Ringkasan Kisah Ramayana

Ringkasan Kisah Ramayana



Sejarah Wayang

Secara etimologi, istilah wayang berasal dari kata "wayangan" nan berarti bayangan. Artinya, wayang merupakan wujud bayangan nan merepresentasikan kehidupan manusia. Wayang sebagai representasi kehidupan konkret tersebut dianalogikan dengan lakon tokoh dan berbagai karakter nan juga mirip dengan karakter manusia pada umumnya.

Wayang sendiri dimainkan oleh dalang nan secara analogi memiliki posisi nan sama dengan pencipta sekaligus pengatur kehidupan ini. Oleh karena itu, pada zaman dahulu, seorang dalang dipilih bukan hanya sebab kemampuan memainkan boneka wayang saja, tapi juga sebab pandai menentukan jalan cerita dan memberi makna pada setiap jalan cerita nan dikisahkan.

Pada awalnya, boneka wayang merupakan seni nan terbuat dari bahan kertas sehingga mudah buat dimainkan. Akan tetapi, sebab bahan tersebut mudah sekali rusak, maka wayang berubah menjadi berbagai macam bentuk dan versi.

Wayang kemudian berkembang menjadi beraneka ragam bentuk, sinkron dengan bahan pembuatannya. Ada nan terbuat dari kayu, nan disebut dengan wayang golek, ada juga wayang nan terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau, nan dikenal dengan nama wayang kulit.

Wayang golek kemudian dikenal sebagai wayang khas Jawa Barat, sedangkan orang Jawa Timur dan Jawa Tengah identik dengan wayang kulit. Oleh karena itulah, ada disparitas pula tokoh nan dimainkan pada lakon wayang kulit dengan lakon wayang golek. Meskipun keduanya memiliki esensi nan sama.



Tujuan Kemunculan Wayang

Seni wayang tak semata-mata muncul sebab keinginan masyarakat buat menghibur diri mereka sendiri. Kemunculan seni wayang sebenarnya bertujuan buat lebih mendekatkan diri kepada Pencipta, yakni TUhan nan pada zaman dahulu disebut sebagai Sanghyang.

Pertunjukan wayang ini bersifat sakral sehingga berbagai acara nan menampilkan pertunjukan wayang pun dianggap sebagai acara nan sakral. Acara nan biasanya menampilkan pertunjukan wayang ialah acara panen padi, acara pernikahan, dan acara lain nan berhubungan dengan rasa syukur terhadap Sanghyang.

Lantas pada perkembangannya, wayang meluas menjadi media hiburan nan merepresentasikan kehidupan raja raja di zaman dahulu. Media hiburan ini juga kemudian berkembang lagi sebagai media penyebaran kepercayaan atau agama, nan pada awalnya digunakan oleh masyarakat nan menganut agama Hindu.

Namun, penyebaran tersebut dilanjutkan pula oleh masyarakat dengan kepercayaan lain, khususnya Islam, sehingga wayang memiliki beberapa versi lakon bergantung pada siapa nan membawakan pertunjukan tersebut.

Meskipun demikian, terdapat satu hal nan sama dari berbagai versi wayang nan dipertunjukkan. Hal tersebut ialah hakikat pewayangan serta lakon nan dipertunjukkan merupakan kisah epik nan legendaris mengenai kehidupan Mahabrata dan Ramayana.

Lakon tersebut merupakan lakon primer nan mendasari pembentukan karakter tokoh wayang, termasuk tokoh wayang kulit nan juga merupakan bagian dari media hiburan sekaligus media pendekatan diri masyarakat Jawa terhadap Sanghyang.

Oleh karena itu, setiap orang nan menonton pertunjukan wayang harus menyelesaikan tontonannya sampai akhir sebab menyangkut kesakralan serta kepercayaan masyarakat terhadap dewa nan memberikan kehidupan kepada umat manusia.

Bahkan hingga kini, masyarakat Sunda dan Jawa masih memercayai bahwa wayang dapat menjadi media nan mempertemukan manusia dengan global lain di luar global nan sekarang kita tempati ini. Dalam artikel ini, akan dibahas mengenai tokoh wayang kulit dalam lakon Ramayana.

Tokoh wayang kulit dalam lakon Ramayana memiliki karakter nan unik nan menarik. Lakon Ramayana ditulis oleh Walmiki dalam bentuk seloka, dan banyak diadaptasi bukan saja dalam sastra dan seni pewayangan, namun juga drama dan tari.

Dalam legenda India diceritakan bahwa Walmiki sedang mencari pahlawan nan memiliki kebajikan dan kebijaksanaan paling besar di muka bumi. Maka, datanglah kepadanya Resi Narada (lewat mimpi) nan menceritakan tentang Rama.

Resi Nadara berkata: "Pahlawan nan kau cari itu bernama Rama, seorang keturunan Surya nan sekarang memerintah Ayodhya."

Dalam mimpi itu, Narada mengisahkan secara lengkap perjalanan Rama nan penuh nestapa, sebelum akhirnya mencapai kegemilangan bertahta di Ayodhya. Walmiki terus terngiang kisah dalam mimpi itu dan memutuskan buat menuliskannya dalam seloka Ramayana nan berarti Kisah Rama.



Ringkasan Kisah Ramayana

Di Kerajaan Kosala nan beribukota Ayodhya, Prabu Dasarata memiliki tiga istri, yaitu: Kosalya nan melahirkan Rama, Kekayi nan melahirkan Bharata, dan Sumitra nan melahirkan putra kembar, Lakshmana dan Satrugna. Saat remaja, Rama sukses memenangkan sayembara Kerajaan Mithila, dan mempersunting Dewi Sita, putri Prabu Janaka.

Rama diusir ke hutan sebab Prabu Dasarata mewariskan tahta kepada Bharata atas permohonan Dewi Kekayi. Bharata meminta Rama menjadi raja tetapi Rama menolak melawan perintah ayahnya. Ia pergi ke hutan ditemani istrinya, Dewi Sita, dan adiknya, Lakshmana.

Rahwana, seorang raja raksasa, terpikat pada kecantikan Dewi Sita, lalu menculiknya selagi Rama pergi berburu. Dewi Sita dibawa ke Alengka. Rama kemudian memutuskan menyerang Alengka buat menyelamatkan istrinya dan menumpas angkara murka. Dalam penyerangan itu, Rama didampingi Lakshmana dan mendapat donasi dari Hanuman, seorang raja kera nan sakti mandraguna.



Beberapa Tokoh Wayang Kulit Lakon Ramayana

1. Ramawijaya

Seorang ksatria nan sakti mandraguna, mahir memanah, dan berhati welas asih. Kalau sudah memiliki kemauan, tak mudah menyerah.



2. Lakshmana

Adik Ramawijaya nan sangat setia kepada kakaknya. Dewi Sita pernah menuduhnya menyukai dirinya. Karena itu, Lakshmana bersumpah tak akan menikah seumur hidupnya.



3. Dewi Sita

Istri Ramawijaya, disekap di istana Alengka oleh Rahwana. Saat sukses dibebaskan oleh Rama, kesuciannya diragukan sehingga ia melakukan upacara membakar diri.



4. Rahwana

Raja Rahwana nan memiliki kesaktian tinggi dan tak dapat wafat selama masih menginjak bumi. Selain itu, Rahwana memiliki sepuluh paras sehingga disebut juga Dasamuka.



5. Hanuman

Raja kera nan berperan besar dalam kemenangan Ramawijaya. Memiliki kesaktian nan setara dengan dewa.



6. Jatayu

Raja burung, sahabat Rama. Dia nan menyaksikan penculikan Sita oleh Rahwana dan berusaha mengejarnya. Jatayu tewas di tangan Rahwana.



7. Kumbakarna

Adik kandung Rahwana, seorang raksasa nan berjiwa ksatria dan memihak kebenaran. Ia berperang melawan Ramawijaya bukan sebab membela Rahwana tapi sebab membela negara.



8. Wibisana

Adik bungsu Rahwana, seorang ksatria nan memihak kebenaran dan memutuskan keluar dari kerajaan, bergabung dengan Ramawijaya memerangi Rahwana.



9. Anggada

Kera merah anak Subali, memiliki kesaktian tinggi dan membantu Rama menyerang Alengka. Pernah termakan makar Rahwana dan berbalik menyerang Rama, sebelum diinsyafkan kembali oleh Hanuman.

10. Indrajit

Anak sulung Rahwana nan memiliki senjata sakti bernama Nagapasa. Senjata itu sempat melukai Rama dan menyebabkannya lumpuh. Indrajit berperang sebagai panglima Alengka sebelum tewas di tangan Lakshmana.



Hakikat Pertunjukan Wayang

Pertunjukan wayang sendiri sebetulnya memiliki peranan krusial dalam mengubah kerangka berpikir masyarakat mengenai hakikat hayati nan sebenarnya. Dalam lakon wayang, baik Ramayana maupun Mahabrata, selalu ditekankan dua unsur nan memang selalu terjadi di muka bumi ini.

Unsur tersebut ialah unsur dursila dan unsur baik. Keduanya selalu ada dalam tiap adegan pewayangan. Oleh sebab itu, selalu ada adegan peperangan di mana nan dursila menindas nan baik, atau nan baik melakukan penyebaran kebaikan kepada nan jahat.

Hal tersebut tentu saja serupa dengan kehidupan konkret nan terjadi di sekeliling kita. Bahkan dalam diri manusia sendiri pun terdapat kedua unsur nan jika tak dikelola dengan baik akan menimbulkan suatu kemalangan terhadap diri manusia.

Dengan kata lain, pertunjukan wayang juga memberikan pembelajaran mengenai sikap hayati nan baik bagi manusia buat lebih mementingkan kehidupan nan konkret dibandingkan kehidupan nan semu.

Kehidupan nan konkret tersebut ialah kehidupan di akhir zaman nan tak seorang pun tahu, sedangkan kehidupan semu ialah segala bentuk kesenangan duniawi nan dengan mudah bisa dicapai oleh umat manusia.