Mengubah Mimpi menjadi Kenyataan
Novel Sang Pemimpi merupakan novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Jika Laskar Pelangi berkisah tentang masa kanak-kanak Ikal dan teman-temannya di Pulau Belitong, Sang Pemimpi berkisah tentang masa remaja nan penuh keingintahuan, kenakalan, dan semangat menggebu – gebu buat mewujudkan impian dan meraih cita – cita.
Kenakalan Masa Remaja
Novel Sang Pemimpi dibuka dengan ulah tiga orang remaja SMA, yaitu Ikal, Jimbron, dan Arai. Terlambat tiba di sekolah, tidak dapat mengikuti upacara bendera, meniru-niru gaya berpidato Pak Mustar (wakil kepala sekolah nan sangat disiplin, tidak kenal toleransi, dan menyandang semua julukan seram), membuat ketiga sahabat ini harus berusaha keras menyelamatkan diri dari amukan Pak Mustar.
Berlari lintang-pukang menyusuri gang pemukiman orang Kek, pasar ikan, hingga akhirnya terdampar di gudang peti es. Hanya ada satu cara buat menyelematkan diri dari Pak Mustar sekaligus keluar dari gudang peti es itu, yaitu masuk ke dalam peti es bersama ikan-ikan beku.
Novel Sang Pemimpi tentu tidak hanya mengisahkan kenakalan khas remaja seperti mengejek guru atau mencuri-curi menonton film nan “diharamkan” buat mereka. Semangat hayati nan menjadi kisah sentral dalam novel ini sudah tampak sejak halaman - halaman awal.
Kekuatan Semangat dan Mimpi - Mimpi
Dalam novel ini, tokoh Ikal tidak lagi menghabiskan banyak waktu bersama Lintang, Mahar, dan para anggota Laskar Pelangi. Sebagai gantinya, Ikal bersahabat dengan Jimbron dan Arai. Arai dan Ikal masih terhitung saudara. Arai menjadi yatim piatu ketika masih duduk di kelas tiga SD. Sejak itu Arai, si simpai keramat , ikut dengan keluarga Ikal.
Menjadi yatim piatu rupanya tidak membuat semangat Arai menjadi padam. Sementara Ikal menangis sebab membayangkan nasib Arai nan malang, Arai malah tersenyum, menghapus air mata Ikal dan berusaha menghibur Ikal dengan berbagai mainan sederhana nan dibuatnya sendiri.
Ketika tiba masa Ikal dan Arai melanjutkan sekolah ke SMA –yang berarti harus keluar dari kampung halamannya nan tak memiliki SMA-, PN Timah teman ayah Ikal bekerja terancam kolaps dan memunculkan gelombang besar PHK.
Untuk bisa bersekolah, Ikal dan Arai (serta Jimbron, sahabat mereka nan bertubuh tinggi besar, lugu luar biasa, dan pecinta kuda sejati) harus bekerja sebagai kuli ngambat . Setiap pukul dua dini hari, mereka memikul berbagai hasil tangkapan para nelayan ke pasar ikan. Tak aneh jika setiap hari mereka tiba di sekolah dengan tubuh berbau seperti ikan pari.
Di sekolah, semua lelah itu sirna. Kepala sekolah sekaligus guru kesusatraan SMA Bukan Main, Pak Balian, selalu mampu mengobarkan semangat dan melukiskan mimpi-mimpi menuju masa depan. Cerita-cerita Pak Balian tentang para ilmuwan dan artis agung di Perancis membuat Ikal, Arai, dan Jimbron bertekad buat bisa bersekolah di Perancis.
Mengubah Mimpi menjadi Kenyataan
Novel Sang Pemimpi bertutur sangat latif mengenai kekuatan mimpi, pengorbanan, kerja keras, cinta, kepercayaan pada kekuasaan Tuhan. Novel ini menolak semua rasa putus harapan dan tidak berdaya.
Sang pemimpi merupakan sebuah lantunan kisah kehidupan nan memberikan banyak pelajaran. Kisah tersebut akan membuat Anda percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, percaya akan kekuatan cinta, dan percaya pada Tuhan.
Andrea Hirata, sang penulis buku tersebut, membawa para pembaca berkenalan menerobos tiap sudut pemikiran. Cerita nan ada di dalam novel “Sang Pemimpi” menuntun Anda menemukan berbagai hal baru tentang kehidupan.
Pada awalnya, kisah di novel tersebut tampak komikal, selayaknya kenakalan remaja biasa. Namun, kemudian tanpa Anda sadari karakter-karakter dan kisah dalam novel tersebut lambat laun menguasai Anda. Hal ini dikarenakan, terdapat potret-potret kecil nan menawan membawa Anda pada rasa humor, namun mempunyai imbas filosofis nan meresonansi.
Dalam novel “Sang Pemimpi” dikisahkan arti perjuangan hayati dalam kemiskinan buat meraih cita-cita. Andrea Hirata memberikan sebuah kesadaran kepada pembaca, bahwa kemiskinan bukanlah penghalang dalam meraih cita-cita. Justru nan menghambat cita-cita ialah keputusasaan. Untuk itu, jauhkan rasa keputusasaan nan membelengu Anda.
Kulitas Novel Sang pemimpi
Luar biasa. Begitulah kesan nan implisit setelah membaca novel “Sang pemimpi”, karya Andrea Hirata. Kata luar biasa memang pantas buat menggambarkan kualitas dari novel “Sang pemimpi” ini.
Gaya bahasa dan alur cerita nan disuguhkan Andrea Hirata dikemas begitu apik dari awal sampai akhir. Jika ditinjau dari segi unsur intrinsiknya, novel ini dapat dikatakan hampir tanpa cela. Hal ini dikarenakan, di setiap peristiwa, Andrea Hirata mampu menggambarkan dengan cerdas ciri dan pelukisan tiap karakternya. Hal inilah nan membuat para pembaca bisa dengan mudah menafsirkan arah jalan ceritanya.
Bahasa nan digunakan Andrea Hirata sangat memikat para pembaca, dengan dibumbui ragam kekayaan bahasa. Novel Sang pemimpi mempunyai kekayaan bahasa sekaligus keteraturan berbahasa Indonesia. Mulai dari humor metaforis, istilah-istilah saintifik, hingga sastra dan dialek melayu bertebaran di sepanjang halaman nobel tersebut.
Pesan kuat nan ingin disampaikan penulis, yaitu Andrea Hirata kepada pembaca ialah jangan pernah berhenti bermimpi. Mimpi dapat diraih dengan kemauan dan usaha nan keras. Selain itu, dalam novel ini, Andrea Hirata mencitrakan kebijaksanaan seorang ayah nan begitu besar. Ketulusan dan pengorbanan seorang ayah dalam mendukung mimpi anaknya di tengah keterbatasan hidup.
Disinilah cerita mulai berevolusi menjadi balada nan mengharu biru. Dukungan seorang ayah dan semangat seorang anak, membuahkan kebahagiaan. Sang anak akhirnya dapat mewujudkan mimpinya tersebut menjadi kenyataan.
Nilai-nilai nan Terkandung dalam Novel Sang Pemimpi
-
Nilai moral
Dalam novel ini sangat kental nilai moralnya. Sifat-sifat nan tergambar dalam novel tersebut, menunjukkan rasa humanis nan terang dalam diri seorang remaja tangguh. Remaja tersebut tetap kuat dalam menyikapi kerasnya kehidupan.
Tokoh primer dalam novel ini digambarkan sebagai sosok remaja nan mempunyai perangai nan baik dan rasa setia kawan.
-
Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel karya Andrea Hirata ini kaya akan nilai sosial. Hal ini dibuktikan dengan rasa setia mitra nan begitu tinggi antara tokoh Ikal, Jimbron, dan Arai. Masing-masing saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam mewujudkan impian-impian dalam segala keterbatasan.
Ketiganya (Ikal. Arai, dan Jimbron), mempunyai rasa gotong royong nan tinggi, sehingga dalam keadaan kekurangan pun masih peduli dengan nan lain.
-
Nilai Adat istiadat
Nilai adat istiadat juga terasa begitu kental di novel “Sang Pemimpi” ini. Adat Norma nan berlaku pada sekolah tradisional, masih mengharuskan sisa-siswi mencium tangan kepada gurunya.
-
Nilai Agama
Nilai agama di novel “sang Pemimpi” ini juga secara jelas tergambar. Terutama pada bagian-bagian, saat ketiga tokoh (Ikal, Arai, dan Jimbron) belajar dalam sebuah pondok pesantren. Banyak aturan-aturan islam dan petuah-petuah Taikong (kyai) nan harus mereka patuhi. Hal inilah nan membuat novel “Sang Pemimpi” disukai banyak orang.
Kelebihan
Terdapat banyak kelebihan nan didapatkan dalam novel karya Andrea Hirata ini. Mulai dari kekayaan bahasa hingga kekuatan jalan ceritanya. Hal inilah nan membuat para pembaca larut kedalam cerita tersebut. Andrea Hirata mendeskripsikan setiap latarnya secara sempurna. Hal ini tak terlepas dari kecerdasan penulis, Andrea Hirata dalam memainkan khayalan dan menuangkannya dengan bahasa-bahasa intelektual nan berkelas.
Andrea Hirata juga menjelaskan setiap detail latar nan membackground adegan demi adegan. Tidak heran, para pembaca selalu menentikan dan menerka-nerka setiap hal nan akan terjadi selanjutnya. Selain itu, kelebihan lain nan ada di novel “Sang Pemimpi” ini ialah kepandaian Andrea Hirata dalam mengekspolasi setiap karakter, sehingga setiap karakter mempunyai peran nan begitu kuat.
Demikianlah artikel mengenai novel “Sang pemimpi” karya Andrea Hirata. Semoga bermanfaat buat para pembaca.