Menjadi Kerajaan Islam
Apakah Kutai Kartanegara bagian dari Kutai? Simaklah klarifikasi berikut. Kutai ialah daerah nan kaya dengan berbagai kekayaan alam, seperti minyak, batu bara, hasil hutan, dan lain-lain. Sejak masa penjajahan Belanda, tepatnya pada 1888, ekploitasi pertambangan batu bara telah dilakukan buat pertama kalinya di Batu Panggal.
J.H. Manten, seorang insinyur tambang asal Belanda ialah orang nan meletakkan dasar pertambangan minyak di Kutai. Saat itu Kutai masih berbentuk Kesultanan di bawah kekuasaan Sultan Sulaiman.
Di awal abad ke-20, ekonomi Kesultanan Kutai makin berkembang pesat dengan pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Bagaimanakah sejarah Kesultanan Kutai hingga menjadi salah satu daerah terkaya di Nusantara?
Kutai Martadipura
Pada awalnya kerajaan pertama nan berdiri di Kutai ialah Kerajaan Kutai Martadipura. Kerajaan bercorak Hindu ini merupakan kerajaan tertua di Indonesia nan telah berdiri sejak abad ke-5 Masehi, berdasarkan bukti sejarah berupa tujuh prasasti berbahasa Sansekerta nan ditulis di atas tugu batu (yupa) dengan memakai huruf Pallawa.
Prasasti tersebut menceritakan silsilah Raja Kutai. Raja Kudungga merupakan Raja pertama Kerajaan nan lokasinya di seberang kota Muara Kaman. Anaknya ialah Raja Aswawarman sedangkan cucunya ialah Raja Mulawarman. Kerajaan Kutai Martadipura ini bertahan hingga awal abad ke-13.
Kutai Kartanegara
Pada awal abad ke-13, berdiri Kerajaan baru bernama Kutai Kartanegara nan berlokasi di Tepian Batu berdiri dengan raja pertamanya, Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325 M). Kedua kerajaan ini bersaing secara politik, ekonomi, dan militer.
Namun akhirnya Kerajaan Kutai Kartanegara sukses menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura di bawah pimpinan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa di abad ke-16, ia lalu memberi nama kerajaannya, Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Menjadi Kerajaan Islam
Pada abad ke-17 Kutai Kartanegara menjadi kerajaan Islam, seiring dengan masuknya Islam ke daerah itu. Tuan Tunggang Parangan ialah orang nan berjasa menyebarkan Islam di kalangan kerajaan Kutai nan masih Hindu pada waktu itu. Penggunaan kata raja pun diganti dengan sebutan Sultan.
Sultan Aji Muhammad Idris (1735-1778) ialah penguasa Islam pertama di kerajaan ini nan menggunakan kata "sultan". Ia lalu memindahkan ibu kota Kerajaan Kutai Kartanegara dari Kutai Lama ke Pemarangan pada 1732.
Pada masa pendudukan Belanda, penguasa Kutai nan bernama Sultan Aji Muhammad Idris mengangkat senjata melawan Belanda hingga ke tanah Wajo, Sulawesi Selatan. Ia membantu mertuanya, yaitu Sultan Lamaddukelleng dari Kesultanan Wajo.
Kutai Saat ini
Setelah Indonesia merdeka dan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka Kesultanan Kutai dihapus dan wilayahnya dipecah menjadi tiga Daerah Istimewa II dengan ibu kotanya Tenggarong, Samarinda, dan Kutai.
Pada 21 Januari 1960 Sultan Kutai terakhir Aji Muhammad Parikesit menyerahkan daerah kekuasaanya kepada para kepala daerah nan ditunjuk oleh pemerintah, setelah itu ia menjadi rakyat biasa.
Namun pada 1999 oleh Bupati Kutai Kartanegara saat itu, Drs. H. Syaukani HR, Kesultanan Kutai Tarumanegara dihidupkan kembali. Ia bertujuan buat melestarikan warisan budaya dan sejarah Kerajaan Kutai, sebagai kerajaan paling di Indonesia, sekaligus daya tarik wisatawan mancanegara.