Mengatasi Pengangguran
Sebagai negara nan sedang berkembang, Indonesia memang selalu dihadapkan pada masalah pengangguran. Pengangguran berhubungan dengan masalah kesejahteraan masyarakat nan menjadi tugas pokok sebuah pemerintahan. Besarnya angka maupun jenis jenis pengangguran dapat mengindikasikan kurang berhasilnya program pembangunan ekonomi nan dijalankan pemerintah.
Dari sejak masa orde baru hingga orde reformasi saat ini, problematika pengangguran selalu membayangi dan belum mendapatkan penanganan nan berarti. Apalagi dengan besarnya jumlah penduduk serta rendahnya taraf pendidikan masyarakatnya, sangat menentukan berat ringannya problem pengangguran nan ada.
Partisipasi Kerja
Sebelum menengok jenis jenis pengangguran nan ada, sebaiknya kita melihat data penduduk terlebih dahulu. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir jumlah pengangguran di negeri ini mencapai sekitar 8% dari jumlah angkatan kerja. Sekitar 12,8 juta jiwa masyarakat Indonesia menganggur, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran paruh waktu.
Ditambah lagi, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Fadel Muhammad di tahun ini ada penambahan jumlah pengangguran sekitar 1,1 juta, yakni dari tamatan sekolah (perguruan tinggi) nan belum terserap lapangan pekerjaan.
Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 2009, jumlah penduduk Indonesia usia kerja atau berumur antara 15 hingga 64 tahun tercatat sebanyak 168,3 juta orang. Dari jumlah itu, tercatat sebanyak 54, 5 juta orang ialah bukan angkatan kerja. Mereka ialah ibu rumah tangga, para remaja, dan kaum muda nan sedang bersekolah atau kuliah, dan tak atau belum membutuhkan pekerjaan.
Dari data di atas, jumlah angkatan kerja nan ada tercatat sebanyak 113,7 juta orang. Sedangkan jumlah orang nan telah bekerja sebanyak 104,5 juta orang. Dengan data ini bisa dikatakan bahwa taraf partisipasi angkatan kerja mencapai 67,6 persen, nan memperlihatkan perbandingan antara jumlah usia kerja dengan jumlah angkatan kerja nan telah bekerja.
Sedangkan nan belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan termasuk dalam kategori pengangguran terbuka dan tercatat mencapai 9,3 juta orang, sehingga taraf pengangguran terbuka mencapai 8,14 persen. Secara garis besar, kategori atau jenis jenis pengangguran dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu sebagai berikut.
- Pengangguran terbuka, yaitu orang nan tak mempunyai pekerjaan. Orang ini saat sedang mencari pekerjaan, mengalami pemutusan interaksi kerja, maupun menganggur secara permanen sebab berbagai sebab.
- Pengangguran terselubung atau setengah pengangguran, yaitu orang nan saat ini sudah bekerja, namun jumlah jam kerjanya kurang dari baku nan berlaku atau kurang dari 35 jam perminggu.
Sedangkan dilihat dari faktor penyebabnya, jenis jenis pengangguran masih dapat diperinci lagi. Berikut ini jenis-jenis pengangguran berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu meliputi.
- Pengangguran struktural, yaitu pengangguran nan terjadi dampak ketidakmampuan pencari kerja memenuhi persyaratan formal nan ditetapkan penerima kerja, seperti taraf pendidikan atau keterampilan nan rendah, ataupun kemampuan spesifik buat bidang pekerjaan tertentu.
- Pengangguran friksional, yaitu jenis pengangguran nan terjadi dampak adanya bentrokan atau ketidaksesuaian antara pencari kerja atau orang nan bekerja dengan penerima kerja. Bentrokan dapat berupa disparitas visi, hambatan waktu, maupun kendala medan atau geografis, sehingga pencari kerja mundur dan menjadi pengangguran sukarela.
- Pengangguran musiman, yaitu pengangguran nan terjadi atau muncul pada musim atau saat-saat eksklusif saja, seperti usai masa panen ke saat musim tanam nan memerlukan waktu. Pengangguran jenis ini tak mendapatkan penghasilan selama masa menunggu.
- Pengangguran siklus, pengangguran ini terjadi dampak terjadinya perubahan siklus ekonomi dunia nan menyebabkan sempitnya lowongan kerja nan tersedia.
Mengatasi Pengangguran
Ada begitu banyak faktor nan menjadi penyebab sulitnya buat menurunkan data pengangguran di Indonesia. Salah satunya, yaitu kekurangseriusan pemerintah dalam mengurangi jumlah penganggur, kerangka berpikir masyarakat nan masih menganggap menjadi pegawai negeri lebih martabat dan lebih menjamin hidup, serta lemahnya mental berusaha sebagai fundamen kokoh memperbaiki kehidupan ekonominya.
Masyarakat tidak dapat serta merta hanya mengandalkan peran pemerintah dalam menggusur angka pengangguran tanpa mereka terlibat aktif dalam upaya membebaskan dirinya sendiri paling tak buat menganggur.
Keadaan masyarakat nan banyak menganggur jelas akan memengaruhi keadaan ekonomi, baik secara makro maupun mikro. Masih banyak masyarakat nan menganggur tentu akan membuat produktifitas menurun, pendapatan nan minim, dan berimplikasi pada meningkatkanya jumlah kemiskinan. Jika tidak segera dilakukan upaya atau langkah tepat buat mengatasinya, maka perekonomian di suatu negara berada diambang kehancuran.
Data pengangguran di Indonesia dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja dan dinyatakan dalam persentase. Pengangguran dalam jangka panjang akan menyebabkan penurunan jumlah GNP (Gross National Product) dan pendapatan per kapitanya.
Di Indonesia ada nan disebut dengan pengangguran terselubung, yakni pekerjaan nan sebenarnya dapat dilakukan dengan jumlah pekerja nan minimal dilakukan dengan mempekerjaakan banyak orang.
Dengan naiknya data pengangguran di Indonesia, membuat pemerintah perlu segera memperkuat kuda-kuda buat mengatasinya. Angka 1,1 juta tambahan penganggur tentu menjadi problem ekonomi nan mesti segera diatasi secara seksama.
Pemerintah, salah satunya diwakili oleh Fadel Muhammad, berupaya buat mendorong jumlah pengusaha nan baru. Selama ini, di Indonesia baru sekitar 0,18% penduduk nan menjadi pengusaha. Padahal idealnya jumlah pengusaha di negara berkembang, seperti Indonesia, minimal harus 2%.
Perlu segera dilakukan sinergi dengan berbagai pihak (swasta dan masyarakat) buat membentuk iklim usaha di mana pemerintah melalui departemen terkait dapat menjadi fasilitator utamanya. Semoga mendorong jumlah pengusaha baru dan menekan jumlah pengangguran nan tercatat dalam data pengangguran di Indonesia.
Seperti nan sudah disebutkan di atas, bahwa pengusaha di Indonesia nisbi sangat rendah. Untuk itu, di bawah ini akan dipaparkan mengenai kewirausahaan, sehingga diharapkan Anda bisa tertarik buat mulai berwirausaha.
Kewirausahaan muncul pertama kali pada abad 18, yaitu dengan diawali ditemukannya mesin uap, mesin pemintal, mesin lainnya nan bisa menghasilkan sebuah karya. Dengan mesin-mesin tersebut, mereka bisa menghasilkan sebuah karya dan berdampak pada pertumbuhan dan ekspansi organisasi melalui penemuan dan kreativitas.
Seorang wirausahawan ialah seseorang nan memiliki jiw pemberani dalam mengambil resiko dalam rangka membuka usahanya di berbagai kesempatan. Masalah laba dan kekayaan bagi seorang wirausahawan bukan tujuan utamanya.
Seorang wirausaha nan memiliki jiwa pemberani dalam mengambil resiko berarti dia harus memiliki mental nan berdikari dan berani memulai usahanya, tanpa diliputi rasa takut atau cemas buat menjalani usahanya.
Dengan pemaparan tersebut mengenai berwirausaha, diharapkan masyarakat Indonesia tertarik buat berwirusaha. Apabila masyarakat Indonesia banyak nan berwirausaha, maka jumlah lapangan kerja akan bertambah dan mengurangi jumlah data pengangguran di Indonesia.
Jangan takut buat berwirausaha, meskipun pendidikan nan diperoleh tergolong rendah, tapi kepercayaan diri dan kerja keras bisa membantu usaha nan dijalani menjadi maju dan berkembang.
Begitu juga dengan masyarakat nan memiliki pendidikan nan tinggi, jangan malu buat berwirausaha. Karena berwirausaha bukan sesuatu nan rendah, bahkan buat berwirausaha juga diperlukan ilmu pengetahuan dan kecerdasan.
Jadi, dari pada bersusah-susah mencari pekerjaan, lebih baik menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat nan menganggur. Tentu saja dibarengi dengan kerja keras dan usaha nan giat dalam membangun usaha tersebut.
Menjadi seorang nan menganggur atau belum mendapatkan pekerjaan ialah sesuatu hal nan harus dihindari. Terlebih lagi jika orang nan mempunyai pendidikan tinggi kemudian setelah lulus studinya belum mendapakan pekerjaan.
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa sekarang ini mencari sebuah pekerjaan itu sangat sulit sebab lapangan pekerjaan nan masih terbatas, seperti nan sudah dijelaskan di atas.
Upaya nan bisa dilakukan buat mengurangi jumlah pengangguran ialah dengan berwirausaha atau menciptakan lapangan usaha. Zaman nan serba canggih ini bisa mempermudah manusia dalam berinteraksi, begitu juga dengan berwirausaha.
Lihat saja, sekarang ini mulai bermunculan pengusaha-pengusaha nan memulai bisnisnya dengan memanfaatkan teknologi nan ada, yaitu media internet, dengan cara berbisnis online.
Kata bisnis online sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Hal tersebut tentu saja membantu mengurangi jumlah pengangguran masyarakat Indonesia. Dengan menciptakan lapangan usaha, maka jumlah pengangguran nan ada bisa berkurang.
Cara efektif dalam mengurangi jumlah pengangguran ialah seperti itu, dengan menciptakan lapangan usaha. Jangan takut buat menciptakan lapangan usaha baru.
Apabila Anda tak mempunyai keahlian buat menciptakan sebuah produk, maka Anda bisa bekerja sama dengan seseorang nan mempunyai keahlian buat menciptakan lapangan usaha.
Misalnya, Anda bisa membuka usaha catering makanan nan bekerja sama dengan teman Anda nan dapat memasak. Anda sendiri bisa berperan sebagai orang nan memasarkan atau mempromosikan usaha Anda.
Demikian sedikit uraian mengenai jenis jenis pengangguran nan ada di Indonesia. Semoga uraian tersebut memberikan inspirasi bagi Anda dalam menciptakan lapangan usaha buat mengurangi jumlah pengangguran.