Pilih Kimono atau Kebaya?
Kimono ialah jenis baju adat tradisional masyarakat Jepang. Sandang ini bahkan sudah menyebar ke seluruh global sebagai bagian dari fashion dunia. Tidak heran jika banyak baju modern nan mengadaptasi bentuk baju ini sebagai suatu estetika nan khas dalam desainnya.
Bentuk baju ini juga diadaptasi tak hanya sebagai baju-baju pesta, tapi juga handuk, pakaian tidur, mantel, dan pakaian santai. Beberapa aksesoris nan menjadi pelengkapnya ialah Hakama, Obi, Kanzashi, Geta, Zori, Waraji, dan Tabi.
Hakama ialah celana panjang berwarna gelap nan digunakan sebagai paduan tepat bagi kimono pria. Sedangkan Obi ialah sabuk lebar nan terbuat dari kain dengan fungsi buat mengencangkan baju ini.
Kanzashi ialah hiasan rambut pada wanita Jepang nan berbentuk seperti tusuk konde, sedangkan Geta ialah sandal dengan hak nan terbuat dari kayu. Sandal ini digunakan buat pria dan wanita dengan bentuk nan berbeda-beda.
Jenis sandal lainnya ialah Zori dan Waraji. Zori ialah sandal nan terbuat dari kain atau anyaman, sedangkan Waraji ialah sandal nan terbuat dari jerami nan dianyam. Sementara itu, Tabi ialah kaus kaki nan dipadukan saat memakai Geta, Zori, dan Waraji.
Sama seperti baju adat tradisional lainnya, baju ini juga memiliki nilai-nilai filosofis nan mampu memberi makna kultur terhadap budaya Jepang. Selain itu, baju ini juga dapat memperlihatkan umur seseorang, status perkawinan, acara nan akan didatangi, serta makna lain dari simbol nan ada pada baju tersebut.
Jenis-Jenis Kimono Wanita
Sama dengan baju adat di negara kita, baju ini juga membedakan antara baju pria dengan wanita, serta wanita nan sudah menikah dengan wanita nan belum menikah alias gadis.
Beberapa jenis baju ini digunakan dalam keadaan santai atau dalam kegiatan sehari-hari, sedangkan jenis lainnya digunakan dalam acara formal. Dengan begitu, dari kimono nan digunakan seseorang bisa diketahui acara seperti apa nan hendak didatanginya.
Jenis nan pertama ialah Kurotomesode, yakni buat acara resmi nan digunakan oleh wanita nan sudah menikah. Kimono ini berwarna hitam dengan sedikit motif pada bagian bawah baju. Ada juga tiga lambang keluarga nan terletak pada bagian atas kanan dan kiri, punggung, serta lengan bagian belakang.
Jenis nan kedua ialah Furisode, yaitu buat acara resmi nan digunakan oleh wanita nan belum menikah. Karena baju adat ini digunakan oleh para gadis Jepang, maka motif dan warnanya pun sangat cerah dan mencolok. Dengan begitu, orang nan melihat dapat mengetahui bahwa pemakai Furisode adalah gadis nan belum menikah.
Jenis nan ketiga ialah Irotomesode, yakni baju nan dapat digunakan oleh wanita dewasa baik nan sudah menikah ataupun nan belum menikah. Motif nan dapat digunakan dalam baju ini dipilih sinkron dengan acara resmi nan akan dihadiri. Kimono Irotomesode biasanya digunakan pada acara-acara eksklusif nan di dalamnya tak diperkenankan memakai Kurotomesode.
Ketiga jenis baju tersebut ialah baju adat Jepang nan digunakan para wanita dalam acara-acara resmi. Misalnya resepsi pernikahan, undangan wisuda, acara minum teh, atau acara perpisahan.
Jenis selanjutnya ialah kimono semiformal nan berwarna lembut dan muda yaitu Iromuji. Sandang ini digunakan dalam keadaan santai. Akan tetapi, dapat juga digunakan buat acara resmi apabila baju tersebut memiliki lima lambang keluarga.
Jenis Tsukesage ialah kimono semiformal nan dipakai oleh gadis nan belum menikah. Acara nan dapat dihadiri dengan menggunakan jenis ini ialah acara seremoni tahun baru dan perjamuan minum teh nan tak begitu resmi.
Jenis berikutnya ialah kimono santai nan dipakai oleh para gadis ataupun wanita nan sudah menikah, yakni Komon. Dengan motif berulang nan sederhana dan berukuran kecil, jenis ini dapat digunakan buat acara-acara santai seperti pesta kecil, makan malam, atau bermain bersama teman-teman.
Sementara itu, jenis Tsumugi ialah baju khas Jepang nan dapat digunakan oleh semua wanita buat bersantai di rumah dan melakukan kegiatan sehari-hari, seperti berbelanja ke pasar atau kegiatan rutin lainnya. Bahan nan digunakan ialah bahan katun atau sutera kasar.
Jenis nan paling dikenal di Indonesia ialah Yukata, yakni nan digunakan saat musim panas. Namun, sebab cuaca di Indonesia memang sudah cukup panas, kita dapat menggunakan Yukata di setiap kesempatan sebab bahannya nan tipis dan terbuat dari katun.
Jenis-Jenis Kimono Pria
Jika pada baju ada Jepang wanita kita dapat bereksplorasi dengan bentuk, warna, dan motif, maka eksplorasi pada pria hanya dapat dilakukan dengan memilih bahan nan tepat dan sinkron dengan acara nan akan dihadiri.
Kimono formal ialah Montsuki, yakni nan digunakan buat menghadiri acara resmi. Dapat juga digunakan buat pengantin pria pada acara pernikahan tradisional. Sementara itu, jenis kimono pria nan dapat digunakan dalam aktivitas sehari-hari ialah Kinagashi.
Bagaimana pun jenis nan digunakan pria, rona nan dipilih tetaplah gelap, seperti hijau tua, cokelat, hitam, atau biru tua. Sandang pria juga kebanyakan tak dihiasi dengan detail lambang keluarga seperti nan terdapat pada wanita.
Pada baju pria, terdapat beberapa aksesoris nan dapat melengkapi penampilan, seperti Hakama. Hakama ialah celana panjang berwarna gelap nan juga biasanya dipergunakan oleh para rahib Jepang, serta pria dan wanita nan bergabung dalam cabang olahraga beladiri.
Pilih Kimono atau Kebaya?
Jika pertanyaan tersebut muncul pada saat Anda akan menghadiri pesta, mana nan Anda pilih? Ya, kimono merupakan salah satu jenis baju adat nan fenomenal sebab hampir seluruh masyarakat di global mengetahui dan bahkan mengadaptasi bentuk baju ini.
Hal tersebut membuktikan bahwa Jepang dapat membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan masyarakat di dunia. Salah satunya dalam bidang fashion yang kemudian disusul pula dengan hadirnya konsep Harajuku bagi para pecinta fashion modern Jepang.
Kenyataan kultur seperti ini membuat masyarakat Indonesia turut mengambil baju adat Jepang sebagai sumber inspirasi dalam global kreativitas. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia juga menjadikannya sebagai versus dalam budaya massa.
Masyarakat Indonesia pada zaman sekarang cenderung bangga menggunakan baju Jepang, serta menjadi sangat malu dan khawatir jika harus menggunakan baju kebaya. Hal inilah nan seharusnya dihindari oleh masyarakat budaya Indonesia.
Masuknya kultur budaya Jepang seharusnya tak menjadikan masyarakat Indonesia menjadi ke-Jepang-Jepang-an. Tapi seyogyanya menjadikan hal tersebut sebagai inspirasi sekaligus motivasi buat lebih mengangkat kultur negeri sendiri. Kalaupun ingin menjadikan akulturasi Jepang dan Indonesia, maka itu sah-sah saja asalkan tak meninggalkan nilai-nilai kearifan budaya lokal di Indonesia.
Bahkan dewasa ini juga banyak desainer nan membuat kebaya dengan sentuhan khas baju adat Jepang ini. Dengan begitu, desainer memperlihatkan bahwa 'budaya kebaya' tak sekonservatif dan tak se- introvert yang kita bayangkan.
Fashion adalah fashion , namun terkadang fashion juga membawa nilai-nilai budaya secara lembut sehingga masyarakat akan tersihir dengan kemewahan nan dibawanya. Sebagai masyarakat berbudaya, seyogyanya kita dapat memilah dan memilih budaya mana nan tepat buat dikembangkan. Juga budaya mana nan tak patut dipertahankan di ranah kebudayaan Indonesia. Jadi, masih bingung memilih kimono atau kebaya?