Jenis-jenis Bahan Pengawet Minuman
Adakah minuman dalam kemasan nan tak mengandung bahan pengawet minuman ? Kalau kita cermati kandungan bahan ( ingredient ) nan tercantum dalam kemasannya, hampir semua produk minuman mengandung bahan pengawet. Sebut saja natrium benzoat, kalium sorbat, asam benzoat, dan asam sitrat. Mengapa zat-zat tersebut ditambahkan ke dalam minuman kemasan? Lalu, apakah penggunaan bahan pengawet minuman tersebut kondusif bagi kesehatan?
Pengawet Minuman - Mengapa Minuman Diawetkan?
Produk minuman diawetkan sebab daya tahannya sangat terbatas dan mudah rusak ( perishable ). Dengan diawetkan, minuman dapat disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Ini jelas sangat menguntungkan. Secara umum, cara mengawetkan minuman dibagi dua, pertama menggunakan teknologi dan penambahan bahan pengawet. Teknologi pengawetan nan biasa digunakan antara lain pengeringan, refrigerasi, pengalengan, dan pasteurisasi.
Cara kedua dengan menambahkan bahan pengawet. Bahan pengawet minuman ialah zat nan sengaja ditambahkan ke dalam minuman dengan fungsi menekan pertumbuhan mikroorganisme nan merugikan, menghindarkan oksidasi makanan sekaligus menjaga nutrisi minuman.
Jenis-jenis Bahan Pengawet Minuman
Bahan pengawet minuman bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengawet alami dan pengawet buatan. Bahan pengawet nan banyak digunakan dalam produk minuman ialah bahan pengawet buatan. Contohnya, natrium benzoat dan kalium sorbat. Kedua zat tersebut digunakan sebab bisa mencegah pertumbuhan jamur.
Natrium benzoate banyak digunakan buat mengawetkan berbagai produk makanan dan minuman, seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, sambal, saus salad, saus tomat, selai, dan sirop buah. Adapun kalium sorbet banyak dimanfaatkan dalam berbagai produk makanan dan minuman, seperti air soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega, minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan nan difermentasi, roti, saos selada, susu,dan yoghurt.
Adapun bahan pengawet alami belum banyak nan memanfaatkan sebab ketersediaan nan masih terbatas. Bahan pengawet alami nan biasa digunakan antara lain gula dan garam. Akhir-akhir ini, gel lidah buaya dan kitosan juga mulai banyak dicoba.
Pengawet Minuman Kondusif atau Berbahaya?
Secara garis besar, bahan pengawet dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama , GRAS ( Generally Recognized as Safe ) nan umumnya bersifat alami, sehingga kondusif dan tak berefek racun sama sekali. Garam, gula, asam cuka, dan bahan pengawet alami lainnya tergolong jenis GRAS.
Kedua , ADI ( Acceptable Daily Intake ), nan selalu ditetapkan batas penggunaan hariannya ( daily intake ) guna melindungi kesehatan konsumen. Natrium benzoat, kalium sorbat, dan kebanyakan bahan-bahan pengawet protesis lainnya tergolong bahan pengawet jenis ADI. Ketiga , zat pengawet nan memang tak layak dikonsumsi, alias berbahaya, seperti boraks, formalin, dan rhodamin B.
Bahan pengawet bisa menimbulkan imbas negatif jika dikonsumsi oleh penderita penyakit eksklusif atau digunakan secara berlebihan. Natrium benzoat dapat memicu terjadinya agresi asma. Senyawa benzoat secara alami terdapat pada apel, cengkeh, dan kayu manis.
Menurut laporan International Programme on Chemical Safety , tak ditemukan adanya akibat natrium benzoat terhadap kesehatan manusia dengan takaran sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Batasan nan ditentukan buat natrium benzoat dalam makanan bukan sebab sifat racunnya, melainkan sebab sifatnya nan bisa meninggalkan rasa eksklusif di mulut jika jumlahnya melebihi 0.1%.
Jadi, boleh-boleh saja natrium benzoat ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, asalkan tak hiperbola alias tak melebihi takaran nan ditetapkan. Bagaimana dengan kalium sorbat? Sama dengan natrium benzoat, kalium sorbat kondusif digunakan asalkan tak berlebihan. Takaran konsumsi kalium sorbat sebesar 25 mg/kg berat badan.
Walaupun penggunaan bahan pengawet protesis diperbolehkan, tetapi kita tetap perlu berhati-hati ketika mengkonsumsi produk minuman dalam kemasan. Pertama, pastikan minuman tak mengandung bahan pengawet nan berbahaya dan dilarang. Ingat! Jangan pernah mengonsumsi minuman nan tak mencantumkan kandungan bahan di kemasannya. Kedua, jangan hiperbola dalam mengosumsinya.
Pengawet Minuman Bersoda Menyebabkan Kerusakan DNA
Pengawet minuman bersoda bernama sodium benzoate telah terindikasi bisa menyebabkan kerusakan pada DNA. Sebuah riset nan dikerjakan oleh Sheffild University terhadap bahan pengawet minuman dan makanan nan biasa digunakan di Inggris, mengumumkan bahwa sodium benzoate dianggap mampu merusak DNA.
Sodium benzoate, pengawet minuman nan berperan sebagai penghambat jamur banyak ditemukan pada berbagai jenis minuman soda, minuman-minuman ringan nan lain, dan juga pada asinan serta saus, dianggap berbahaya dan harus diwaspadai.
Seorang profesor pakar dalam bidang biologi molekuler dan bioteknologi bernama Pete Piper nan sudah meneliti pengawet minuman sodium benzoate sejak puluhan tahun, pernah meneliti sodium benzoate dalam sel ragi nan hidup. Pete kaget sebab substansi itu mampu merusak DNA mitochondria pada ragi.
Karena merasa prihatin terhadap masalah ini, pada hari Minggu, 27 Mei 2008, ia mempublikasikan hasil penelitiannya lewat surat kabar di Inggris, The Independent . Dalam surat kabar tersebut, profesor ini menuliskan bahwa bahan kimia buat pengawet minuman ini mempunyai kemampuan buat merusak DNA di dalam mitochondria. Sodium benzoate ini merusak sedemikian rupa sehingga semua dibuat tak aktif dan bahan kimia ini merusak semuanya.
Untuk menghasilkan energi, mitokondria akan menyerap oksigen. Jika dirusak seperti nan dialami pada saat dalam kondisi sakit, sel akan mulai dilanda kegagalan fungsi nan sangat serius. Sementara itu, ada beberapa penyakit nan saat ini sering dihubung-hubungkan dengan kerusakan DNA, di antaranya ialah penyakit parkinson dan sejumlah penyakit dampak degenerasi saraf. Tapi, nan paling primer ialah holistik dari proses penuaan.
Bahan kimia nan juga dipakai sebagai pengawet minuman ini secara alami terbentuk pada buah apel, buah cranberry, cengkeh, kayu manis, produk susu, dan lain-lain. Menurut beberapa sumber, bahan kimia nan terbentuk dengan alami pada makanan kira-kira sebanyak 40mg/kg. jika dipakai sebagai bahan pengawet, kira-kira diperlukan sekitar 2.000mb/kg.
Berdasarkan sejarahnya, sodium benzoate berasal dari distilasi kering getah kapur barus. Produksi massalnya diciptakan secara murah dari toluene.
Penelitian-penelitian pada daftar FDA, khususnya diterapkan pada tikus, tak membuktikan adanya gejala keracunan. Selain itu, percobaan nan ditujukan pada individu eksklusif pada 1960-an sampai 1980-an, tak memperlihatkan imbas negatif. Oleh karena itulah, asam benzoic dan sodium benzoate dinilai tak berbahaya oleh forum pengawas makanan di Amerika.
Tapi, berbeda dengan kelompok donasi bagi anak-anak hiperaktif di Inggris nan mengeluarkan peringatan dan merekomendasikan buat menjauhi sodium benzoate serta asam benzoic. Piper pun mengatakan bahwa hasil dari uji coba nan dikeluarkan oleh FDA ialah sesuatu nan “kadaluarsa”.
Sebuah studi ilmiah bersifat jangka pendek terhadap seekor tikus nan diberi sodium benzoate atau benzoic acid sebanyak 1.800mg/kg, menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat. Sodium benzoate ini mengakibatkan patologi hati serta bisa menurunkan berat badan. Tapi, penelitian ini dikatakan belumlah cukup buat memastikan akibat negattifnya.
Jika ascorbic acid atau vitamin C dimasukkan pada minuman ringan, maka akan melakukan reaksi dengan sodium benzoate sehingga menghasilkan benzene. Benzene ini ialah polutan udara dan juga dianggap sebagai penyebab kanker.
Itulah penelitian seputar sodium benzoate, pengawet minuman bersoda nan diperkirakan bisa menyebabkan kerusakan DNA. Jadi, kita harus lebih hati-hati lagi dalam memilih produk minuman nan di jual di pasaran. Pilihlah produk minuman nan benar-benar terbebas dari bahan kimia berbahaya.
Semoga bermanfaat!