Ajakan Berkorban dan Berkurban
Ajakan Bertaqwa
Khutbah kedua Idul Adha tetap harus didengarkan dengan khusuk. Khutbah Idul Adha tak sporadis sangat menyentuh terutama ketika cara penyampaian dan suara nan memberikan khutbah sangat khidmat. Memang tema nan disampaikan lebih berfokus pada apa nan melatarbelangi Idul Adha. Namun tak menutup kemungkinan buat mengaitkannya kepada hal-hal nan sedang terjadi sehingga masyarakat semakin memahami makna Idul Adha.
Contoh bagaimana keadaan umat Islam pada umumnya baik nan ada di luar negeri maupun nan ada di luar negeri juga dapat dijadikan sebagai pembahasan. Misalnya, pada saat Idul Adha 2012, umat Islam sedang dihadapkan kepada kejadian nan cukup menyedihkan nan berlangsung di Palestina. Khutbah nan disampaikan dapat mengajak buat lebih mensyukuri nikmat nan diberikan oleh Allah Swt kepada umat Islam di Indonesia nan dapat melakukan sholat ied berjamaah dengan tenang tanpa harus merasa takut terkena rudal bangsa Yahudi nan kejam.
Dijelaskan juga bahwa kehidupan nan tentram ini bukannya membuat terlena. Tetapi ini ialah satu cobaan nan maha berat juga. Indonesia ini bagaikan surga bagi umat Islam. Mereka dapat beribadah dengan tenang dan tak ada ancaman sama sekali. Waktu beribadah juga sangat pas dan tak sangat ekstrim. Hewan kurban mudah didapat dengan harga nan masih terjangkau. Bagaimana dengan umat Islam nan ada di negara lain nan sedang dalam kesusahan sebab diuji dengan kelaparan, kemiskinan, dan mungkin juga keterbatasan ilmu.
Gambaran dan ilustrasi nan diberikan itu diharapkan akan membuat umat Islam Indonesia semakin bertaqwa dan tak pernah putus bersyukur. Rasa syukur ini akan membuat kehidupan akan dijalankan dengan lebih mudah dan lebih menentramkan. Tanpa adanya rasa syukur, kehidupan ini akan terasa sangat berat. Citra buat berkurban juga dapat diambilkan dari contoh konkret nan dilakukan oleh orang-orang nan pandai berdekatan dengan Allah Swt.
Misalnya, dapat juga mengatakan bahwa ada suami istri nan pekerjaannya sebagai pemulung, mampu berkurban. Rasanya berkurban itu bukanlah sebab seseorang itu kaya atau miskin. Tetapi lebih kepada keinginan dan komitmen. Buktinya, Yati dan suaminya nan berprofesi sebagai pemulung itu dapat mengumpulkan uang sebanyak 3 juta buat membeli 2 ekor kambing sebagai kurban. Bukti kekuasaan Alalh Swt membolak-balikan hati orang tersebut diharapkan dapat menggugah orang-orang nan mampu tapi belum berkurban.
Jika saja seorang perokok mau tak merokok dan menyisihkan uang buat membeli rokok itu, lalu menabungkannya demi berkurban, maka dalam satu tahun ia bahkan dapat membeli kambing dengan kualitas nan sangat baik. Misalnya, salam seminggu ia menghabiskan uang 20 ribu buat membeli rokok. Artinya, dalam satu bulan ia menghabiskan uang 80 ribu. Dalam satu tahun akan terkumpul uang 960 ribu. Uang sebanyak itu sudah dapat membeli kambing. Kalaupun akan berkurban dengan sapi, tinggal menambah beberapa ratus rupiah saja.
Ajakan buat mencari solusi bagaimana berkurban ini tentunya akan menambah semangat bagi nan belum berkurban buat melakukan kurban. Dalam hal ketaqwaan, kisah para nabi dan sahabat dapat diambil sebagai contoh. Misalnya, bagaimana Bilal nan dipukuli sedemikian rupa tetap saja tak mau menyerah dan ia tetap dalam keislamannya. Seorang Maryam nan pasrah dihina tetapi tetap konfiden kalau Allah Swt akan membantunya. Ia tetap mendapatka penghidupan nan baik.
Kepasrahan hanya kepada Allah Swt itu akan melahirkan ketabahan dan ketawakalan nan akhirnya akan membuatnya menjadi lebih konfiden lagi kalau Allah Swt itu tak akan pernah meninggalkan umat-Nya dalam kondisi apapun. Asalkan sang umat tak berputus asa, maka kesenangan dan kebahagiaan itu akan hadir secepat pikiran memikirkannya. Tuhan tak pernah tidur dan niscaya tahu apapun nan dilakukan umat-Nya. Tidak ada loka sembunyi dan tak ada loka buat menghindar dari apa nan akan dilakukan Tuhan kepada siapapun.
Inti dari dakwah Islam ialah mengajak manusia beriman dan bertaqwa kepada Allah. Oleh sebab itu, kalimat pertama dalam setiap khutbah ialah ajakan buat bertaqwa (ittaqullah) dan memantapkan keimanan kepada Allah. Ajakan bertaqwa ini biasanya disampaikan pada pembukaan khutbah. Karena pada intinya, materi dari khutbah itu ialah penjabaran dari makna taqwa itu sendiri pada hal-hal nan lebih spesifik.
Tidak mudah memahami bagaimana hati dapat begitu pasrah dan menerima semua cobaan dan ujian nan telah diberikan kepadanya. Terkadang banyak juga orang nan merasa bahwa ia telah berbuat baik, tetapi keinginannya belum juga terkabul. Akhirnya ia menjadi dursila dan berbuat dursila dan merasa puas dengan perbuatannya nan melanggar hukum Tuhannya itu. Memang dapat dipahami kalau hal ini terjadi. Beda memang ketika hati selalu disirami oleh air bening estetika beribadah. Hati akan tenang dan menerima dengan bahagia hati segala ketetapan.
Untuk mendapatkan hati nan mantap bertaqwa ini, rajin mendengarkan khutbah atau ceramah agama ialah sesuatu nan dibutuhkan. Memang banyak godaan dan cobaan buat dapat hadir disebuah pengajian. Tidak sporadis orang nan menghadiri pengajian itu malah sambil merokok. Akhirnya orang-orang nan tak merokok merasa terganggu. Jangankan orang awam, para kyai nan seharusnya memberikan contoh nan baik juga banyak nan merokok sembarangan.
Keutamaan Haji
Haji merupakan salah satu ibadah nan dilaksanakan dalam rangka mencapai derajat taqwa. Prosesi perjalanan haji, hikmah dan keutamaannya biasanya dijabarkan dalam khutbah Idul Adha. Hal ini bertujuan buat memberikan motivasi pada jamaah agar tergerak melaksanakan rukun Islam nan kelima ini. Boleh juga memberikan inspirasi bagaimana banyaknya orang miskin nan berprofesi tak bonafid dapat naik haji.
Seorang tukang jahit dan petani karet kecil nan dahulunya merupakan anak yatim piatu akhirnya dapat menginjakan kaki ke tanah kudus dalam keadaan sehat wal afiat. Tanpa adanya donasi dan kuasa Allah Swt, semua itu tak akan dapat terjadi. Yati dan suaminya nan berkurban itu pun insyaaallah akan naik haji dengan kuota haji khusus. Biayanya ditanggung oleh orang lain. Ini juga merupakan kuasa Allah Swt.
Ajakan Berkorban dan Berkurban
Idul adha juga dikenal dengan sebutan hari raya kurban. Kenapa? Karena pada hari itu umat islam nan memiliki kelebihan rezeki diperintahkan buat menyembelih hewan kurban. Menurut sebagian ulama ibadah kurban merupakan refleksi atau simbol bahwa umat islam harus menyembelih atau menghilangkan sifat-sifat hewani nan ada dalam dirinya, seperti sifat rakus, tamak, egois dan lain sebagainya.
Ajakan berkorban ini biasanya diawali dengan uraian mengenai sebuah peristiwa nan terjadi pada Nabi Ibrahim dan putra kesayangannya Nabi Ismail. Sebuah ujian berat nan diberikan Allah padanya. Untuk mengetahui seberapa tinggi taraf keyakinan dan keimanan Nabi Ibrahim kepada Allah Swt. Allah memerintahkannya agar menyembelih Ismail anak nan sangat disayanginya. Sungguh sebuah pilihan nan sangat berat.
Namun, ternyata Nabi Ibrahim sukses melewati ujian tersebut. Keimanan dan kecintaannya pada Allah telah menguatkan hatinya agar mampu melewati ujian tersebut. Demikian juga dengan Ismail. Didikan keimanan nan diberikan oleh Nabi Ibrahim, membuatnya tumbuh menjadi pemuda nan kuat keimanannya. Sehingga ia menjadi penguat hati Ayahnya buat menjalankan perintah Allah, walaupun itu bertentangan dengan kehendak hatinya.
Ibrahim dan Ismail merupakan refleksi kekuatan iman, keyakinan, keteguhan hati dan kemampuan buat menyembelih nafsu hewani dalam diri. Peristiwa itulah nan kemudian diabadikan oleh Allah dalam Al quran, dan menjadi ibadah tahunan bagi umat islam buat mensucikan jiwanya dalam ibadah kurban.
Doa
Doa ialah otaknya ibadah. Setiap ibadah nan dilakukan oleh ummat Islam merupakan bentuk ketundukan dan penyerahan diri pada Allah. Dalam khutbah Idul Adha, doa dirangkum dalam khutbah kedua Idul Adha. Demikian juga dengan khutbah lainnya. Khutbah kedua Idul Adha disampaikan setelah khutbah pertama selesai dibacakan. Dan biasanya khutbah kedua ini lebih pendek dari pada khutbah pertama.