Reformasi Jilbab Gaul
Dahulu, pada era di bawah 1990-an, pesona jilbab tak banyak ditemukan pada kaum muslimah. Masyarakat nan belum memiliki pencerahan tentang kewajiban menutup aurat juga masih memandang aneh wanita berjilbab.
Waktu itu, menutup aurat bagi kebanyakan muslimah hanya menjadi bagian dari ritual ibadah shalat. Padahal, Al Quran jelas-jelas mewajibkan wanita menutup aurat ketika di sekelilingnya terdapat non-mahram. Yang termasuk aurat wanita menurut Al Quran dan Al Hadis ialah seluruh bagian tubuh kecuali paras dan telapak tangan.
Kesadaran berjilbab mulai marak di era 1990-an, ketika perjuangan para aktivis dakwah buat melegalkan penggunaan jilbab mulai berbuah hasil. Bertumbanganlah embargo penggunaan jilbab di instansi-instansi pemerintahan maupun swasta.
Perlahan namun pasti, pesona muslimah memakai jilbab tidak lagi hanya didapati di masjid atau musholla sebagai pusat kegiatan ibadah ritual. Pemandangan wanita berjilbab mulai merambah ranah publik seperti sekolah, kampus, pasar, jalan raya, mal, dan pusat-pusat keramaian lain.
Kini, jilbab tidak lagi menjadi baju khas para ustadzah atau aktivis dakwah. Jilbab menjadi baju nan generik dikenakan wanita muslimah. Pesona jilbab pun telah menyihir kaum lelaki. Banyak lelaki muslim masa kini nan mensyaratkan jilbab sebagai bagian dari kriteria wanita idamannya.
Fenomena Jilbab Gaul
Seiring dengan semakin maraknya penggunaan jilbab di kalangan wanita muslimah, mulai terjadi pergeseran makna jilbab itu sendiri. Para muslimah nan latah berjilbab tanpa mengetahui hukum jilbab dan aturan-aturan syariahnya, menjadi trendsetter penggunaan jilbab nan lebih mengarah pada tujuan mode. Inilah nan kita kenal dengan kenyataan jilbab gaul.
Jilbab gaul dicirikan dengan baju ketat, transparan, dan membentuk lekuk tubuh. Kerudung nan digunakan tak menutupi dada dan ujungnya diikat ke belakang. Pengguna jilbab gaul biasanya juga melengkapi penampilannya dengan dandanan menor, wewangian, serta aksesoris nan mencolok.
Yang menjadi acuan primer dalam memakai jilbab gaul ini bahwa mereka ingin menghilangkan pandangan lama nan dianggap kurang memihak pada para pemakai jilbab.
Banyak nan menganggap bahwa pemakai jilbab tidak akan bisa buat tampil trendi atau menggikuti mode nan ada. Para pemakai jilbab akan terlihat tidak modis bahkan cenderung tidak bergaya.
Inilah nan ingin disingkirkan dari pandangan masyarakat, mereka memiliki pendapat bahwa dengan memakai jilbab para pemakainya masih tetap buat terlihat cantik, anggun dan terntu saja modis dan trendi.
Hal primer inilah nan dikejar oleh pemakai jilbab gaul. Kesan antik dan tidak mengikuti perkembangan jaman tidak akan lagi inheren pada diri mereka. Mereka sudah bisa dicap sebagai wanita nan juga mengikuti perkembangan mode terkini.
Dengan mengacu pada keinginan ini maka para pemakai jilbab gaul ini melakukan segala cara buat mewujudkan keingin mereka. Mereka memakai segala macam jilbab dengan segala mode dan bentuknya. Tanpa memahami dengan sahih bagaimana anggaran nan sesungguhnya mengenai jilbab itu sendiri.
Hukum Jilbab Gaul
Di balik pesona jilbab gaul nan menjadi tren di mana-mana, sesungguhnya gaya berpakaian seperti ini sangat tak memenuhi ketentuan jilbab seperti nan tercantum dalam Al Quran Surat An-Nur: 31.
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan wanita menutupkan kain kudung ke dada. Artinya, di samping kepala dan rambut, dada juga termasuk aurat nan harus ditutupi. Tidaklah disebut jilbab jika kerudung ditutupkan pada kepala saja dan ujungnya disampirkan ke belakang. Ujung kerudung harus dibiarkan jatuh menutupi dada.
Wanita berjilbab gaul dengan baju tipis, transparan, dan memperlihatkan lekuk tubuh juga sangat pas dengan perumpamaan Rasulullah dalam sebuah hadis shahih. Mereka ialah wanita nan berpakaian namun telanjang dan getol berlenggak-lenggok. Wanita semacam ini menurut Rasulullah tak akan masuk surga, bahkan mencium baunya pun tidak.
Hal ini sejatinya ialah sebuah hal nan miris. Karena bau surga itu bisa tercium dari jeda sekian dan sekian. Namun para wanita nan tidak menutupi tubuhnya secara paripurna ini tidak akan mencium bau surga ini.
Di samping itu, dalam Al Quran Surat Al Ahzab: 33, Allah melarang wanita buat bertabaruj. Tabaruj ialah menggunakan aksesoris, dandanan, serta wewangian secara hiperbola sehingga mengundang syahwat lelaki. Konduite tabaruj ini biasanya tidak bisa dilepaskan dari pengguna jilbab gaul.
Citra jilbab gaul menjadi bertambah jelek jika akhlak penggunanya masih jauh dari nilai-nilai Islami. Misalnya, masih suka berduaan dengan versus jenis non-mahram serta menerapkan gaya pergaulan nan menyimpang dari syariat Islam.
Fenomena seperti inilah nan semakin membuat jelek gambaran para pemakai jilbab gaul. Banyak nan menggugat mereka, mengapa mesti ditutupi bagian atas tubuhnya kalau ternyata hatinya masih kotor dan tidak dapat berbuat baik? Lebih baik tak tertutupi namun hati masih bisa berbuat baik. Tak smeua wanita nan memakai jilbab memiliki hati nan bersih.
Pandangan seperti inilah nan banyak menjadi penggugat dari para pemakai jilbab gaul ini. mereka dianggap sebagai sosok nan belum paripurna namun berusaha buat menutupi ketidaksempurnaan diri mereka dengan jilbab nan mereka pakai. Dan banyak masyarakat nan masih tidak bisa menerima akan hal ini.
Reformasi Jilbab Gaul
Walaupun banyak nan memandang negatif kenyataan jilbab gaul, tak ada salahnya kita tetap berprasangka baik pada wanita nan masih mengenakan jilbab gaul. Muslimah pengguna jilbab gaul setidaknya telah memiliki pencerahan ke arah kehidupan nan lebih Islami. Bagaimanapun juga, tak mudah meninggalkan kehidupan jahiliyah secara total.
Berhijrah ialah sebuah proses. Berniat pun sebuah proses pula. Dari nan niatnya sekadar latah berjilbab buat mengikuti mode, lambat-laun, jika Allah berkehendak memberi hidayah, niat bisa direformasi menjadi lebih paripurna sehingga dalam berpakaian akan semakin mendekati kriteria jilbab nan sempurna.
Maka, bagi nan telah berjilbab secara total, tak ada salahnya memberikan kesempatan dan dukungan kepada saudarinya buat terus berproses menuju jilbab syariah. Jilbab nan sinkron syariah menutupi tubuh seorang wanita muslimah secara sempurna. Kemuliaannya terpancar dari cara berpakaian nan tak ketat, tak transparan, tak menyerupai baju laki-laki, dan minus segala jenis aksesoris serta wewangian pengundang syahwat lelaki.
Penggunanya jilbab syariah pun mematuhi adab-adab pergaulan dalam Islam. Menghindari kontak hiperbola dengan versus jenis, menundukkan pandangan, serta menjauhi lenggak-lenggok nan bertujuan mencari perhatian.
Mari kita nantikan para “reformis” jilbab gaul nan terus berproses menyempurnakan cara berpakaiannya menuju jilbab syariah. Insya Allah. Berikut ialah beberapa hal nan bisa kita lakukan sebagai reformasi jilbab gaul agar sinkron dengan syariat Islam.
1. jilbab atau nan tepatnya disebut dengan kerudung ialah kain epilog kepala sampai ke depan dada. Jadi nan ditutup dengan kerudung tidak hanya rambut saja, namun juga leher, telinga, dan sampai bagian atas dada. Dengan melakukan hal ini maka sudah sinkron dengan anggaran Islam.
Pandangan dasar ini memang harus dibenarkan. Karena sejatinya kerudung dipakai bukan hanya buat menutupi rambut tapi kepala, sampi ke dada. Jadi bagian tubuh diantaranya juga harus tertutupi.
Entah gaya atau bentuk apa ataupun tambahan aksessoris apa nan dipakai, asalkan memenuhi syarat ini maka makna dari kerudung atau jilbab itu ialah hal nan sahih dan sinkron dengan aturan.
2. syarat kedua kerudung dikatakan sahih ialah ketika kain nan digunakan ialah tebal dan tidak transparan. Makna tebal ini ialah menutupi apa nan ada di dalamnya. Kenapa harus ditutupi ketika kain nan digunakan masih menunjukkan apa nan terlihat di dalamnya.
Maka dari itu, kain nan digunakan haruslah tebal dan sampai menutupi bagian tubuh nan dibungkus oleh kain ini. sebab kita tentu masih banyak melihat bahwa para pemakai jilbab gaul ini memakai kain nan tipis dan transparan sehingga apa nan ditutupi masih bisa terlihat oleh orang lain.
3. Allah SWT menurunkan anggaran pemakaian kerudung seiring dengan pemakaian jilbab. Dua hal inilah nan menajdi baju primer dari seorang wanita. Kerudung ialah kain nan menutupi kepala mereka sampai ke dada. Sedangkan jilbab ialah sebuah baju nan longgar nan menutupi seluruh tubuh mereka nan dianggap sebagai aurat yaitu bagian tubuh nan harus ditutupi.
Sebagai manusia kreasi Allah maka kita harus tunduk pada semua anggaran nan telah diturunkan kepada kita. Salah satu anggaran nan diturunkan ialah mengenai pakaian. Bagi wanita hal ini ialah kerudung dan juga jilbab. Dengan memakai keduanya berarti telah taat kepada Allah sebagai Pencipta kita, disitulah makna dari pesona jilbab akan terpancarkan.