Sosok Teladan
Kisah Siti Fatimah ialah kisah penuh inspiratif nan tak akan bosan dibaca berulang-ulang. Siti Fatimah ialah putri kesayangan Rasulullah saw, hingga Rasulullah tak akan membiarkan orang nan akan menyakiti putrinya ini..
Ketika umurnya telah cukup, banyak nan ingin melamar Siti Fatimah di antaranya ialah Abu Bakar Ash Siddiq dan Umar bin Khattab, tapi Rasulullah menolaknya secara halus dengan mengatakan urusan Fatimah ada di tangan Allah Yang Maha Agung.
Rasulullah berharap Ali bin Abi Thalib nan akan melamar Fatimah, hal ini diungkapkan kepada Abu bakar, kemudian Abu bakar mengungkapkannya kepada Ali.
Sebenarnya Ali pun ingin melamar Fatimah, tapi ia tak memiliki keberanian sebab ia tak memiliki apa-apa. Setelah mendapat dorongan dari sahabatnya ini kemudian Ali melamar Fatimah dan Rasulullah merestuinya.
Jodoh Yang Dipilih Rasulullah Untuk Putrinya
Pilihan Rasulullah buat jodoh putri nan sangat dicintainnya ini bukan pria dari kalangan bangsawan nan bergelimangan harta, melainkan jatuh pada laki laki nan sangat miskin tetapi memiliki ilmu juga kecerdasan nan sangat luar biasa.
Setelah Siti Fatimah menikah dengan Ali, ada kisah nan menceritakan bahwa Ali merasa kasihan dengan putri Abu jahal sebab ayahnya kafir sedangkan putrinya ini muslim. Maka Ali hendak melamarnya, tetapi Rasulullah tak mengijinkannya.
Alasan nan dikemukakan Rasulullah di depan para sahabat nan dikutip dari sebuah pidatonya di masjid adalah:
“Sesungguhnya Fatimah ialah diriku, dan aku risi ia terfitnah dalam agamannya. Saya tak mengharamkan nan halal dan menghalalkan nan haram, akan tetapi demi Allah tak akan berkumpul putri seorang Rasulullah dan putri seorang musuh Allah pada seorang suami”.
“Saya tak mengijinkannya kecuali jika Ali menceraikan putri aku dan mengawini putri mereka. Fatimah ialah penggalan dariku, menyakitinya ialah menyakitiku dan menggangguku apa nan mengganggunya.”
Rasulullah menghindari rekaan nan akan timbul di kemudian hari sebab Rasulullah mengemban tugas sangat berat yaitu memerangi orang kafir, tak mungkin bila menyatukan keluarga antagonis akidah nan jelas jelas musuh Allah.
Begitu besar cintanya Rasulullah terhadap putrinya ini, sehingga banyak hadist nan meriwayatkan tentang hal ini. Biarpun Rasulullah sangat menyayangi putrinya ini tetapi beliau tak memanjakannya, hal ini terlihat dari kisah Siti Fatimah nan meminta pembantu tapi tak dikabulkannya.
Siti Fatimah Mengerjakan Urusan Rumah Tangganya Sendiri
Suatu hari Siti Fatimah mendengar ayahandanya mendapat pembantu banyak, kemudian Fatimah menyampaikan keinginanya kepada suaminya agar memintakan pembantu buat meringankan pekerjaannya. Ali pun menyampaikan keinginannya kepada Rasulullah, tetapi Rasulullah tak memberikannya.
Lain waktu Rasullullah mendatangi Fatimah nan sedang menggiling syair (sejenis padi padian) sambil berlinangan air mata. Bertanyalah Rasulullah kepada putrinya ini, Fatimah menjelaskan dia kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah tangganya, mulai dari mengambil air, menggiling syair (sejenis padi padian) dan mengurus anak nan masih kecil-kecil.
Rasulullah mendekati putrinya ini sambil mengambil syair dan membantu Fatimah. dengan mengucapkan “Bismillahirahmanirrahiim”, dengan kekuasaan Allah batu itu bergerak menggiling dengan sendirinya. Setelah habis butir- butir syair itu digilingnnya, Rasulullah pun berkata “berhentillah”, maka penggilingan itu pun berhenti.
Kemudian Rasulullah bersabda, “ Jika Allah SWT menghendaki Fatimah, pasti penggilingan itu akan berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki dituliskan –Nya untukmu beberapa kebaikan dan menghapus kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.
“Ya Fatimah, apabila seorang perempuan nan mana menggiling tepung buat suami dan anak anaknya, maka Allah SWT menuliskan untuknya dari setiap biji gandum nan digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat.”
Dari sabda Nabi ini dapatlah kita mengetahui bahwa seorang istri nan mengurusi suaminya juga anak-anaknya maka akan dijauhkan dari barah neraka dan juga akan diangkat derajatnya. Rasulullah mengajarkan kepada putrinya bahwa kesulitan juga kepayahan itu akan ditebus dengan kenikmatan nan kekal di akhirat kelak.
Jika Rasulullah mau, bukit Uhud pernah ditawarkan oleh Allah buat menjadi emas buat memanjakan putrinya ini, tetapi Rasulullah menolaknya sebab beliau ialah orang nan zuhud, memandang rendah terhadap keduniawian. Hal ini pun nan diajarkan kepada putrinya hingga ia menjadi orang nan zuhud pula mewarisi sifat ayahandanya.
Sosok Teladan
Sebagaimana ayahnya, Baginda Rasululloh Muhammad SAW, nan telah menjadi panutan dan teladan seluruh ummat Islam maka Siti Fatimah pun patut buat diteladani. Bukan hanya sebab ia memiliki garis keturunan langsung dengan nabi tetapi juga sebab sikapnya nan memang patut buat dicontoh.
Di jaman ketika dimana masih banyak orang nan menghinakan Islam dan Nabi Muhammad SAW, Siti Fatimah sudah ikut mendampingi Rasulullah. Sebuah tindakan nan patut buat ditiru dan dicontoh.
Ketika itu Nabi Muhammad SAW sedang bersujud dan para kafir Qurais melempari beliau dengan kotoran. Dengan sigap kotoran itu pun dibersihkan oleh Siti Fatimah dari anggota tubuh Rasululloh.
Bisa kita bandingkan dengan nan ada pada saat ini. Sebuah pemandangan nan amat langka tentunya jika kita melihat dengan nan ada pada masyarakat pada saat ini. Betapa waktu itu banyak sekali nan masih mendustakan Rasululloh tetapi Siti Fatimah selaku anaknya tetap mendukungnya.
Jika saat ini ada seorang ayah nan memiliki sebuah tekad kuat tetapi hal tersebut tak lazim maka banyak sekali nan menentangnya. Padahal nan dibutuhkan oleh seorang ayah hanyalah dukungan dari keluarga termasuk anak dan bukanlah penentangan.
Sebagai sebuah contoh ialah ketika seorang ayah memiliki sebuah kesenangan sebagai seorang penjual mie. Padahal ayah tersebut telah bekerja di sebuah perusahaan partikelir dengan kedudukan dan gaji nan sangat tinggi. Niscaya bagi kebanyakan orang akan tetap mendukung buat ayahnya tetap pada posisi nan bagus tersebut.
Tetapi sebagai seorang anak nan baik, pastinya akan mendukung apapun tindakan ayahnya tersebut selama hal tersebut ialah baik. Menjadi seorang penjual atau pengusaha mie ialah hal nan tak buruk. Jadi sudah sepatutnya seorang anak buat mendukung hal tersebut asalkan ayahnya tahu dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang ayah.
Sikap seperti ini sudah sangat langka terjadi pada diri seorang anak bahkan dapat dibilang langka. Anak kebanyakan hanya memikirkan kepentingan atau kesenangannya sendiri sedangkan kesenangan orang tuanya sporadis sekali dipikirkan.
Teladan nan lain nan dapat diperoleh dari sosok Siti Fatimah ialah sikapnya nan tak terlalu bermewah-mewahan atau terlalu cinta dunia. Meskipun Siti Fatimah ialah anak seorang nabi sekaligus pemimpin dari seluruh jazirah arab dan ummat islam kala itu tetap tak menjadikannya sebagai seorang anak nan manja.
Seorang anak nan hanya dapat meminta berbagai kemudahan dan limpahan harta saja dari ayahnya nan memiliki kekuasaan nan sangat luas. Apalagi beliau juga merupakan seorang Nabi nan setiap do’anya selalu dikabulkan oleh Allah SWT.
Cerita nan paling terkenal dari Siti Fatimah ialah ketika beliau mencoba berkeluh kesah kepada Nabi perihal kesusahannya menggiling gandum. Namun Nabi Muhammad pun menyadarkannya bahwa banyak sekali pahala nan dapat didapatkan dari seorang istri ketika bersusah payah dalam merawat keluarganya.
Seketika itu juga beliau langsung sadar dan betapa nikmatnya menjadi seorang istri meskipun terkadang harus berpeluh kesah dengan berbagai pekerjaan kasar nan ada. Tentunya hal ini sangat bertolak belakang dengan apa nan terjadi pada para putri pemimpin global saat ini.
Tidak hanya hayati bergelimang harta tetapi juga sifat manja nan tak mau merawat diri sendiri juga ada pada setiap putri pemimpin tersebut. Jangankan putri pemimpin di antara kita saja masih banyak nan terkadang membutuhkan seorang asisten rumah tangga buat meringankan pekerjaan.
Bukannya tak boleh buat memiliki seorang asisten rumah tangga demi meringankan beban pekerjaan nan ada. Namun jika kita melihat betapa besarnya pahala nan disediakan oleh Allah SWT buat seorang istri nan sangat ridho terhadap pekerjaannya buat merawat keluarga maka hal tersebut akan sangat disayangkan.
Seharusnya banyak sekali pahala nan didapatkan jika dikerjakan dengan sendiri tetapi sebab semua sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga maka pahala nan seharusnya didapatkan menjadi berkurang. Jika demikian apakah kita tak merasa merugi?
Seperrti halnya Siti Fatimah nan merupakan anak seorang Nabi dan pemimpin jazirah arab tetapi semuanya masih dikerjakannya sendiri. Sudah sepatutnya kita buat mencontoh segala perbuatan beliau dan tak menjadi manja.