Kebudayaan Bugis: Tata Cara Pernikahan

Kebudayaan Bugis: Tata Cara Pernikahan

Berbicara mengenai kebudayaan nan ada di Indonesia, niscaya tidak akan ada habis-habisnya sebab di setiap pulau nan ada di Indonesia terdapat cerita tentang Kebudayaan daerah itu sendiri. Sebut saja Kebudayaan Bugis nan terletak di daerah Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai contoh. Kebudayaan Bugis ini merupakan kebudayaan milik suku Bugis -Makassar.

Asal mula terbentuknya kebudayaan ini diawali dengan kedatangan suku-suku melayu nan melakukan migrasi ke Pulau Nusantara. Suku Bugis ini memiliki beberapa macam kebudayaan nan sangat menarik buat kita ketahui.



Kebudayaan Bugis: Bentuk Perkampungan dan Rumah Adat

Bentuk perkampungan di daerah suku Bugis merupakan gabungan sejumlah keluarga dengan jumlah rumah nan nan berkisar antara 10 - 200 rumah. Letak perkampungan suku Bugis pada umumnya saling berjejeran dan menghadap ke arah selatan ataupun barat.

Dalam pembuatan rumah ini mereka menggunakan ramuan spesifik nan nantinya akan dipasang pada tiang penyangga rumah dengan tujuan buat menghindari bahaya. Selain membangun rumah, suku Bugis pun membangun Masjid di sekitar perkampungan. Rumah dan Masjid tersebut dibangun di atas tiang nan terdiri atas tiga bagian.

Rumah adat Bugis ialah rumah anjung nan berbentuk memanjang ke belakang dengan sebuah tambahan ruang di sisi bangunan primer dan sebelah depan. Ruang tambahan ini disebut lego-lego . Ada tiga jenis tiang primer penopang rumah adat Bugis, yakni tiang utama, tiang fadongko, dan fattoppo. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri. Tiang primer ialah sekitar 12 batang tiang nan menopang seluruh rumah. Tiang fadongko ialah penghubung baris tiang-tiang utama, sedangkan fattoppo adalam pengait baris tiang primer di atas dan bagian tengahnya.

Setiap ruang di rumah adat Bugis mempunyai fungsi khusus. Seperti rakaeng, bagian rumah di bawah atap, berfungsi sebagai penyimpanan padi, kemudian, awaso, bagian di bawah lantai panggung, digunakan buat menyimpan alat- alat pertanian dan kandang hewan. Karakteristik khas rumah bugis ini di depan pintu rumah selalu terdapat anjung kecil nan berfungsi sebagai ruang tunggu buat para tamu sebelum diizinkan masuk ke dalam rumah.

Rumah adat berbentuk anjung ini memiliki filosofi tersendiri. Masyarakat Bugis membangun rumah anjung dengan rongga di bawah rumah di bawahnya berdasarkan kepercayaan adat mereka dahulu (sebelum masuknya Islam). Kepercayaan tersebut meyakini bahwa alam semesta terdiri atas 3 bagian, yakni bagian atas, tengah, dan bawah. Keberadaan rongga di bawah rumah ialah buat menyeimbangkan jumlah alam semesta tersebut. Selain itu, bentuk rumah anjung memang cocok di alam tropis sebab lebih sejuk dan kondusif dari hewan-hewan, misalnya ular.



Kebudayaan Bugis: Tata Masyarakat dan Kekerabatan

Lapisan masyarakat di suku Bugis terdiri atas 3 lapisan, yaitu :

  1. Anakarung atau Anakaraeng, ini ialah lapisan buat raja.
  2. To Maradeka, ialah lapisan orang merdeka.
  3. Ata, buat lapisan budak.

Seiring dengan perkembangan waktu, saat ini pembagian lapisan masyarakat sudah tak dipakai.

Pernikahan merpakan salah satu cara buat melanjutkan keturunan. Pernikahan juga bisa mempererat interaksi antarkeluarga suku. Menurut kebudayaan nan ada di Bugis, pernikahan nan ideal itu ialah pernikahan nan terjadi bila mereka mendapat jodoh masih dalam ruang lingkup keluarganya sendiri.

Sebelum menikah ada syarat-syarat nan harus dilakukan oleh mempelai pria, yaitu mempelai pria harus mampu mengelilingi dapur sebanyak tujuh kali, dan bila dia mampu buat memenuhi kebutuhan sehari-hari maka dia boleh buat menikah.

Mayoritas masyarakat nan ada di Bugis ini memeluk agama Islam dan sebagian kecil memeluk agama Kristen Katolik. Islam masuk ke daerah Suku Bugis sekitar abad ke 17, melalui para pedagang Melayu. Ajaran Islam nan mudah diterima oleh masyarakat setempat membuat agama ini menjadi pilihan di antarakeberagaman agama lainnya.

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat di sini merupakan pengikut genre kepercayaan sure galigo, yaitu sebuah kepercayaan pada dewa tunggal nan sering mereka sebut dengan Patoto E. Bahkan, sampai saat ini, masih ada masyarakat Bugis nan mempercayai genre ini yaitu masyarakat nan berada di Kabupaten Sidenereng Rappang.

Mata pencarian hayati masyarakat Bugis nan berada di daerah pegunungan ialah bertani secara tradisional. Sedangkan nan hayati di daerah pantai bermata pencarian sebagai nelayan.



Kebudayaan Bugis: Tata Cara Pernikahan

Setiap kebudayaan memiliki tahapan-tahapan upacara pernikahan nan unik, sebab pernikahan dianggap sebagai sesuatu nan sakral nan akan membawa sepasang manusia pada babak baru kehidupan berumah tangga. Kebudayaan Bugis kurang lebih menganut filosofi nan sama. Oleh sebab itu, tata cara pernikahan suku Bugis terdiri dari beberapa tahapan nan bahkan dimulai sebelum pasangan tersebut sepakat buat menikah. Inilah tahapannya:



1. A'jagang-jagan

Merupakan proses evaluasi dan penyelidikan diam-diam nan dilakukan oleh pihak calon suami buat mencari tahu latar belakang dan seluk-beluk kehidupan calon istri.



2. Massuro

Tahap ini ialah termin peminangan atau pelamaran resmi dari pihak calon suami terhadap calon istri. Zaman dahulu proses massuro dapat memakan banyak waktu, sampai berbulan-bulan lamanya demi mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak.



3. Patenre ada

Merupakan tahapan menentukan tanggal pernikahan, mas kawin, dan uang belanja. Besar kecilnya mas kawin dan uang belanja tergantung kepada kesanggupan calon suami dan tingkatan sosial calon istri.



4. Appanai leko lompo

Setelah pinangan diterima dan tanggal pernikahan, mas kawin, serta uang belanja selesai didiskusikan, langkah selanjutnya ialah pertunangan. Dalam acara ini keluarga calon suami memberikan antaran-antaran sebagai bentuk pengikat antara kedua mempelai. Di antara antaran tersebut terdapat cincin pertunangan.



5. Appasili bunting

Merupakan serangkaian ritual pembersihan diri lahir batin bagi para kedua mempelai dalam kebudayaan Bugis. Proses ini mirip proses siraman pada tradisi pernikahan Jawa. Selain dimandikan, calon pengantin juga dicukur rambut halus di sekitar dahinya. Kemudian dilaksanakan upacara suapan dari orang tua ke anak mereka nan hendak menjadi pengantin.



6. Akkorongtigi

Merupakan ritual penggunaan daun pacar ke tangan calon pengantin. Bagi masyarakat bugis, daun pacar memiliki kemampuan magis dan merupakan lambang kesucian. Malam pacar dilaksanakan semalam sebelum pernikahan. Fungsinya ialah buat mensucikan kedua mempelai.



7. Assimorong

Inilah acara puncak tata cara pernikahan Bugis. Assimorong ialah acara akad nikah. Dalam acara ini, calon suami mendatangi rumah calon istri sambil membawa berbagai seserahan. Akad nikah dilakukan di rumah calon istri.



8. Appabajikang bunting

Ini ialah ritual penyatuan mempelai pria dan wanita nan sudah resmi menikah. Sang istri menunggu di dalam kamar, kemudian suaminya datang ke kamar tersebut dan berdialog dengan seorang penjaga pintu kamar istrinya. Setelah diberi izin buat masuk, dilakukanlah upacara saling menyentuh nan disebut mappasikarawa. Disambung oleh ritual-ritual adat lainnya nan melambangkan penerimaan mempelai lelaki oleh keluarga mempelai wanita.



9. Alleka bunting

Dalam adat Sunda, alleka bunting disebut acara ngunduh mantu. Pada acara ini, sang istri bersama beberapa anggota keluarganya diantar ke rumah suaminya. Keluarga istri membawa beberapa bingkisan buat membalas kebaikan mempelai pria. Biasanya hadiah nan dibawa berupa sarung buat setiap anggota keluarga suaminya.

Itulah informasi seputar suku Bugis dan kebudayaan Bugis. Semoga bermanfaat!