Khasanah Kebudayaan - Suku Jawa
Bagaimana konsep kebudayaan di negara kita? Indonesia terkenal sebagai salah satu negara nan kaya akan khasanah kebudayaan sebab memiliki majemuk suku bangsa. Setiap suku sudah niscaya memiliki konsep kebudayaannya masing-masing.
Kebudayaan tersebut dibawa oleh nenek moyang dan digenerasikan pada penerus-penerusnya. Dengan adanya kebudayaan masing-masing daerah, maka tiap suku akan memiliki karakternya masing-masing.
Konsep kebudayaan merujuk pada cara atau pola Norma masyarakat dalam kehidupannya. Tentunya, dengan menggunakan akal pikiran dalam menjalankan dan menciptakan sesuatu buat kelangsungan hidupnya.
Konsep kebudayaan juga pernah diungkapkan seorang pakar di bidang antropologi bernama Ralph Linton. Ia menyatakan pendapatnya, bahwa kebudayaan mencakup holistik cara hayati masyarakat, tak memandang pada hal-hal nan lebih tinggi atau lebih rendah.
Secara garis besar, kebudayaan di suatu negara terpengaruh oleh dua hal, yaitu pengaruh kebudayaan lokal dan pengaruh kebudayaan asing. Kebudayaan lokal inilah nan sering kita sebut dengan kebudayaan daerah. Perkembangannya memang bergantung pada masing-masing masyarakat di Indonesia.
Contoh kebudayan Jakarta, tentu saja didukung oleh masyarakat Jakarta, terutama mayoritas suku Betawi. Kebudayaan Padang senantiasa diturun-temurunkan masyarakat Sumatra Barat nan masyoritasnya suku Minangkabau. Kebudayaan Makasar otomatis selalu langgengkan oleh suku Bugis.
Dari kebudayaan lokal nan masih berkembang itulah, suatu kebudayaan eksklusif dari suatu daerah masih kerap digunakan. Misalnya, kebudayaan Ngaben di Bali nan masih tetap dilangsungkan.
Hal itu tentu tak terlepas dari masyarakatnya, sebab kebudayaan Ngaben telah mendarah daging dengan masyarakat Bali. Ngaben sebagai upacara kematian dan harus tetap dilangsungkan.
Lain lagi dengan kebudayaan nan terbentuk sebab adanya budaya asing nan masuk ke Indonesia. Budaya asing bukan terbatas pada budaya nan diadaptasi dari kebudayaan luar negeri semata, melainkan pada pengaruh kebudayaan agama-agama tertentu.
Misalnya, pengaruh kebudayaan Hindu atau kebudayaan Buddha. Adanya pertunjukan barongsai di Indonesia tak terlepas dari kebudayaan Tionghoa selaku penganut keyakinan Buddha.
Sedangkan pengaruh budaya Hindu dapat dilihat dengan adanya candi-candi, relief, dan stupa di Indonesia. Beberapa desain bangunan rumah, gedung, dan tugu Indonesia berukir-ukir dan berornamen patung-patung. Hal tersebut menunjukkan fakta bahwa ‘campur tangan’ kebudayaan Hindu nan masih berkembang di Indonesia.
Khasanah Budaya - Kebudayaan Minangkabau
Minang ialah salah satu kebudayaan nan berakar kuat di Indonesia. Ini dilihat dari penyebaran suku dan kebudayaan Minangkabau ke berbagai pulau di Indonesia.
Bisa dikatakan hampir tidak satu pun daerah di Indonesia ini nan tak memiliki suku Minang di dalamnya. Bahka,n terkadang keberadaannya justru mendominasi dibanding suku daerah lain.
Contohnya, di Riau berkebudayaan Melayu. Tapi faktanya, justru kebudayaan Minang nan terlihat lebih mencolok dibandingkan budaya Melayu. Itu sebabnya mengapa kebudayaan ini dikatakan mampu mengimbangi dan bahkan mendominasi kebudayaan lain nan sudah ada.
Aliran Kepercayaan Suku Minangkabau
Sebagian besar masyarakat Minangkabau menganut agama Islam. Kehidupan adat istiadat dan agama mereka masih sangat kental. Itu sebabnya, kebudayaan Minangkabau sangat sulit menerima perubahan dari pengaruh budaya luar, meskipun dengan alasan mordenisasi sekalipun.
Masyarakat Minangkabau pun masih membudayakan upacara-upacara adat eksklusif nan dapat kita saksikan ketika menginjakkan kaki ke daerah-daerah di Sumatera Barat. Berikut ini contohnya:
- Upacara mandi limau atau balimau nan dipercaya sebagai salah satu cara membersihkan diri ketika akan memasuki Bulan Ramadhan.
- Upacara adat turun mandi nan dipercaya sebagai upacara peringatan atau syukuran saat kaki bayi pertama kali dicecahkan di tanah.
- Upacara adat kekah nan dilaksanakan buat pemberian nama dan memotong rambut bayi.
- Upacara memperingati hari kematian nan dihitung dari 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari.
- Upacara tabuik, merupakan upacara buat memperingati kematian Hasan dan Husain nan meninggal di Padang Karbala.
Sistem Kekerabatan Masyarakat Minangkabau
Dari sistem kekerabatan, masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan berdasarkan garis keturunan Ibu (matrilineal). Oleh sebab itu, masyarakat Minangkabau sangat menghormati dan menjunjung tinggi keberadaan wanita.
Jenjang kekerabatan Minangkabau mulai dari nan paling tinggi hingga nan terendah dapat dilihat seperti berikut ini:
- Ibunya dari ibu.
- Saudara perempuan atau laki-laki nan berasal dari garis keturunan ibunya ibu.
- Saudara laki-laki dari ibu.
- Anak laki-laki dari saudara perempuan ibunya ibu.
- Saudara laki-laki dan saudara perempuan saya/kita.
- Anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan ibu.
- Anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan.
- Anak laki-laki dan perempuan dari anak perempuan saudara perempuannya ibunya ibu.
Khasanah Budaya - Kebudayaan Batak
Kebudayaan lainnya nan tak kalah populer di khasanah budaya Indonesia ialah kebudayaan Batak . Seperti nan kita ketahui, bahwa sampai saat ini kebudayaan-kebudayaan Batak mulai dari nan masih alami hingga nan telah mendapat sentuhan modrenisasi masih bisa kita temukan.
Contohnya, kebudayaan hasil kerajinan tangan suku Batak berupa kain ulos. Kini, penggunaan kain ulos tidak sekadar digunakan oleh mereka nan bersuku Batak saja. Masyarakat generik pun terkadang terlihat menggunakannya, meskipun dikemas dalam gaya nan lebih trendi dan modern.
Sistem Kepercayaan Suku Batak
Dulunya, sebelum mengenal agama, mereka memuja benda-benda nan mereka ibaratkan sebagai Dewa. Namun, setelah masuknya agama Kristiani, barulah sebagian besar dari suku Batak menganut agama Kristiani.
Untuk suku Batak nan masih memegang kultur leluhur, mereka masih menggunakan buku nan terbuat dari kulit kayu berukir huruf-huruf Batak sebagai buku pegangan buat mengenal Tuhan, roh, dan global akhirat.
Sistem Kekerabatan Suku Batak
Bila sistem kekerabatan Minangkabau bersifat matrilineal, maka pada suku Batak sistem kekerabatannya bersifat patrilineal (mengikuti garis keturuanan laki-laki atau bapak).
Oleh sebab itu, laki-laki sangat “dikhususkan” di tanah Batak dan dianggap sebagai penerus marga. Dalam sistem pernikahan, laki-laki Batak bebas memilih berasal dari adat apa calon istrinya. Marga nan disandang dari keturunan Ayahnya tak akan lebur. Sedangkan di posisi perempuan, marga tak akan menurun pada keturunannya, karena garis marga mengikuti marga laki-laki.
Khasanah Kebudayaan - Suku Jawa
Suku Jawa juga termasuk suku nan masih terus berkembang dan tersebar hampir di seluruh pulau di Indonesia. Beberapa kebudayaan suku Jawa malah masih terus dilangsungkan. Bahkan, beberapa di antaranya dianggap sebagai kebudayaan nasional. Contohnya, kebudayaan wayang.
Sistem Kepercayaan Suku Jawa
Mayoritas suku Jawa menganut agama Islam. Meski mengenal Tuhan, mereka juga masih mempercayai adanya hal-hal ghaib nan menguasai kehidupan manusia. Oleh sebab itu, suku Jawa masih sangat percaya akan kekuatan jimat dan benda-benda ghaib hingga saat ini.
Sistem Kekerabatan Suku Jawa
Berbeda dari sistem kekerabatan Batak dan Minangkabau, suku Jawa menggunakan sistem bilateral (mengikuti garis keturunan Ayah dan Ibu) dalam sistem kekerabatannya. Beberapa panggilan mewakili bentuk sopan santun adat Jawa , antara lain sebagai berikut.
- Orang tua laki-laki dipanggil dengan sebutan bapak atau rama.
- Orang tua perempuan dipanggil dengan sebutan mbok atau biyung.
- Kakak laki-laki dipanggil dengan sebutan kakang mas.
- Kakak perempuan dipanggil dengan sebutan mbakyu.
- Adik laki-laki dipanggil dengan sebutan dhimas, le, atau adhi.
- Adik perempuan dipanggil dengan sebutan nduk atau dhenok.
Demikian artikel tentang khasanah dan konsep kebudayaan di Indonesia. Semoga bisa menambah pengetahuan kita semua.