Aset Budaya dalam Baju Adat Sumatera Selatan
Indonesia ialah negara kaya akan budaya. Terhampar dari barat hingga ke timur, kekayaan budaya itu senantiasa memukau. Memikat setiap bangsa buat mengenalnya. Bahkan, "mengklaim" sebagai miliknya. Salah satu kekayaan budaya di Indonesia ialah pakaian adat Sumatera Selatan , serta pakaian adat dari daerah nan lainnya diseluruh wilayah nusantara.
Dari tradisi lisan nan tertutur (bahasa daerah), alunan melodi nan memikat (lagu daerah), hingga kemilau busana (baju daerah/adat) nan disandang. Cerminan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dari dalam cermin keanekaragaman budaya Indonesia terdapat pakaian adat Sumatera Selatan di dalamnya.
Salah satunya, terlihat dari pakaian adat Sumatera Selatan . Daerah nan dikenal dengan nama Bumi Sriwijaya dan masyarakatnya biasa dipanggil dengan istilah " wong kito galo ". Estetika pakaian adat Sumatera Selatan, menandingi keanekaragaman corak baju adat nan dimiliki setiap daerah di provinsi tersebut. Masyarakat masih memegang teguh buat tetap menggunakan pakaian adat Sumatera Selatan dalam upacara adat.
Baju Adat Sumatera Selatan - Unity in Diversity
Baju adat Sumatera Selatan ini sebenarnya sudah berasal sejak dari jaman kesultanan Palembang pada abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-19. Waktu itu, pakaian adat Sumatera Selatan dikenakan oleh golongan dari keturunan raja-raja nan disebut dengan Priyai, bukan rakyat biasa.
Baju adat Sumatera Selatan, berupa baju kebesaran nan di kenakan buat laki-laki dan dilengkapi dengan nama tanjak atau tutup kepala, dan baju ini terbuat dari bahan kain batik atau dari kain tenunan. Baju adat Sumatera Selatan Tanjak ini dibedakan ada pakaian adat Sumatera Selatan Tanjak Kepudang , Tanjak Meler serta Tanjak Bela Mumbang . Semua pakaian adat Sumatera Selatan ini terbuat dari kain songket yaitu kain tenunan tradisional dari Palembang.
Sementara buat pakaian nan dikenakan melengkapi pakaian adat Sumatera Selatan disebut dengan kebaya pendek, atau bisa pula memakai kebaya landong atau kelemkari . Kebaya landong atau kelemkari ini ialah homogen kebaya nan ukuran panjangnya hingga di bawah lutut.
Baju adat Sumatera Selatan ini terbuat dari bahan kain nan ditenun dan disulam dengan menggunakan benang emas ataupun dengan benang biasa nan berwarna. Dapat pula dengan dicap pakai cairan emas perada. Untuk nan bagian dalam dikenakan epilog dada nan biasa disebut dengan kutang , dan terbuat dari bahan kain nan ditenun atau disulam. Sedangkan buat epilog dada biasanya diberi dengan hiasan permata.
Sumatera Selatan ialah provinsi di Indonesia nan memiliki 11 kabupaten dan 4 kota. Setiap kota atau kabupaten, memiliki desain (corak) pakaian adat Sumatera Selatan nan bhineka buat satu daerah dengan daerah nan lainnya.
Ada corak pakaian adat Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin, Empat Lawang, Lahat, Musi Rawas, Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, kota Lubuk Linggau, kota Pagaralam, kota Prabumulih, dan kota Palembang.
Walaupun memiliki corak khas tersendiri, pakaian adat Sumatera Selatan mempunyai satu kesamaan. Perbedaan makna rona keemasan dan sentuhan merah merona serta merah jambu ( pink ) nan glamor dan elegan jadi karakteristik khas pakaian adat Sumatera Selatan ini. Menonjolkan karakteristik seorang raja dan ratu. Seakan-akan ingin memperlihatkan kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada masa keemasannya.
Unsur etnik Melayu juga kental terlihat dari pakaian adat Sumatera Selatan ini. Jas tutup bersulam emas, dipadukan dengan kain songket, kain tenun terbuat dari benang emas atau perak, celana panjang serta ikat kepala, nan disebut dengan tanjak , buat laki-laki. Sementara buat perempuan, kain songket digunakan sebagai bawahan atau sarung dan selendang dengan kebaya modern sebagai bajunya.
Corak Khas Baju Adat Sumatera Selatan
Setiap daerah memiliki corak khasnya. Contoh, kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), pakaian adat Sumatera Selatan-nya dominan berwarna merah merona. Bertabur kembang mawar keemasan, dipadu dengan pakaian kurung dan songket bermotif kembang mawar bintang, dan selendang songket lepus.
Mahkota keemasan bertabur permata dengan bentuk khas menghias kepala, lengkap dengan bunga goyang, kelapo standan (kelapa satu tandan), dan roncean kembang pada sisi kiri dan kanan pada pakaian adat Sumatera Selatan kabupaten Ogan Komering Ulu.
Untuk perempuannya, pakaian adat Sumatera Selatan kabupaten Ogan Komering Ulu ini dilengkapi dengan perhiasan rona keemasan nan begitu memikat. Seperti, beringin sembilan, bunga ayun emas di depan telinga, pandan gulung emas di atas kepala, mahkota pilis, kalung susun tiga, gelang kano, kalung bersusun tiga, dan anting panjang dengan rangkaian kembang melati dan pandan urai.
Lain lagi dengan pakaian adat Sumatera Selatan di kabupaten Lahat. Baju adatnya memiliki bentuk unik pada mahkota seperti nan dipakai raja dan ratu. Dominan rona keemasan, pakaian dan kain songket, dan mahkota di kepala.
Di kota Palembang, setidaknya ada dua corak khas pada pakaian adat Sumatera Selatan-nya. Pertama, gaya Aesan Gede . Baju adat Sumatera Selatan gaya Aesan Gede ini, berwarna merah jambu ( pink ) dipadu dengan rona keemasan. Kedua rona tersebut diyakini sebagai cerminan keagungan para bangsawan (kaum raja) Sriwijaya. Apalagi dengan gemerlap perhiasan dan mahkota A esan Gede , bungo cempako (bunga cempaka), bunga goyang, dan kelapo standan (kelapa satu tandan), nan menghiasai pakaian adat Sumatera Selatan Aesan Gede .
Lalu, pakaian adat Sumatera Selatan ini dipadukan pakaian dodot serta kain songket lepus bermotif napan perak nan semakin mempertegas keagungan pemakainya.
Kedua, pakaian adat Sumatera Selatan gaya Aesan Pak Sangkong . Laki-lakinya mengenakan jubah motif tabor (tabur) kembang emas, seluar (celana), songket lepus bersulam emas, selempang songket serta songkok (topi) emas menghias kepala.
Perempuannya mengenakan pakaian kurung rona merah ningrat bertabur kembang bintang keemasan, kain songket lepus bersulam emas, teratai epilog dada serta hiasan kepala berupa mahkota Aesan Pak Sangkong . Tak ketinggalan detail dan pernak-pernik nan menghiasi pakaian adat Sumatera Selatan, seperti bunga goyang, kelapo standan (kelapa satu tandan), bunga kenago (kenanga) dan perhiasan mewah bercitrakan keemasan.
Baju adat Sumatera Selatan gaya Aesan Pak Sangkong juga biasa digunakan di kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan kabupaten Ogan Ilir.
Aset Budaya dalam Baju Adat Sumatera Selatan
Bentuk kebudayaan nan ada di setiap wilayah di Indonesia merupakan aset berharga nan patut di jaga kelestariannya. Terpaan perkembangan zaman dan teknologi, nan menghasikan budaya populer, jangan sampai menggerus aset budaya asli, pakaian adat Sumatera Selatan misalnya. Seperti kita ketahui, pakaian adat digunakan oleh setiap masyarakat di daerah eksklusif di Indonesia, paling sering digunakan atau kita lihat pada saat upacara pernikahan adat. Jadi, pakaian adat Sumatera Selatan ini dapat dikatakan sebagai anggaran nan harus dilaksanakan.
Sebagai salah satu aset budaya nan sangat berharga, sudah sepatutnya pakaian adat Sumatera Selatan dipertahakan keeksisannya. Salah satu cara buat melestarikan pakaian adat Sumatera Selatan ini, yaitu selalu konsisten digunakan dalam setiap upacara adat, dan tak hanya sebatas pada upacara adat pernikahan. Kita tentu saja bangga dengan semua harta kekayaan budaya nan ada di Indonesia. Oleh sebab itu perlu dilakukan sosialsasi atau sosialisasi terhadap pakaian adat daerah, termasuk pakaian adat Sumatera Selatan.
Baju adat Sumatera Selatan juga dapat dikatakan sebagai simbol peradaban budaya di daerah setempat. Dari pakaian adat Sumatera Selatan memuat unsur filosofi hayati dan keselarasan di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari pilihan rona dan corak khas nan menghiasi pakaian adat Sumatera Selatan. Kelengkapan pakaian adat Sumatera Selatan seakan menambah makna sakral nan keluar dari penampilan pakaian adat nan berfungsi sebagai bukti diri budaya.