Gejala Kurang darah Ibu Hamil
Kehamilan memang rentan terhadap berbagai keluhan penyakit. Salah satunya ialah anemia. Kurang darah nan diderita oleh ibu hamil atau disebut juga kurang darah ibu hamil dapat menghambat serta mengganggu kesehatan ibu dan janin nan tengah dikandung. Kurang darah ibu hamil memiliki keluhan nan cenderung sama dengan kurang darah biasa, nan membedakan ialah waktu penyakit kurang darah itu diderita.
Angka terjadinya kurang darah ibu hamil di Indonesia memang cukup tinggi. Terjadinya kurang darah ibu hamil ini bisa pula disebabkan oleh kurang darah sebelum kehamilan, nan umumnya sering juga terjadi pada wanita muda. Mereka terkena kurang darah disebabkan oleh haid, terlalu sibuk sehingga meninggalkan pola makan sehat, dan diet.
Anemia ibu hamil memang dapat terjadi murni dampak kehamilan. Pada masa kehamilan, terutama jika menginjak trimester dua atau tiga, volume darah pada wanita hamil akan meningkat hingga 35%, nilainya setara dengan 450 mg zat besi nan digunakan buat memproduksi sel darah merah.
Pada kehamilan trimester pertama, jika kadar hemoglobin ibu hamil di bawah 11g/dL dan pada trimester kedua di bawah 10g/dL, maka pada wanita itu telah terjadi kurang darah ibu hamil. Itulah sebabnya, perlu inspeksi hemoglobin secara rutin selama kehamilan.
Anemia Ibu Hamil - 7 dari 10 Wanita Hamil Terkena Anemia
Di Indonesia, prevalensi kurang darah ibu hamil mencapai 70%. Artinya, dari 10 wanita hamil, 7 di antaranya terkena anemia. Biasanya, ibu hamil baru terserang kurang darah ketika kehamilan menginjak trimester kedua sebab pada trimester pertama peningkatan volume darah belum terlalu signifikan sehingga gejala kurang darah kurang begitu dirasakan.
Keluhan nan terjadi pada kurang darah ibu hamil terjadi ketika menginjak trimester dua dan tiga, volume darah meningkat drastis. Bahkan, mencapai 35%. Sementara pada saat melahirkan, tambahan zat besi nan diperlukan berkisar antara 300-350mg dampak kehilangan darah. Pada kondisi setelah melahirkan, wanita memerlukan 40 mg/hari atau dua kali lipat nan dibutuhkan pada kondisi tak hamil.
Terjadinya kurang darah ibu hamil umumnya disebabkan pola makan tak seimbang. Padahal, pada kondisi hamil, kebutuhan zat besi meningkat. Wanita dengan kehamilan berulang dalam waktu singkat juga memiliki peluang cukup tinggi terkena anemia. Ini disebabkan, dalam kondisi setelah melahirkan, cadangan zat besi ibu nan belum pulih terkuras buat janin.
Rendahnya angka pencerahan gizi pada masyarakat khususnya wanita hamil menjadi penyebab primer kurang darah ibu hamil ini. Jika saja masyarakat sadar betul betapa pentingnya asupan gizi pada masa-masa kehamilan, maka keluhan kurang darah ibu hamil tak akan terjadi. Satu lagi pemahaman nan harus mulai diterapkan ialah bahan-bahan makanan bergizi bukan berarti mahal.
Menyangkut hal ini keluhan terhadap rendahnya penghasilan atau ketidakmampuan buat membeli atau mengonsumsi makanan bergizi selalu dipermasalahkan, nan berimbas pada keluhan kurang darah ibu hamil. Padahal bahan-bahan makanan bergizi tinggi dapat didapatkan dengan harga nan nisbi terjangkau. Asupan protein tak harus melulu didapatkan dari daging, tapi dapat juga dari tahu, tempe, atau telur.
Gejala Kurang darah Ibu Hamil
Gejala anemia ibu hamil hampir sama dengan gejala kurang darah biasa. Gejala kurang darah umumnya dikenal dengan 5L, yaitu lesu, lemah, letih, lelah, lalai. Pada kondisi ini, wanita hamil menjadi berkurang konsentrasinya, begitu pun nafsu makannya. Stamina tubuh pun menurun dan mudah sekali terkena infeksi.
Pandangan juga berkunang-kunang, terutama jika kondisi berubah secara mendadak, yaitu dari kondisi duduk lalu tiba-tiba bangkit. Wajah, selaput lendir kelopak mata, kuku, dan bibir pun tampak pucat. Jika kurang darah ibu hamil nan terjadi cukup berat, akibatnya dapat ke sesak nafas dan lemah jantung.
Ketika ibu hamil menderita anemia, jumlah zat besi nan berkurang menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Menurut sebuah penelitian, jika kadar zat besi kurang dari 10 g/dL, kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) pun jadi menurun. Terlihat jelas bahwa kurang darah ibu hamil cukup membahayakan kesehatan calon ibu dan janinnya.
Anemia Ibu Hamil dan Risiko Kematian Ibu Hamil
Angka kematian ibu hamil dampak kurang darah cukup tinggi. Ketika terjadi kurang darah ibu hamil, jasmani si ibu akan menjadi sangat lemah sebab pasokan oksigen buat sel-sel tubuh jadi berkurang.
Penelitian terhadap kurang darah ibu hamil juga melibatkan percobaan pada hewan. Pada hewan percobaan nan bunting, kekurangan zat besi menyebabkan sang induk melahirkan bayi-bayi dengan daya tahan tubuh rendah terhadap infeksi. Hal ini disebabkan ketidakmampuan sel fagosit menangkal bakteri secara optimal.
Tidak hanya itu, terdapat risiko lain pada kurang darah ibu hamil nan tidak kalah beratnya, seperti keguguran, persalinan lama, kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat rendah, hingga bayi lahir dengan stigma bawaan.
Antisipasi Terjadinya Kurang darah Ibu Hamil
Sebenarnya, antisipasi kurang darah ibu hamil secara nasional pada ibu hamil, wanita pekerja, dan wanita prahamil nan telah menikah, sudah dilakukan dengan pemberian pil suplemen zat besi. Spesifik buat wanita hamil, sangat disarankan mengonsumsi pil tersebut setiap hari selama tiga bulan. Riset menunjukkan cadangan zat besi wanita hamil nan tak mengonsumsi pil suplemen zat besi menurun sangat tajam sejak minggu ke 12 usia kehamilan. Kurang darah ibu hamil pun tak dapat dihindarkan.
Pencegahan kurang darah ibu hamil ini mendapatkan banyak kendala. Pemberian pil pada wanita hamil tak lantas diikuti dengan mengonsumsinya secara teratur, alasannya ialah malas mengonsumsi pil suplemen zat besi tersebut. Imbas mual, diare (beberapa malah mengalami konstipasi), dan lain-lain menjadi alasan nan membuat ibu hamil tersebut malas mengonsumsi pil. Jadi, mau tak mau, asupan zat besi harus dipasok dari arah lain, seperti mengonsumsi susu nan mengandung vitamin B12 atau makanan lainnya.
Sebenarnya, buat kasus kurang darah ibu hamil ringan, tak perlu mengonsumsi suplemen zat besi. Cukup dengan mengatur pola makan nan sehat buat pemenuhan zat besi. Pil suplemen zat besi lebih disarankan buat wanita hamil nan mengalami kurang darah berat.
Anemia ibu hamil bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan nan mengandung zat besi tinggi terdapat pada susu, ikan, telur, daging, kacang-kacangan (kacang hijau, kedelai, tempe, oncom, tahu), sayuran berwarna hijau tua (bayam, kangkung, daun katuk), dan buah-buahan seperti jambu biji, pisang, jeruk, pepaya.
Selain itu, perlu juga dihindari konsumsi substansi nan mengurangi penyerapan zat besi, seperti kopi dan teh. Meningkatkan konsumsi substansi nan meningkatkan penyerapan zat besi seperti vitamin C, ayam, ikan, jeruk, dan lain-lain.
Perawatan Jika Terjadi Kurang darah Ibu Hamil
Jika anemia ibu hamil nan terjadi cukup parah, berkonsultasilah dengan dokter kandungan. Terkadang, tindakan tranfusi darah diperlukan pada kasus-kasus kurang darah berat.
Pepatah lama mengatakan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati. Jika saja Anda mau memperhatikan pola asupan makanan nan sehat bagi tubuh, Anda niscaya tak akan mengalami kurang darah ibu hamil. Memperhatikan makanan nan masuk ke dalam tubuh saat hamil memang terkesan sepele, tapi tahukah Anda jika hal itu dapat berakibat fatal jika tak diperhatikan dengan baik.
Nafsu makan nan mendadak turun pada saat hamil memang merupakan hambatan tersendiri. Namun, pikirkan bahwa makanan tersebut bukan hanya buat Anda tetapi juga anak nan tengah Anda kandung. Mengonsumsi makanan nan bisa menaikkan tensi darah, seperti hati ayam maupun sapi niscaya akan bermanfaat buat mencegah kurang darah ibu hamil.