu banyak para tokoh politik nan menghiasi halaman-halaman sejarah bangsa.
Terlepas dari sisi jelek nan dan kontroversi tentang tokoh-tokoh nan berkecimpung di global politik, tak bisa dipungkiri mereka ikut andil dan memegang kendali krusial dalam proses perjuangan kemerdekaan dan perjalanan roda pembangunan bangsa ini.
Tokoh-Tokoh Politik Indonesia
Tokoh-tokoh politik di Indonesia sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan belanda, tokoh-tokoh politik ini berjuang melalui meja-meja diplomasi, perundingan, dan membangun kekuatan sesama anak bangsa.
Meminta dukungan dan pengakuan atas eksistensi negara Indonesia dari negara-negara sahabat dan global internasional. Mereka ialah tokoh-tokoh terpelajar nan memiliki semangat juang tinggi buat membebaskan Indonesia dari kuku-kuku penjajah.
Perjuangan dan usaha mereka kemudian membuka mata global internasional tentang kondisi dan penderitaan rakyat Indonesia di bawah penguasaan penjajahan Belanda.
Tokoh-tokoh politik di Indonesia lahir bersamaan dengan munculnya kaum-kaum terpelajar di kalangan pemuda. Kesempatan mengenyam bangku pendidikan bagi Bumi Putera mampu memberi wawasan dan pencerahan kebangsaan bagi bangsa Indonesia.
Melalui ilmu dan wawasan nan mereka miliki di bangku pendidikan, kaum intelektual Bumi Putera ini kemudian menyusun kekuatan dalam bentuk serikat nan akhirnya menjelma menjadi organisasi modern. Merekalah nan akhirnya menjadi pelopor konvoi politik nasional di Indonesia.
Dr. R. Sutomo
Sutomo merupakan salah seorang pelajar STOVIA. Semangat berorganisasi dan perjuangan dalam diri Sutomo tumbuh di bawah didikan dan teladan pimpinan STOVIA, yaitu Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Dr. Wahidin Sudirohusodo pernah bercita-cita buat mengumpulkan dana buat memajukan pendidikan di Indonesia . Untuk merealisasikan tujuan tersebut, Dr Wahidin mendirikan Studie Fond , yaitu badan nan bertujuan buat mengumpulkan dana buat mengembangkan pendidikan dan memberi kesempatan nan lebih luas bagi masyarakat Indonesia buat mendapatkan pendidikan.
Namun, cita-cita luhur beliau tak mendapat dukungan dari golongan priyayi. Terinspirasi dari perjuangan Dr Wahidin Sudirohusodo tersebut, Sutomo kemudian bersama pelajar sekolah lanjutan, sekolah Amtenar dan sekolah-sekolah guru lainnya pada tanggal 20 Mei 1908, mendirikan sebuah organisasi nan diberi nama BUDI UTOMO.
Sutomo kemudian ditunjuk sebagai ketuanya. Dilihat dari tujuan nan ingin dicapainya, pada awalnya BUDI UTOMO bukanlah organisasi politik . Melainkan organisasi pemuda nan lebih banyak bergerak di bidang pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, pada perjalanan selanjutnya garis perjuangan Budi Utomo mulai meluas ke ranah politik, tapi garis perjuangannya masih bersifat kooperatif terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, sehingga tak begitu banyak menimbulkan gejolak dan reaksi penolakan dari Pemerintahan Hindia Belanda.
Budi Utomo ialah organisasi pelopor bagi konvoi dan organisasi modern di Indonesia. Oleh sebab itu, hari lahirnya organisas i ini kemudian di tetapkan sebagai hari kebangkitan nasional nan dikukuhkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31, tanggal 16 Desember 1959.
Peran Sutomo sebagai pendiri dan ketua pertama organisasi Budi Utomo tak dapat diabaikan. Sutomo merupakan tokoh pemuda, pelajar sekaligus tokoh konvoi dan politik nan krusial di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ide-idenya membangun sebuah organisasi modern telah menginspirasi tokoh-tokoh lainnya buat menyusun kekuatan nan sama dalam bentuk organisasi pergerakan.
Kiprah tak hanya disitu saja. Sutomo juga dikenal sebagai ketua Indonesische Studie Club Surabaya, yaitu sebuah kelompok studi mahasiswa nan berfungsi sebagai forum buat membina kader-kader muda bangsa. Seiring iklim konvoi kemudian pada tahun 1931 Indonesische Studie Club diubah menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
Selanjutnya pada tanggal 24 Desember 1935, PBI dan Budi Utomo dilebur menjadi satu. Dari peleburan ini terbentuklah Partai Indonesia Raya (Perindra), yaitu sebuah organisasi politik nan bertekad memperjuangkan berdirinya Indonesia Raya. Hasil kongres Pengurus Perindra pertama menunjukkan Dr. Sutomo sebagai ketuanya.
Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat dan Douwes Dekker (Tiga Serangkai)
Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Surjadiningrat, dan E.F.E. Douwes Dekker kemudian dikenal sebagai tiga serangkai nan mendirikan Indische Partij (IP) pada tanggal 2 Desember 1912.
IP merupakan sebuah organisasi politik nan bertujuan buat membangun semangat patriotisme di antara bangsa Indonesia , pada masa itu dikenal dengan istilah indiers , terhadap tanah air, membangun lapangan hayati dan membangun semangat kerjasama atas dasar kebersamaan dalam memajukan tanah air.
IP nan didirikan oleh tiga serangkai tersebut memiliki slogan Indie voor Indiers nan memiliki pengertian Indonesia buat bangsa Indonesia. Dari slogan ini dapat dipahami bahwa para pendiri dan pimpinan organisasi ini sedang berusaha buat menumbuhkan pencerahan kebangsaan dan kecintaan pada tanah air.
Tiga serangkai dikenal sebagai tokoh-tokoh politik Indonesia nan cukup vokal dan gigih dalam membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan masyarakat bumi putra.
Melihat sepak terjang ketiga tokoh pendiri IP ini, pemerintah Hindia Belanda mulai mengawasi telatah mereka. Ketiga tokoh ini dianggap sebagai berbahaya bagi eksistensi mereka di Indonesia. Puncaknya, tiga serangkai ditangkap dan diasingkan ke negeri Belanda.
Ir. Soekarno
Ir. Soekarno ialah tokok politik krusial dalam sejarah perjuangan dan pembangunan bangsa Indonesia. Ir. Soekarno termasuk golongan pemuda terpelajar nan memiliki semangat kebangsaan nan tinggi. Ia juga terkenal aktif dalam kelompok studi mahasiswa.
Perjalanan politik Soekarno berawal dari keterlibatannya dalam pendirian Partai Nasional Indonesia. Bersama tokoh-tokoh lainnya, seperti dr. Cipto Mangunkusumo, Sudjadi, Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo, Mr. Budiarto, dan Soenarjo, Soekarno menghadiri kedap pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI).
Pada kedap pendirian tersebut kemudian terbentuk susunan pengurus, di mana Soekarno ditunjuk sebagai ketua. Partai Nasional Indonesia nan diketuai oleh Soekarno berjuang dengan program kerja nan meliputi berikut ini.
- Bidang politik buat mencapai Indonesia Merdeka.
- Bidang ekonomi buat memajukan perekonomian nasional.
- Bidang pendidikan buat memajukan pendidikan atau pada masa itu dikenal dengan istilah pelajaran nasional.
Pergerakan PNI bersifat non-cooperative nan artinya tak mau bekerjasama dengan Pemerintahan Kolonial Belanda, sehingga kehadiran organisasi ini dianggap sebagai ancaman oleh Pemerintahan Kolonial Belanda. Dan, mobilitas mereka mulai diawasi dan pimpinannya ditangkapi.
Akibatnya, Soekarno bersama beberapa pimpinan PNI lain, seperti Gatot Mangkuprodjo, Markum Sumodiredjo, dan Supriadinata ditangkap dan dijatuhi hukuman.
Soekarno dikenal sebagai orator ulung sekaligus penulis nan handal. Pada persidangan di Pengadilan Bandung, Soekarno menulis pembelaannya dengan judul Indonesia Menggugat.
Perjuangan Politik Indonesia tak dapat dipisahkan dari nama Soekarno. Kita mengenal Soekarno sebagai salah satu pendiri Bangsa ini. Ia merupakan Proklamator kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus Presiden Indonesia nan pertama. Kiprah perjuangan politiknya masih berlanjut hingga zaman orde lama pasca kemerdekaan.
Mereka ialah tokoh-tokoh pejuang nan berjuang merebut kemerdekaan Indonesia melalui jalur politik. Peran mereka tak dapat diabaikan dalam usaha merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Nah, selain nama-nama nan telah disebutkan masih banyak nama-nama lain nan menghiasi daftar tokoh-tokoh politik Indonesia . Di antaranya M. Hatta, Agus Salim, Abdul Muis, Sultan Kasayangan, Noto Suroto, M. H. Husni Thamrin, Amir Syarifuddin, Abikusno Tjokrosujono, dan tokoh-tokoh lain nan tak tersebutkan di sini.